"Jangan pernah bergurau tentang perpisahan, aku sungguh tidak menyukai itu" -Mark Lee
.
.
.
.
.
Minhee meraih mantel cokelat, memakainya dengan cepat. Gadisnya sudah menunggu ditempat yang sudah mereka tentukan semalam. Minhee merutuki jadwal padatnya dikantor, apalagi rapat dadakan yang baru saja selesai ini. Pasti gadisnya sudah sangat lama disana. Minhee melajukan mobilnya, membelah jalanan Seoul dengan kecepatan cukup tinggi. Ini pertama kalinya ia datang terlambat dipertemuan dengan kekasihnya.
Minhee segera melepas seatbeltnya, ia memarkirkan mobilnya tepat dibibir jalan. Tidak peduli dengan akibat yang akan terjadi jika ia parkir sembarangan seperti itu, matanya sudah menangkap sosok gadisnya yang sedang duduk mengenakan cardigan abu-abu yang dahulu pernah ia berikan saat gadis itu ulang tahun. Memadukannya dengan kaos putih, rok hitam, sepatu juga tas yang berwarna senada dengan rok diatas lutut yang dipakai gadis itu.
Sadar jika Minhee sudah ada ditempat itu, gadis yang awalnya duduk kini bangkit dan berlari kecil menghampiri Minhee. Ia menyunggingkan senyuman manis, "Kamu sibuk banget ya?" Tanya sang gadis, Minhee menggeleng, "Tadi ada rapat dadakan. Maaf ya, jadi bikin kamu nunggu"
"Engga kok, aku baru aja sampe" bohong. Gadis itu bukanlah tipe orang yang akan terlambat saat memiliki janji temu dengan seseorang, Minhee tahu pasti hal itu. Minhee menyelipkan rambut gadis itu ke telinga belakang, "Mau kemana sekarang? Kita cuma punya waktu satu jam lagi buat kencan. Setelah itu..., Kamu ga lupa kan?" Gadis itu terlihat bingung. Jujur saja, sampai hari ini, Minhee tidak tahu apa alasan gadisnya itu terus menunda untuk segera berjalan kejenjang yang lebih serius. Selalu ada saja alasan untuk menolak, jika akan dipertemukan dengan Jihyo dan Daniel.
Minhee menghela napas, membawa gadisnya untuk kembali duduk ketempat sebelumnya, "Sebenernya apa yang kamu khawatirin, hm?"
Gadis itu menunduk, "Aku takut mama papa kamu ga bisa terima aku"
"Siapa yang bilang gitu, hm? Mama papa pasti setuju sama pilihan anaknya, mereka selalu mendukung penuh apa yang diinginkan anaknya. Mereka pasti terima kamu, apalagi kamu salah satu temen deketnya Mina, mereka pasti langsung setuju" jelas Minhee. Gadis itu menatap manik legam milik pria yang tak lain adalah kakak dari sahabatnya itu dalam-dalam, bibirnya tersenyum getir.
Minhee menggenggam tangan kekasihnya, ia sedang mencoba membujuk gadisnya agar mau dikenalkan pada orang tuanya, sebagai calon istrinya. Minhee selalu menjadi sosok pria hangat jika bersama gadis ini, "Ya? Aku yakin hubungan kita pasti bakal berjalan lancar."
"Lalu, gimana sama Sejeong? Aku takut dia sakit hati karena aku. Aku takut, dia mikir yang engga-engga tentang aku. Kamu tau sendiri, dia pernah tergila-gila sama kamu, dan ga menutup kemungkinan sekarang dia mulai tertarik lagi sama kamu. Ngeliat Mina yang dukung kamu sama Sejeongㅡ"
"Im Soyee!" Gadis itu terdiam, Minhee terlihat sangat kesal saat ini, "Denger, Sejeong tau gimana sakitnya berjuang sendirian, dia baru aja kehilangan Sehun, dia ga mungkin tertarik lagi sama aku. Kalau seandainya emang bener, aku tetep milih kamu."
"Tapiㅡ"
"Hubungan kita terjalin bahkan udah melebihi batas normal kuliah, udah hampir lima tahun. Aku ga bisa nunggu lagi" ujar Minhee terlihat frustasi. Soyee menatap mata kekasihnya yang terlihat sangat memohon, "Kenapa kamu ga bisa nunggu aku lagi? Sebelumnya, kamu baik-baik aja dan ga pernah ngungkit hal ini. Kamu capek, oppa?" Minhee menghela, "Aku ga capek Soyee, engga sama sekali. Tapi, kali ini aku bener-bener minta sama kamu. Oke, kita ga nikah dalam waktu cepat, tapi kamu harus mau ketemu mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] REVOIR [COMPLETED]✔
Fanfic*BAGIAN KEDUA DARI UNENDLICHE LIEBE* PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!! "Tuhan mempertemukan kita kembali, setelah memisahkan kita selama bertahun-tahun. Banyak rasa sakit, penantian juga harapan yang terluka. Tapi aku mencintaimu." -Kang Mina "Aku tak...