33. {VICTOR = Debaran}

12.2K 921 135
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati tahu siapa pemiliknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hati tahu siapa pemiliknya."

****

"Airin?" Adrian menarik tangan Airin yang berjalan di depannya, ia mengerjar gadis itu namun gadis itu sama sekali tidak memperdulikannya, hingga akhirnya Adrian menarik tangan Airin, Airin yang tidak siap menabrak dada bidang Adrian begitu dirinya di tarik paksa menghadap laki-laki itu.

"Aww," Airin meringis begitu hidungnya menabrak dada bidang Adrian, ia menjauhkan tubuhnya dari Adrian kemudian mengelus hidungnya yang terasa sakit.

"Maaf," ucap Adrian begitu ia tahu Airin meringis.

Airin mendongkak, ia menatap lurus Adrian. "Kenapa?" Airin bertanya dengan suaranya yang datar.

Adrian balik menatap mata indah Airin lekat. "Lo salah paham soal kejadian dulu," ucapnya yang membuat Airin menghela napas.

"Terus?" katanya lagi.

"Kenapa lo menghilang?" Adrian memegang kedua bahu Airin.

"Perlu lo tau?" Airin mengalihkan tatapannya karena Adrian menatapnya begitu lekat dengan sirat luka yang mendalam.

"Kita masih belum putus, gue masih pacar lo dan lo masih pacar gue," Adrian menarik dagu Airin agar menatapnya.

"Tapi gue anggap hubungan ini udah selesai saat lo lebih milih dia dari pada gue."

"Gue perlu bilang berapa kali kalo itu cuma salah paham?"

"Gue gak akan percaya sampai ada bukti," setelah mengatakan itu Airin menepis tangan Adrian yang bertengger di kedua bahunya dan melenggang pergi begitu saja dari hadapan Adrian.

Adrian menatap kepergian Airin dengan sendu, ia menggenggam tangannya erat, rahangnya mengeras sampai uratnya kelihatan, mukanya memerah menahan gejolak amarah dalam dirinya, ia marah kepada dirinya sendiri. "ARGHHH!! BANGSAT!" Adrian meninju tembok yang ada di sampingnya hingga tangannya mengeluarkan darah.

Alio yang sedang berjalan menyusuri koridor terkejut begitu melihat Adrian memukul tembok dengan sangat kencang, hal itu sontak membuat perhatian murid yang berada di sana tertuju kearah Adrian. "Lo bego ya?!" pekik Alio kemudian menampar pipi Adrian. Pandangan Alio beralih kepada murid-murid yang memperhatikan mereka. "Apa yang lo semua liat? BUBAR!" ucapan Alio membuat murid murid yang tadinya memperhatikan mereka kini berhamburan ke kelas mereka masing-masing.

VICTOR (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang