"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya--." -Mark Lee
.
.
.
.
.
Mina melangkahkan kakinya menuju apartemen Sejeong. Ia akan meluruskan semuanya sebagai rasa pertanggung jawabannya. Dalam hati ia meyakinkan, bahwa Sejeong pasti akan mengerti. Gadis itu bertekad ingin pergi sendiri, tanpa ditemani siapapun, termasuk Mark. Mina menekan bel beberapa kali, butuh waktu beberapa menit menunggu sampai akhirnya pintu dibuka. Sejeong tersenyum, "Kenapa Na? Tumben kesini, yuk masuk" Sejeong menarik tangannya, gadis itu mengikuti Sejeong dari belakang.
Sejeong mendudukkan Mina disebuah sofa dekat jendela, "Gue siapin minum dulu ya"
"Ga usah Sejeong, gue ga lama kok" tolak Mina. Gadis itu menarik tangan Sejeong untuk duduk disampingnya. Sejeong hanya tersenyum, "Yaudah kalo gitu. Ada apa sih?" Ujar Sejeong. Mina berdeham, "Sebelumnya maaf kalo apa yang bakal gue ucapin ini nyakitin lo, ngecewain lo atau apapun itu, gue minta maaf. Tapi, ini harus gue omongin ke lo"
"Iya, tinggal ngomong aja, susah banget" Sejeong tertawa. Perempuan bermarga Kim itu menyingkapkan kemeja putih yang dipakai sebagai balutan tubuhnya yang mengenakan tank top dan hot pants. Mina duduk menghadap Sejeong, "Sejeong, lo masih inget kan? Soal yang gue tanyain beberapa hari lalu?"
"Soal kak Minhee?" Mina mengangguk, "Inget, kenapa?" Sejeong menumpu dagunya menggunakan tangan, "Kenapa sama kak Minhee?"
"Dia ga ada perasaan apapun sama lo Sejeong" senyum sahabatnya itu memudar, Mina menganggap hal itu sebagai bentuk kekecewaan dari seorang Sejeong. Perempuan itu menurunkan tangannya dari dagu, melipatnya diatas paha, "Kalo kak Minhee ga ada perasaan apapun, memangnya kenapa?" Sejeong memberikan tatapan dengan mata layu seakan ia baru saja mabuk.
"Maaf kalo gue ngasih lo harapan dengan kalo kakak gue suka sama lo"
"Iya, kak Minhee emang perhatian sama siapapun, jadi gue juga ga mungkin langsung percaya gitu aja sama perkataan lo soal itu. Gue ragu-- tapi ah udahlah Na, gue juga ga ada rasa apapun sama kak Minhee" perempuan itu tertawa diakhir kalimat, entah menertawakan apa, Mina juga tidak tahu. Mendengar jawaban dari Sejeong, ada sedikit kelegaan dalam hatinya. Ia tersenyum lembut.
"Gue tau, lo perempuan baik, lo pasti bakal dapetin orang yang jauh lebih baik dibanding cowok-cowok yang udah sia-siain lo" Sejeong tersenyum tipis, menunduk menatap kuku-kuku jarinya dengan nanar, yang tentu saja tidak diketahui Mina.
"Yeah, tentu" hanya itu saja. Mina tersenyum, "Sekali lagi, maaf ya. Gue pulang dulu, jangan lupa datang besok" Mina bangkit dari duduknya, begitu pula Sejeong. Perempuan itu mengantarkan Mina sampai kedepan pintu apartemennya, "Gue pasti datang," ujar Sejeong, "Hati-hati dijalan" Sejeong menutup pintu, Mina sempat melihat senyum tipis sahabatnya.
Serius. Mina tahu jika Sejeong menaruh harapan pada kakaknya, namun kakaknya tidak memiliki perasaan apapun pada Sejeong, dirinya pun tidak dapat berbuat apa-apa. Apalagi, Minhee sudah memiliki calon, Mina semakin bingung jika harus memilih diantara keduanya. Karena, mereka sama-sama sahabatnya.
Mina menatap mobil mewah yang kini berada dihadapannya, tentu saja itu Mark. Ah, memang keras kepala. Mina memasuki mobil itu dengan cepat, memasang seatbeltnya dan menaruh tasnya dijok belakang. Mina menatap lurus kedepan, "Sejeong emang bilang gapapa dan katanya dia ga punya perasaan apapun. Tapi, gue ragu"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] REVOIR [COMPLETED]✔
Fanfiction*BAGIAN KEDUA DARI UNENDLICHE LIEBE* PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!! "Tuhan mempertemukan kita kembali, setelah memisahkan kita selama bertahun-tahun. Banyak rasa sakit, penantian juga harapan yang terluka. Tapi aku mencintaimu." -Kang Mina "Aku tak...