The Truth Untold 5 #Wonpil

289 34 2
                                    

Lelaki itu menunduk sebentar sebelum kembali menatap Jennie. "Aku memohon satu permintaan untukmu. Tolong jangan menemuiku lagi. Itu semua akan sia-sia."

Jennie menatapnya terkejut. Senyumannya yang terpampang jelas di wajah mulai memudar perlahan. Bibir gadis itu menjadi kaku mendengar permintaan lelaki itu.

Apakah barusan lelaki itu meminta Jennie untuk berhenti?

Tanpa berpamitan ataupun menoleh, Wonpil berjalan pergi meninggalkan Jennie dan Dowoon.

[Ch. A Night]

"Ya! Dowoon beneran menyuruh Wonpil oppa kesini tidak sih? Atau dia berbohong?" tanya Jennie sendiri saat dirinya sudah menunggu selama dua jam di Namsan Tower.

Jika kalian berpikir bahwa Wonpil jahat karena telah membiarkan Jennie menunggu terlalu lama, well, kalian salah. Faktanya Wonpil bahkan telah tiba satu jam lebih awal daripada Jennie. Yang artinya lelaki itu telah menunggu selama tiga jam disana.

Kenapa Wonpil tidak mendatangi Jennie?

Entah apa yang terjadi, namun seperti ada sesuatu yang menahan lelaki itu untuk tidak mendatanginya. Ia menunggu di pojokkan sambil memperhatikan gadis itu dari kejauhan.

"Aish! Jinjja!"

Wonpil melihat gadis itu menggosok-gosokkan telapak tangannya menandakan bahwa ia kedinginan.

"Dasar bodoh. Sudah tau mau turun hujan, kenapa malah menggunakan pakaian seperti itu." ucap Wonpil berbisik lalu tersenyum kecil.

Ia merapikan bajunya sebentar. Baiklah, ini waktunya untuk akting.

Wonpil keluar dari tempat persembunyiannya dan bersikap seakan ia mencari Dowoon.

"Ya! Bocah itu dimana?" ucapnya dengan celingukan.

"Oppa!"

Wonpil tersenyum kecil lalu berbalik seakan ia terkejut. Jennie menahan lengannya.

"Apa yang kamu lakukan? Aku hendak menemui Dowoon, bukan dirimu." ucap Wonpil berbohong. Tentu ia datang kesini karena ingin bertemu dengan gadis itu. 

Dengan sedikit menggigil, Jennie membalas, "Dia berbohong. Aku yang menyuruh Dowoon agar ia berbohong dan mengajakmu kesini. Aku ingin bertemu denganmu."

Ingin rasanya Wonpil tertawa melihat keluguan gadis itu. Justru ia yang meminta Dowoon untuk membawa Jennie kesini, bukan Dowoon yang membohongi Wonpil. 

Setelah melewati beberapa perdebatan kecil, akhirnya disinilah mereka berada. Berada di dalam gondola. Terkunci disini adalah diluar skenario Wonpil. Ia juga terkejut ketika mengetahui ia dan Jennie terkunci. Namun detik kemudian, ie tersenyum senang. Bukankah itu artinya ia akan menghabiskan malam bersama Jennie?

Wonpil melirik gadis itu yang berulang kali batuk dan bersin. Dengan berpura-pura ketus ia mendatangi Jennie dan memberinya jaket yang ia kenakan lalu duduk disebelahnya. 

Setelah merasa lebih hangat, mereka berdua kembali terdiam. Wonpil membuka ponselnya dan jarinya bergerak kesana-kemari. Sebuah foto terpampang jelas dilayarnya. Ia tersenyum kecil.

"Siapa itu? Wendy eonni?" tanya Jennie. 

Ck. Bodoh. Foto dirimu sendiri saja kamu tidak tau, batin lelaki itu.

 Foto dirimu sendiri saja kamu tidak tau, batin lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonpil terdiam tanpa ada niat menjawab gadis itu. Ia terus memandangi layar ponselnya.

Jennie menghela nafas. "Kalian berpacaran?"

"Memangnya kenapa kalau kami berpacaran?" tanya lelaki itu balik, sengaja ingin memancing gadis itu.

Namun jawaban dari Jennie sungguh diluar dugaan Wonpil.

"Tadinya aku ingin menentangmu. Tapi aku sadar, kalau aku bukan lagi siapa-siapamu. Aku juga ingin berjuang untuk mendapatkanmu kembali. Tapi apalah arti kalau kamu sudah memiliki hubungan dengan gadis lain." 

Wonpil reflek menoleh dan menatap gadis itu.

"Aku— merindukanmu." 

Lelaki itu mengalihkan pandangannya menatap kota Seoul dari ketinggian. Jangan, Jen. Kumohon jangan.

Setelah tertidur beberapa jam, Wonpil terbangun lebih dahulu sebelum gadis itu. Ia menatap wajah Jennie lama dan membenarkan jaketnya agar menutupi tubuh gadis itu.

Ia mengambil ponselnya dan menelfon Dowoon.

"Aku— merindukanmu." 

Dua kata yang diucapkan Jennie tadi malam membuat jantung Wonpil berdetak tak karuan.

Maaf, Jen. Kamu tidak boleh rindu, apalagi kepadaku. Bukankah kamu lebih baik melupakanku?

Tak lama kemudian Dowoon datangdengan beberapa petugas penjaga dibelakangnya. 

Wonpil berdiri tak jauh dari mereka sembari menatap datar. Dowoon tengah membangunkan Jennie.

Jennie menatap lelaki itu. "Jaketmu bagaimana? Biar aku cuci dulu lalu aku berikan ke kamu."

Wonpil berjalan mendekat. "Tidak usah. Titipkan saja ke Dowoon."

Lelaki itu menunduk, memantapkan hatinya sebentar sebelum kembali menatap Jennie. "Aku memohon satu permintaan untukmu. Tolong jangan menemuiku lagi. Itu semua akan sia-sia."

Itu lebih baik, Jen. Agar kamu tidak tersakiti terus.

Dengan menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya, Wonpil meninggalkan Jennie dengan Dowoon, sekaligus mulai merelakan gadis itu dengan sahabatnya itu.

Wonpil's Side End

Oke bai bai 🙋C u in the next book❤️❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oke bai bai 🙋
C u in the next book❤️❤️


Beautiful Feeling; KWP•KJN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang