25. Merokok

6.2K 545 112
                                    

Malam harinya Rex mengunci pintu kamarnya dengan rapat. Remaja itu memainkan game online di atas kasur. Untuk saat ini Rex tidak mau diganggu. 

"Rex! Bukain pintunya!" teriak Gerald dengan kencang. Tak hanya berteriak, laki-laki itu juga menggedor pintu kamar anaknya dengan keras.

"Rex, bukain!"
Dok! Dok! Dok!

"Rex belajar ini, Pah!" jawab Rex berbohong. 

"Buka pintunya!" tegas Gerald. Rex menggerutu, membohongi papanya bukan perkara yang mudah. Remaja itu segera meloncat turun dari ranjang dan membukakan pintu untuk Papanya.

"Ada apa, Pa? Papa ganggu konsentrasi belajar Rex aja." Rex berucap pura-pura kesal. Gerald melirik meja belajar Rex. Tidak ada satu pun buku di sana.

"Belajar di luar, sama adik-adikmu!" titah Gerald.

"Gak mau!" tolak Rex. Ia paling kesal dengan Ray yang selalu mengajarinya rumus Matematika.

"Oke gak apa-apa, asal gak usah minta uang sama Papa lagi.," ancam Gerald.

"Kantong uang Om Keenan dan Om Kris gak pernah bolong," jawab Rex. Memang Rex selalu dapat uang saku dari Om-Om nya. Namun, kalau tidak dikasih papanya dia juga tidak bisa menabung untuk investasi apartemen. Jadilah saat ini dia bingung antara mau belajar di luar atau tidak. 

"Masih berani mendebat Papa?" tanya Gerald mengambil raket nyamuk. Pria itu memukulkan raket pada tangannya sendiri. Rex menghembuskan napasnya, selalu saja Raket Nyamuk yang jadi senjata.

"Ambil bukumu. Dan cepat turun ke bawah!" titah Gerald. 

"Namanya turun ya ke bawah lah, Pa," sewot Rex. Bocah itu mengambil buku tulis Matematika dan Fisika.

Rex benci hari selasa. Karena, mata pelajaran Matematika empat jam, dan Fisika empat jam. Sungguh hari yang menyengsarakan. Selama delapan jam dia harus mikirin hitung-hitungan yang buat otak jebol. 

Rex turun dari tangga dengan perasaan dongkol. Ray, Rey sudah duduk anteng mengerjakan Pr-pr mereka. Gerald juga sudah duduk di sana untuk mendampingi. Sedangkan Cia belajar didampingi Keyara. Gerald selalu membiasakan anak-anaknya untuk belajar bersama. Selain biar mudah ngawasinya, biar mereka juga terbiasa belajar. 

"Ahhh malam yang memuakkan adalah malam yang disuruh belajar," keluh Rex menggulingkan tubuhnya ke lantai dekat Cia.

"Heh, malah tiduran gitu. Cepat kerjain Pr nya!" titah Gerald memijat-mijat kaki Rex.

"Rex mau main aja sama Cia ketimbang belajar. Rex males, Pa," jawab Rex.

"Heh Rex, udah nilai Matematika lo paling jelek sekelas, sekarang malah malas belajar. Sini gue ajarin!" ajak Ray.

"Yey itu gara-gara lo gak mau nyontekin gue!" kesal Rex melempar penghapus Cia tepat pada kepala Ray.

"Rex!" panggil Keyara. Kalau Keyara sudah bersuara, barulah Rex akan duduk anteng mengerjakan Pr.

Gerald terkekeh kecil. Anak empat bermacam-macam sifat, tapi yang paling nakal sudah pasti Rex. Sudah nakal, bandel, malas belajar, apalagi suka menganiyaya adiknya. Namun, Rex akan maju paling depan kalau ada yang mengganggu adiknya.

Pernah Rex berantem sama teman cowoknya saat tanpa sengaja temannya itu melempar bola dan mengenai punggung Rey. Saat itu Rex marah besar, langsung menghajar temannya tanpa ampun. Gak apa-apa dia dikatai Alay, yang penting keselamatan adiknya nomer satu.

"Rex dengerin gue!" kesal Ray menengokkan kepala Rex ke arah buku.

"Sumbu X  ditarik lurus melalui titik koordinat sampai ke sumbu Y. Sedangkan suku ke dua barisan aritmatia---" Ray menjelaskan panjang lebar pada Rex. Namun, bukannya paham Rex malah mendadak vertigo. 

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang