11. Sakit

8.2K 695 278
                                    

Rex menyusun puzzel di lantai dengan serius. Satu tangannya juga memegang rubik yang coba ia satukan warnanya. Om Keenan yang mengajarinya agar otak kiri bekerja. Sebenarnya, Rexvan merasa tubuhnya menggigil dan kulit nya juga panas. Tapi Rex tetap diam tidak mau memberitahu Mamanya. Melihat Mamanya sedih membuat Rex tidak tega.

"Lex aku mau itu!" pinta Rey mencoba meraih rubik. Bukan hanya sekedar meraih, tapi Reynan ingin menarik perhatian saudaranya juga. Ia tidak tahan diam-diaman dengan Rex.

"Aku juga mau main puzzel," ujar Ray yang ikut mendekati Rex. Ray membanting robot-robotannya di lantai.

Gerald yang sedang fokus menatap laptopnya di sofa hanya melirik sekilas anak-anaknya. Ia menatap siku Rex yang sudah diobati Keyara.

"Rex, kok kamu belum minum susunya?" tanya Gerald saat melihat gelas bertuliskan nama Rex masih terisi susu penuh.

"Masih panas," jawab Rex acuh. Rex memberikan mainannya pada adik-adiknya. Bocah itu bangkit berdiri ingin mengambil hp Mama nya yang tergeletak di samping tubuh Papanya.

"Aku juga mau main game!" pekik Rey mendekati Rex. Merebut hp dengan keras sampai membuat Rex kaget. Bocah itu juga sudah membuang rubiknya entah kemana.

"Pa pa, main mobil-mobilan," ucap Rey menyerahkan hp pada Papanya. Gerald segera membukakan aplikasi mobil-mobilan yang biasa dimainkan anak-anaknya.

Rex menatap Papanya. Ia kira, Papanya akan memberikan hp padanya karena dia yang pertama mengambil. Namun dugaannya salah, Papa Gerald malah memberikannya pada Rey.

Anak kecil mudah perasaan, apa-apa dimasukin hati. Apalagi kalau punya saudara banyak. Pasti akan ada yang merasa kasih sayang orang tua tidak pernah sama.

Rex menepuk-nepuk perutnya. Tubuhnya makin terasa tidak enak. Kalau orang tua jaman dulu anak sakit sedikit pasti langsung peka. Kalau jaman sekarang, anak sakit bukannya langsung diobatin, malah bikin story Wa 'cepat sembuh anakku.

Biasanya memang anak kecil yang baru jatuh tidak langsung dipijatkan pasti badannya langsung panas. Untung Rex bukan tipe anak yang rewel yang apa-apa harus nangis sampai tetangga pada denger.

Rex menatap susu di gelasnya. Ia sudah tidak napsu mau ngapa-ngapain. Mau nonton tv, pasti Papanya akan terganggu karena sedang sibuk dengan pekerjaannya. Mau ke kamar Mamanya, tapi Mamanya sedang istirahat. Rex bingung mau ngapain. Menatap mainannya yang berserkan mau main lagi sudah tidak minat. Rex memutuskan untuk ke kamarnya sendiri.

"Rex, minum dulu susunya!" titah Gerald ketika melihat anak pertamanya pergi begitu saja. Rex menggelengkan kepalanya. Nafas bocah itu juga sudah terasa sangat panas.

"Kamu gak hargain Mama kalau gitu," ucap Gerald cuek. Pria itu melirik anaknya. Ia kira Rex akan luluh dan minum susunya. Tapi tidak, Rex masuk dan menutup pintunya.

"Makin hari makin membangkang," ucap Gerald dalam hati.

Dewasa sebelum waktunya, mungkin terlalu sangat berlebihan untuk Rex yang belum genap empat tahun. Bahkan bocah itu juga belum bisa memakai baju sendiri dengan benar. Tapi, bocah itu sudah sangat pintar menganalisa keadaan.

"Mama mama, aku mau tidul sama Mama!" teriak Ray dan Rey bersautan, yang suaranya bisa didengar telinga Rex.

"Mama Papa, kita tidul di kamal Mama ya?" tanya Ray meminta persetujuan.

"Iya, ayuk cuci kaki dan tangan dulu," jawab Gerald menggiring anaknya ke kamar.

"Mas, Rex mana?" tanya Keyara saat suaminya masuk hanya membawa dua anak. Tadi ia pusing dan mual, jadinya Keyara istirahat di kamar dan memasrahkan anak-anaknya pada Gerald.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang