-oOo-
"Ameeza tolong bawakan buku-buku itu ke kantor," perintah Bu Rose—guru Bahasa Indonesia.
Ameeza mengangguk walau dalam hati ia mengumpat. Sebelum Ameeza berdiri Melva sempat menawarkan diri untuk membantunya. Namun, Ameeza menolak cepat.
Ameeza melangkah mendekati meja tempat tumpukan milik Bu Rose. Ia hendak mengangkat tumpukan buku tersebut dengan kedua tangannya. Namun, pergerakannya berhenti, netranya tak sengaja melihat sebuah daftar nilai musikalisasi puisi di tumpukan paling atas.
Kening Ameeza sedikit berkerut saat mengetahui bahwa Erga mengerjakan tugas sendiri. Penasaran, Ameeza mengambil kertas berisi nilai musikalisasi puisi. Ia sedikit terkejut mengetahui bahwa Erga tak pernah ikut kerja kelompok, kecuali saat pertama tugas kelompok dengan Ameeza di pelajaran prakarya.
Bel pertanda istirahat membuat Ameeza tersadar, ia bergegas membereskan tumpukan buku tersebut. Lalu bergegas pergi ke luar kelas.
Setelah menyimpan tumpukan buku milik Bu Rose di meja. Ameeza berniat ke kantin untuk mengisi perut, namun ia mengurungkan niatnya saat matanya melihat segerombol perempuan tengah berjalan ke arahnya. Sebelum mereka melihat Ameeza, ia buru-buru berbelok ke koridor lain. Bersembunyi dari fans fanatik kedua kakaknya dan sepupu-sepupunya. Bisa gila Ameeza mendengar ocehan mereka.
Ameeza ke luar dari koridor tadi, ia lagi-lagi menghentikan kakinya saat melihat Erga yang ke luar dari tempat loker kelas X. Tak heran sih, namun setau Ameeza Erga tak pernah menyimpan apapun di loker. Bukannya Ameeza stalker atau apa. Teman satu kelasnya pun tahu.
Ameeza merogoh saku roknya, namun kosong hanya ada kunci loker. Ah, Ameeza teringat tadi pagi ia menyimpan dompetnya di loker. Ameeza bergegas berjalan ke arah tempat loker kelas X.
Belum juga Ameeza memasukkan kunci ke lubangnya, suara deritan itu membuat Ameeza menoleh. Rupanya ada sebuah loker yang tidak di kunci. Ameeza menyimpan kembali kuncinya ke saku rok. Ia menghampiri loker yang terbuka, netranya sedikit membola mengetahui loker itu penuh dengan sebuah kertas.
"Ini loker siapa sih. Berantakan banget."
Ameeza mendongak membaca sebuah nama di atas loker. Di sana tertera nama Erga Merfando, X MIPA 2.
Melihat itu Ameeza jadi semakin penasaran, rupanya ini loker Erga. Ia mengambil satu buah buntalan kertas berbentuk bola.
Bukan benci tapi muak
Bukan tak mau tapi memang tak bisaTulisan ini membuat Ameeza terdiam. Ia tidak mengerti kata-katanya. Ameeza mau membaca buntalan-buntalan kertas lain yang memenuhi loker Erga. Namun, ia mengurungkan niatnya saat mendengar suara derap langkah kaki.
Ameeza menutup loker Erga pelan sampai benar-benar tertutup. Sementara buntalan kertas yang tadi di bacanya ia masukan. Ke saku rok.
Ameeza berpura-pura mencari sesuatu di lokernya agar tahu apa yang Erga lakukan di sini. Iyah, yang datang ke tempat loker kelas X itu Erga. Bedanya ia membawa sebuah plastik hitam besar. Erga membuka loker dan menjatuhkan buntalan-buntalan kertas itu ke dalam plastik.
Ameeza berasumsi Erga akan membuangnya ke tempat sampah atau membakarnya.
Ameeza mengambil beberapa lembar uang di dompetnya, setelah itu menutup dan mengunci lokernya. Bertepatan dengan itu Ameeza dan Erga sama-sama menoleh, sehingga keduanya saling tatap. Walau beberapa detik kemudian Ameeza dan Erga membuang pandangan masing-masing ke arah lain.
-oOo-
Di depan sana Agas sedang menjelaskan tentang sejarah perkembangan manusia dari manusia purba ke manusia zaman sekarang.
Beberapa anggota Club Buku ada yang mengeluh bosan mendengar penjelasan Agas mengenai materi sejarah yang tanyakan oleh salah seorang perempuan nerd di barisan depan.
"Paham?" tanya Agas setelah selesai menjelaskan.
"Paham, Kak."
"Gue mau ngasih pengumuman penting terkait Club Buku. Walaupun Club ini baru setahun di bangun, tapi Club Buku cukup berkontribusi dalam beberapa olimpiade. Maksudnya kebanyakan yang diikut sertakan dalam olimpiade itu anak-anak dari Club Buku. So, kemarin kita udah diskusi. Hasilnya, kalian harus pilih konsentrasi yang mau kalian ambil. Misalnya kalian mau ambil ekonomi, biologi, bahkan novel atau cerpen, puisi. Terserah," jelas Ily.
"Kak boleh ambil lebih dari satu?" tanya perempuan nerd di barisan depan.
"Boleh, cuma yah gue saranin ambil satu aja. Biar konsentrasi kalian di bidang itu full," jawab Ily.
"Oh, iya konsentrasi yang kalian ambil bakalan dijadikan satu kelompok. Kayak misalnya ada yang ambil konsentrasi ekonomi 5 orang maka 5 orang itu satu kelompok. Kalau cuma satu orang kemungkinan yah gak kelompok," kata perempuan berkuncir kuda yang berdiri di samping Ily, namanya Clary.
"Selama beberapa minggu ini kita gak terlalu fokus sama program Club Buku. Karena kita pun belum kepikiran buat program. Makanya sekarang kita semua akan jelasin terkait program ini," tutur laki-laki berkacamata kotak, namanya Adam.
"Nanti kita bagikan kertas semacam formulir, di bawahnya ini ada kotak di samping konsentarsi yang mau kalian ambil. Kalian tinggal ceklis aja," jelas laki-laki berkulit sawo matang, namanya Angga.
"Setelah dikelompokkan kita bakal kasih kalian tugas setiap satu minggu sekali," ucap perempuan bersweater pink, namanya Amanda.
Ily dan Agas membagikan formulir tersebut ke adik kelasnya. Setelah membagikan Agas berbicara. "Dikumpulkan minggu depan."
-oOo-
Setelah semua anak Club Buku pulang, Erga memberanikan diri untuk bertanya pada Agas yang masih membereskan buku-buku yang ada di atas meja.
"Kak."
"Yah?" tanya Agas bersamaan dengan ia menyandang tasnya.
"Konsentrasi yang jarang dipilih?"
Agas paham maksud Erga. "Gak tahu sih, Ga. Soalnya program ini baru di coba diangkatan kalian."
"Ouh, oke." Dari jawaban itu Agas bisa melihat sedikit raut wajah lesu.
"Lo sakit?" tanya Agas penasaran.
"Saya pamit."
Setelah itu Erga pergi meninggalkan ruangan Club Buku. Kepergian Erga sedikit membuat Agas curiga, entah kenapa Agas curiga Erga sedang dalam masalah. Atau mungkin sakit.
"Aneh," gumam Agas pelan.
-oOo-
Erga membuka pintu depan rumah pelan. Pintu yang terbuat dari kayu yang cukup tua itu berderit cukup nyaring.
"Nenek?"
Erga masuk ke rumah setelah meletakkan sepatu dan kaos kakinya di luar. Dingin lantai yang hanya dilapisi oleh semen menyentuh telapak kaki Erga. Ia tak merasa terkejut dan asing lagi dengan rasa ini.
"Nenek!" teriak Erga refleks. Sehingga sang nenek yang sibuk mencuci berbalik.
Erga buru-buru menghampiri neneknya. Ia menarik sang nenek untuk berdiri. Lantas tanpa aba-aba Erga memeluk sang nenek. Air matanya meleleh.
"Jangan kerja berat-berat, Nek," pinta Erga dengan nada rendah.
Erga memejamkan matanya sesaat. Untuk beberapa waktu lalu Erga merasa hidup sebatangkara. Ia melupakan sang nenek yang terus berada di sampingnya hingga saat ini.
Erga melepas pelukannya. Menarik sang nenek untuk duduk lesehan di ruang tengah. Erga mengeluarkan dua nasi bungkus dari tasnya.
"Ayo makan, Nek."
Neneknya tersenyum. Wajah yang sudah keriput itu terlihat bahagia. Tangannya menyentuh bahu Erga pelan. "Di sini masih ada nenek."
Erga mengangguk pelan. Kepalanya langsung tertunduk. Mengapa neneknya seolah sangat tahu bagaimana perasaannya saat ini. Disaat Erga merasa ia hanya sendiri. Disaat ia berpikir tak ada orang yang bisa mengerti dirinya. Erga merasa bersyukur, neneknya ada. Menemaninya sampai saat ini.
-oOo-
KAMU SEDANG MEMBACA
AMEEZA [TAMAT]
Teen Fiction(#HIJRAHSERIES) Keputusan Bahar untuk menyekolahkan Ameeza di SMA Antares, miliknya mengubah sang putri menjadi sosok yang dingin. Hidup Ameeza terasa penuh masalah ketika ia berada di SMA Antares. Ia harus menghadapi fans gila sepupu dan saudarany...