15. Satu lagi

94 18 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya^^!

"Di cuaca yang cerah ini, bukannya harus dipake buat hal yang menyenangkan?"
-Mark Lee

.

.

.

.

.

"Sayang"

Mina menoleh. Mendengar kekasihnya memanggilnya, sungguh membuat lamunan Mina pecah. Mina tersenyum, sudah hampir sebulan sejak pertunangannya berlangsung, namun baik Mina atau pun Mark masih sama-sama was-was. Apalagi, saat itu pernah ada seseorang yang terang-terangan berkata bahwa ia benci dengan Mina dan--Mark. Awalnya Mina mengira bahwa hanya dirinya yang di benci oleh orang itu, namun entah bagaimana, kini orang itu juga membenci tunangannya.

Mark mulai mengelus surai cokelat Mina yang telah melebihi bahu, "Jangan di pikirin terus" seolah tau apa yang sedang dipikirkan Mina, Mark berkata seperti itu, membuat Mina tersenyum tipis, "Buat dapetin lo susahnya minta ampun ya Mark" gadis itu menarik tangan kekasihnya yang asik mengelus kepalanya. Bergantian, kini Mina yang mengelusi, jemarinya sengaja ditautkan dengan jemari Mark, ibu jarinya bergerak mengelus perlahan tiap jemari pria itu.

"Di cuaca secerah ini, bukannya harus dipake buat hal yang menyenangkan?"

Mina mengangguk.

"Jangan pikirin apapun yang bisa bikin cuaca hari ini mendung Na" Mina mengalihkan pandangannya kesana kemari, dengan ibu jari yang terus bergerak di jemari Mark.

Benar apa yang di katakan Mark. Cuacanya sangat cerah hari ini, meski sedikit dingin udaranya. Duduk di balkon kamarnya dengan secangkir kopi, ditambah Mark adalah suatu hal yang pernah ia bayangkan dahulu. Jauh sebelum akhirnya ia bertemu kembali dengan pria yang berada di hadapannya ini. Mina tersenyum kecut, "Gue ga paham, kenapa selalu khawatir sama sesuatu yang berhubungan sama lo" Mina menertawakan dirinya sendiri.

Helaan napas pria dihadapannya berhasil membuat gadis itu kembali menoleh, menatap pujaan hatinya dengan dalam, "Cinta sejati itu adalah hubungan yang tak lekang oleh waktu, juga saling mempertahankan walau ada masalah sesulit apapun, saling menguatkan jika jatuh--"

"Juga mengikhlaskan jika memang harus" Mark terdiam, bukan itu yang ingin ia katakan pada gadisnya. Mina menarik tangannya, menyembunyikannya di bawah meja, "Kenapa lo punya pesona sebesar itu sih Mark?" ujarnya dengan tawa mengejek, Mark menggelengkan kepalanya, senyum malu-malunya terbit diwajah tampannya, "Gue ga tau" jawab Mark kemudian tertawa.

Mina tersenyum samar, tangannya bergerak untuk memegang cangkir kopi, dengan sedikit bergetar tangannya berhasil meraih cangkir kopi dan meminumnya. Sungguh, Mina sangat takut dengan apa yang dijadikan ancaman padanya hari itu, sampai membuat dirinya sering sulit tidur sampai harus menelepon Mark untuk bisa membantu menenangkan dirinya. Sebenarnya, bisa saja keduanya melaporkan hal itu pada Jihyo, Daniel maupun Dong Wook dan In-Na. Namun, Mark dan Mina bersepakat untuk menyelesaikan sendiri dan memerintahkan teman-temannya untuk tutup mulut.

Ya.

Jeno, Renjun dan Sejeong melihat langsung kejadian itu. Mendengar dengan telinga mereka masing-masing, bagaimana Mina di maki dan mengancam sesuatu yang memang sangat Mark dan Mina inginkan. Mina cukup tercengang hari itu, bagaimana tidak? Ia baru saja merasa baikan, namun tiba-tiba seseorang datang memaki dan mengancamnya seperti itu. Ya ampun, rasanya seperti drama namun itu benar-benar nyata terjadi padanya. Satu terkurung, yang lain menampakkan diri, rutuk Mina pada hari itu.

[2] REVOIR [COMPLETED]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang