10. Parents blessing?

99 18 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya^^!

Happy reading!

.

.

.

.

.

"Kalian mau nikah?" Mark dan Mina menoleh, melihat sepasang suami istri bergandengan tangan menatap mereka berdua. Wajah Saeron benar-benar pucat, Jaemin menatap Mark dan Mina bergantian.

"Gue tanya, kalian mau nikah?" ulang Jaemin sekali lagi, Mina mengangguk mantap, berbeda dengan Mark yang merasa tidak enak pada Jaemin, padahal Jaemin sudah tidak ada hubungan apapun dengan kekasihnya.

"Ya, gue mau nikah--sama Mark" ujar Mina menegaskan. Jaemin meremas tangan Saeron, tangannya berkeringat, dadanya terasa sesak. Lama menatap sepasang kekasih di hadapannya, Jaemin tersenyum, "Semoga lancar sampai hari H" senyumnya sangat tipis. Saeron mendongak, menatap suaminya, tangan perempuan itu mengelus lengan Jaemin, "Selamat ya Na, finally you can give an answer" Saeron tersenyum.

"Makasih Jae, Sae" ucap Mina, "Thank you bro" Mark memeluk Jaemin, menepuk pundak pria itu. Mark tau pasti yang di rasakan Jaemin itu menyakitkan, tapi apa boleh buat? Mina di ciptakan bukan untuk Jaemin. Jaemin mengangguk, "Na, gue izin pinjem toilet lo"

"Itu di--eh?" Mina menyernyit saat Jaemin jalan begitu saja ke arah yang benar menuju kamar mandi, padahal dirinya sama sekali belum menunjukkan arahnya, "Kok dia tau?-- ah iya, dia kan mantan gue" Mina mengangguk-anggukkan kepalanya, merasa aneh dengan dirinya sendiri, "Lo kenapa Na?" ujar Saeron mengejutkannya.

Mina menggeleng, "Gapapa"

Mina menggiring Saeron dan Mark ke kamar. Ruangannya yang luas tidak mencerminkan sebuah kamar, menurut Saeron. Mark dan Saeron duduk di depan meja yang sebelumnya di pakai untuk mengerjakan skripsi oleh Mark dan Dasha. Mina pergi untuk membawakan tamunya beberapa camilan. Diam-diam Mina merasa sendu, merindukan Jihyo juga Daniel, mengingat sudah hampir satu bulan mereka berlibur. Tangannya menekan tombol pada blender, membuat jus semangka untuk Mark dan dirinya, lalu membuat teh hijau untuk Saeron dan Jaemin.

Mina mematikan tombol off pada blender, tatapan matanya kosong saat menuangkan cairan merah kental itu ke dalam gelas, "Liat yang bener, nanti tumpah Na" Mina menoleh saat mendengar teguran dari Jaemin, tangan pria itu mengambil alih blender, menuangkan jus semangka ke dalam gelas. Mina menatap Jaemin, garis wajah pria itu semakin tajam, "Ada yang perlu gue bantu lagi?" Mina dengan cepat menggeleng, "Ga usah, lo naik duluan aja"

"Kalo emang ada yang bisa gue bantu, kenapa engga?" Jaemin membereskan beberapa camilan yang belum tersusun di sampan. Mina menghela napas, "Istri lo nunggu di atas Jae--"

"Dia baik-baik aja di atas. Gapapa, ada Mark kan? Biarin dia liat-liat rumah lo" ujar Jaemin sembari melebarkan senyuman. Sungguh, Jaemin membuat Mina canggung. Meskipun memang kenyataannya ia tidak memiliki hubungan apapun, tapi mengingat Jaemin masih memiliki perasaan padanya membuat Mina canggung dan tidak nyaman.

"Sebentar lagi, gue bakal jadi istri dari temen lo Jaemin. Gue bakal jadi milik Mark seutuhnya, doain gue ya supaya selalu bahagia dan bisa ngejalanin kehidupan baru gue nanti" Jaemin menghadap ke arah Mina, menyentil dahi gadis itu pelan, "Pasti. Tanpa lo minta pun, gue pasti doain lo sama Mark" tegas Jaemin membuat Mina terenyuh, matanya sudah mulai mengabur, "Entah kenapa, gue selalu sedih setiap inget atau liat lo--"

[2] REVOIR [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang