31. Gadis jalanan

4.6K 505 95
                                    



Rex sampai di rumah kakeknya dengan selamat. Di sanalah tempat pelariannya saat bertengkar dengan Papanya, ataupun sedang suntuk. Regan dan Mika menyambut cucunya dengan khawatir. Keadaan Rex juga basah kuyup karena hujan yang sangat deras.

"Rex, kamu kenapa lagi, Sayang?" tanya Mika setelah Rex mengeringkan tubuhnya. Mika meminta tolong pada Khanza, menantunya untuk membuatkan teh jahe untuk Rex.

Kris serta istri dan anaknya memutuskan tinggal bersama Mika dan Regan, kasihan juga kalau Bunda dan Ayahnya tidak ada yang menjaga. Sebagai anak, Kris juga ingin berbakti pada orangtuanya. Walau kakaknya Kris juga bersikeras ingin mengurus Ayah dan Bundanya, tapi Kris lah yang menang. Kris dan Keenan berebut untuk mengurus orangtuanya, mereka berlomba menyenangkan dan memuliakan hati kedua orangtuanya. 

"Biasalah, Nek. Gelud sama Papa," jawab Rex seadanya.

"Bertengkar lagi? Kali ini masalahnya apa?" tanya Mika lagi. Namun Rex enggan menjawab, remaja itu hanya mengedikkan bahunya acuh. Malas sekali bila harus menceritakan papanya. 

"Kak Alfath mana, Nek?" tanya Rex yang celingukan. 

"Ada di kamar sedang baca buku," jawab Mika. Mika tidak akan memaksa cucunya untuk bercerita, kalau cucunya tidak ada niatan untuk menceritakannya sendiri. 

"Aku ke sana dulu, Nek!"

"Teh jahe nya diminum dulu, nanti kamu masuk angin!" titah Mika yang langsung diangguki Rex.

Setelah meminum teh nya, Rex ke kamar Kakak sepupunya. Alfath saat ini sudah berumur sembilan belas tahun, dan masuk sekolah di Akmil atau Akademik Militer. Nyatanya, Alfath melenceng dari didikan Mama Papanya. Kris pernah mengarahkan anaknya masuk di dunia bisnis, tapi Alfath lebih tertarik dengan pengabdian kepada Negara.

Baik Kris maupun Khanza juga tidak keberatan. Mereka kompak mendukung cita-cita mulia anaknya. Dan berdoa semoga Cita-cita Alfath terwujud. 

"Kak, ini Rex. Aku boleh masuk?" tanya Rex seraya mengetuk pintu.

"Masuk aja, Rex!" titah Alfath dari dalam.

Jinaknya Rex hanya sama Alfath. Kalau di rumah, Rex selalu berusaha bersikap mengayomi adik-adiknya. Namun saat bersama Alfath, Rex akan bersikap layaknya adik yang butuh bimbingan Kakaknya.

"Kak, sibuk?" tanya Rex sopan.

"Sudah selesai, kamu mau nengokin Adiva?"

Rex menggeleng, ia memang ingin menengok Adiva, tapi tidak sekarang. Karena ini masih hujan juga. Kemungkinan besar, Adiva juga sudah kembali ke pondok luas yang dibangun oleh Kakeknya.

"bertengkar lagi sama Ray dan Rey? Atau sama Papa kamu?" tebak Kak Alfath. Inilah hebatnya Alfath, dia selalu peka dengan raut gundah gulananya Rex. Rex pun juga tak pernah segan untuk menceritakan segala masalahanya pada Alfath.

"Enak jadi Kak Alfath. Mau sekolah di manapun tetap didukung sama Om Kris dan tante Khanza," celetuk Rex merebahkan tubuhnya ke ranjang Alfath.

"Bukannya Papamu juga dukung kalau nantinya kamu masuk sekolah atlet?"

Rex tertawa keras saat mendengar ucapan Kakanya. Lelucon yang selalu dia dengar dari orang-orang. Rex hanya bisa tersenyum sinting di hati saat ada yang bilang Papanya mendukung semua yang dia lakukan. Nyatanya, memang kalau sudah darah pembisnis melekat di tubuh seseorang, bukan hal tabu kalau orang itu akan memaksa anaknya meneruskan bisnisnya.

Di depannya, Papa Rex selalu bilang akan mendukung dan membantu anaknya mewujudkan cita-citanya. Namun nyatanya, itu hanya bualan semata. Rex tau Papanya menyiapkan dirinya untuk nanti meneruskan kursi kebesaran yang saat ini diduduki Papanya. Dari kecil, Rex sudah menyiapkan hatinya untuk kebal di kemudian hari, saat Papanya mengatakan 'Jadi pembisnis lebih baik.

Possesive seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang