28. Jealous

4.4K 419 84
                                    


Malam hari Rey baru pulang dari Caffe. Tanpa menyapa Kakak-Kakaknya yang ngegame di ruang keluarga, Rey melenggang begitu saja menuju kamarnya. Tampak sekali kalau remaja itu sangat tidak bersemangat. Mengingat di Caffe tadi, makin membuat Rey kesal. Remaja itu menendang pintu kamarnya dengan kencang. 

"Rey, kamu dari mana?" tanya Rex yang tidak tahan melihat raut muka sedih adiknya. Rex sangat peka dengan apa yang terjadi pada saudaranya. 

"Main," jawab Rey.

"Udah makan apa belum? Kita nungguin kamu."

"Gak lapar. Kalian makan aja sendiri," jawab Rey memasuki kamarnya dengan membanting pintu keras.

"Ray, kenapa tuh?" tanya Rex bingung. Tak biasanya adiknya yang manis itu bersikap demikian.

"Gak tau Rex. Mana aku sudah lapar lagi," jawab Ray.

"Bangcat tuh orang. Ditungguin makan malah masuk kamar," maki Rex. Bibirnya boleh memaki, tapi dalam hatinya dia sangat khawatir dengan Rey.  Ray segera menarik tangan kakaknya untuk ke dapur, cacing-cacing di perutnya sudah protes minta diisi. 

"Rex, Ray, di mana adikmu?" tanya Gerald yang memasuki ruang makan bersama Cia. 

"Di kamar, Pa," jawab Rex.

"Kalian sdah pada makan?" tanya Gerald menatap menu makanan. Tadi, Gerald mengajak Ray dan Rex makan dulu, tapi kedua anaknya bersikeras menunggu Rey.

"Tadi kita nunggu Rey. Tapi saat Rey pulang, diajakin makan malah gak mau," jawab Ray.

"Yaudah letakin dulu hp nya. Ambil makan duluan sana, biar Papa yang panggil Rey," ucap Gerald. Ia, Keyara dan Cia udah makan tadi, karena Cia merengek kelaparan. Jadilah dia dan Istrinya sekalian makan.

Rex dan Ray duduk di ruang makan sembari mencomoti lauk yang tersedia. Sudah pasti yang Rex comot adalah sosis. Dan akan memandang sebelah mata sayuran hijau. Meski sudah remaja, Rex tetap saja tidak terlalu suka sayur, apalagi brokoli. Rex lebih suka makan yang kering-kering. 

"Rex, lo gak lihat kalau ada perubahan pada Rey?" tanya Ray tiba-tiba.

"Perubahaan jadi Iron Man? Gak mungkin, Rey letoy kayak gitu," jawab Rex tertawa.

"Terus kenapa kalau gue letoy?" tanya Rey yang memasuki dapur bersama Papanya.

"Becanda Rey, gak usah diambil hati!" pinta Rex masih tertawa.

"Gue bukan lo yang kebal dengan hinaan, Rex. Perasaan manusia tidak bisa disamaratakan!" jawab Rey menatap tajam Rex. Ditatap tajam oleh adiknya membuat Rex kikuk. Tumben sekali adiknya marah. Biasanya pria itu akan kalem dan lemah lembut.

"Ya gak usah baperan lah Rey. Cowok harus strong. Biar bisa lindungin perempuan." Rex berkata asal.

"Iya, emang gue gak strong, gak bisa lindungin perempuan," ucap Rey, "Makanya Ipit minta putus." tambah Rey dalam hati. Tentu hanya dalam hati, karena tak ada yang tau kalau dia pernah menjalin hubungan dengan Ipit. Rey terlalu pendiam dan tidak mau mengumbar privasinya. Dirinya di sekolah juga terkenal anak yang polos. Tidak bisa dia bayangkan bagaimana teman-temannya kalau tau sebenarnya dia pernah pacaran.

"Kenapa malah tengkar sih? Makan sana!" titah Gerald.

Rex lah yang selalu ambil terlebih dulu. Soal makan, perutnya akan selalu sedia menampung. Rex mengambil nasi, sosis, soup ayam dan kerupuk. 

"Badan lo buncit biar tau rasa. Gak disukai Bunda, biar nyaho!" ucap Ray menyindir.

"Enak aja. Bunda itu nerima Ayah apa adanya. Mau perut buncit juga tetep dielus-elus," kelakar Rex yang membuat Ray tertawa. 

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang