15.9K 964 63
                                    

Daripada lumutan, mending diqi up aja...
Terserah si readers'nim aja, suka atau tidak ya... Diqi ga maksa juga.

Terkadang diqi penasaran, apasih yang kalian suka dari ff di akun diqi?
Bagian mananya? Karena diqi rasa, semua ff itu ga ada yang bermutu lho...
Buat aja tergantung mood...
Asal asalan....
Ga sebagus dan selihai authors yang lain... Diqi mah..., masih di bawah standar...
Masih butuh banyak belajar...

Udahlah... Sampai sini aja...
Salam sayang penuh cinta dari Diqi... Pai pai....






















Matanya terlihat sendu, seakan ada bola kaca kristal yang menumpuk di sudut mata hendak jatuh namun sekuat tenaga kembali tertahan oleh si yang punya.

" A-Ayah..... "

Lirihnya dengan begitu gurat kesedihan.

Di sana, di sudut ruangan serba putih itu terdapat seorang sosok pria paruh baya yang terlihat amat kacau.

Ia tersenyum sendiri, dengan gumaman tak jelas dari bilah bibirnya.

Mata itu memancarkan kegembiraan namun penuh kehampaan. Itu semua hanyalah kamuflase semata.

Membuat sosoknya yang selalu di gadang gadangkan baik baik saja, namun pada nyatanya tidaklah benar.

Sosok itu sakit, semua orang tau itu, bahkan termasuk sosok yang sejak lebih dari satu jam lalu terus memperhatikan nya dari balik batas sekat berlapis kaca anti peluru.

Tangan berjemari lentik itu menyentuh sekat kaca, seolah tengah menggapai sosok di dalam sana ke dalam sentuhan lembutnya.

Tak bisa.

Sekuat apapun ia mencoba, ia tak akan bisa, tak akan pernah.
Karena ia bukanlah penawarnya, ia bukan obat dari kesakitan yang di tanggung sosok itu.

Tapi ia harus apa dan bagaimana?
Ia sangat ingin menyembuhkan, namun tak bisa berbuat apa apa.

Dokter terhebat sekalipun tak akan bisa menyentuhnya jika itu tidak seizin sang pemilik tubuh?!

Sret

Ia berbalik, tak bisa melihat itu semua lebih lama lagi.
Memilih berbalik dengan mendongakkan kepalanya menatap langit langit ruangan yang ia pijaki dengan nanar.

Sampai kapan?
Sampai kapan ia harus begini?

" Tuan muda-

Menyeka cepat butiran kristal yang menggenang di sudut mata cepat, berdehem sejenak lantas menatap sosok pria tegap berbalut baju seragam bodyguardnya.

" Ya? "

" Anda baik baik saja, Tuan? "

Bolehkah ia berkata tidak? Berteriak sekencang mungkin dengan menyerukan 'aku tidak baik baik saja! I'm not OK! '
Bolehkah?
Ku rasa tidak.

" Saya baik. "

Ya. Hanya kata itulah yang mampu ia ucapkan saat ini. Tak peduli betapa kesalnya hati itu menjerit pilu mengetahui lidahnya telah kembali berbohong untuk kesekian kalinya.

" Tuan-

Sang bawahan memanggil pelan, seakan ia amat tau apa yang tengah di rasakan hati sang tuan mudanya.

Tapi, mau bagaimana lagi?

Sang tuan tetap kekuh pendirian, menyematkan senyum tipis, tapi terbesit akan kepedihan amat mendalam.

CtD_/KO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang