•Jepang•

169 35 2
                                    

Pasca kejadian di Busan, Jennie menghindar seratus persen melebihi Wonpil dulu. Lelaki itu tentu tidak akan tinggal diam. Berulang kali ia berusaha menemui Jennie, namun gadis itu menolak. Entah menghindar atau selalu kabur. 

Sejujurnya, Jennie tidak ingin menjadi sosok yang egois. Ia tentu juga bersalah. Kesalahan Wonpil mungkin juga setimpal dengan apa yang Jennie lakukan dulu. 

Tapi ada alasan mengapa Jennie begitu marah. Karena gadis yang bersama Wonpil adalah Wendy. Apakah sejahat itu dirinya setelah ia menghancurkan keluarga Jennie, kini juga harus menjadi alasan retaknya hubungan Jennie?

Langkah kakinya terhenti di koridor sekolah. Ia duduk di salah satu di ujung tangga. Untung saat ini sedang jam pelajaran, jadi ia tidak akan terganggu dengan lalu lalangnya siswa lain.

Nafasnya berderu. Pikirannya melayang ke beberapa menit yang lalu.

"Permisi, bapak memanggil saya?" tanya Jennie sopan saat ia berada di salah satu meja guru.

Gurunya menoleh. "Oh, Jennie! Iya saya memanggil kamu. Saya langsung saja."

Guru tersebut memberi Jennie selembar kertas yang berisi daftar siswa yang Jennie yakini berasal dari klubnya. Ia menatap guru di depannya bingung.

"Begini, sekolah kita ditunjuk oleh duta Korean Fine Arts Association, untuk menjadi perwakilan acara kesenian di Jepang. Masing-masing klub di sekolah ini akan mengirim beberapa perwakilan. Kamu sebagai leader klub menari, pilih beberapa perwakilan yang kamu percayai untuk berangkat ke Jepang. Jangan lupa, dirimu diikutsertakan dan jangan terlalu banyak murid."

Korean Fine Arts Association adalah semacam perkumpulan seni Korea Selatan. Ditunjuk sebagai perwakilan bukanlah hal yang tabu bagi sekolah Jennie. Sudah hampir setiap tahun sekolahnya ditunjuk untuk menjadi perwakilan ke beberapa negara.

Jennie mengangguk paham. "Kalau begitu biar saya rapatkan dengan anggota saya dulu."

Gurunya langsung menyanggah. "Jangan. Kamu langsung saja pilih. Saya butuh listnya hari ini, biar bisa langsung sekolah urus berkas-berkas pentingnya. Jumat besok hari keberangkatan. Waktu kita tidak banyak."

Gadis itu mengangguk kaku lalu pamit pergi. Namun, ia berhenti dan berbalik lagi.

"Pak, kalau boleh tau, yang jadi perwakilan klub musik siapa ya?"

Pria paruh baya di hadapannya tampak berpikir sebentar lalu mencari sebuah kertas. "Ah, klub musik?"

'Kumohon, jangan Day6. N.Flying atau The Rose saja,' batin Jennie berdoa dalam hati.

"Um, Day6."

Ia membelalak kaget. "Me---mangnya kelas akhir diperbolehkan ikut?

Guru di depannya mengangguk. "Tentu saja. Untuk mereka pengecualian. Mereka sering memenangkan perlombaan internasional. Itu sebabnya saya memperbolehkan mereka ikut."

"Ah begitu. Terima kasih pak."

Jennie melangkahkan kakinya pergi.

Gadis itu mengacak rambutnya asal. "Astaga. Lama-lama aku bisa gila."

Apalagi saat ini adalah waktu datang bulan Jennie. Bertambahlah penderitaan gadis itu.

Ia bolak-balik mencengkeram perutnya yang terasa nyut-nyutan. Untuk berdiripun ia tak sanggup. Gadis itu menunduk.

Sepasang kaki terlihat di bawah. Jennie mendongak dan mendapatkan sosok Kim Wonpil tengah berdiri menatapnya khawatir.

Beautiful Feeling; KWP•KJN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang