Malam itu terasa begitu tenang, gedung gedung yang menjulang tinggi di pusat kota tampak indah dengan cahaya lampunya yang terang.
Di sudut lain, pada sebuah gedung yang tak terlalu tinggi, ujung lorong utara terlihat begitu kelam.
Tapi setidaknya ada cahaya minim di sana yang mana berasal dari komputer yang memang menyala.
Di hadapan layar itu terlihat sosok berkaca mata tengah berfokus pada tugasnya kali ini.
Jemarinya begitu cekatan hanya untuk menari di atas papan ketik hitam itu, sedangkan layarnya menampilkan rentetan angka sekaligus kalimat kalimat amat penting.
Klik
Satu ketikan dan ketukan terakhir mengakhiri segala tugasnya.
Senyum puas tercetak jelas di bibir tipis itu.
Tidak. Itu bukanlah senyum tulus.
Melainkan sebuah senyum mengerikan yang memiliki efek serta dampak lain setelah ini.Berdiri lantas melirik jam tangannya dulu bergumam pelan.
" Baiklah, masih ada waktu 3 menit lagi. "
Matanya berpendar, melihat ke segala sudut ruangan itu yang nyatanya amat gelap.
Tenang. Dia akan tetap bisa melihatnya dengan jelas. Ia memakai alat di kacamatanya itu, ingat?Kembali melirik layar komputer itu sebelum akhirnya ia matikan karena benda itu sudah tak penting lagi baginya.
Berjalan santai dengan kedua tangan berada di saku celana, bersiul pelan tak lupa menyempatkan dirinya untuk menempelkan sebuah chip kecil, mungkin seukuran dengan Batrai Jam yang mengeluarkan cahaya merah berkedip kedip manja pada sebuah kotak pusat listrik gedung itu.
Melambungkan sebuah benda kecil pipih lantas menangkapnya kembali dengan senyum senang.
Mengamati sejenak mengabaikan tatapan para burung hantu yang menuntut seolah ingin tau." Mari kita mulai. "
Satu bait kalimat dengan tiga kata itu berhasil melalak lantahkan segalanya.
Klik
Tiga
Dua
Satu
DUAAARRRRRR....!!!!!!
Angin berhembus kencang dengan kobaran api mengudara, membumbung tinggi setelah berhasil mengenyahkan segala puing puing sebagai penghalang kemenangan.
Ia tetap berjalan santai, membiarkan angin panas hawa api yang mengobarkan jubah hitamnya di tengah malam begitu kelam ini.
*
Sebuah mobil Audi hitam melesat dengan mulus tepat di teras pintu besar utama kediamannya.
Membuka pintu lantas langsung di sambut para bawahan.
" Tuan Jungkook- "
Sambut mereka.
Sosok itu, Jungkook hanya mengangguk singkat sebagai balasan. Lantas menyerahkan kunci mobil itu ke tangan Daniel.
" Pindahkan ke Garasi. "
" Baik Tuan. "
Pintu di buka, Jungkook melangkahkan kakinya dengan begitu santai dan riang.
Tepat di tengah ruang keluarga, terlihat sosok Daehyun yang masih sibuk menghisap nikotinnya. Mata pria paruh baya itu terpejam seraya memainkan gumpalan asap putih yang ia keluarkan dari mulut serta hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CtD_/KO
Random" Jungkook-ah, ku mohon kembalilah pada ayah.... " " Maaf hyung, aku tak bisa. Aku tidak mau lagi di perbudak olehnya! " " Jungkook-ah... Ku mohon.... " " Apa yang aku dapat, jika aku kembali...? " " Hiks.. Hiks.. Aku! Kau bisa memiliki aku, jungkoo...