36. Rencana Move On

553 52 26
                                    

-oOo-

Sebuah hoodie melayang dan tepat mengenai wajah Ameeza yang baru saja menginjakkan kakinya ke lantai dasar. Ameeza menatap pelaku pelemparan hoodie yang tak lain adalah Izzi—kakak keduanya.

"Heh! Gue mau ngomong!"

Ameeza menjinjing tasnya. Menjauh menuju meja makan. Untuk hari ini tidak ada sarapan bersama. Yah, karena ayahnya sudah lebih dulu pergi ke Cafe karena ada urusan darurat dan mamanya pergi arisan.

Ameeza mengabaikan suara Izzi yang terus mengoceh. Sampai kaka keduanya itu dengan sengaja menggeser piring Ameeza hingga terlempar dan berakhir jatuh.

Prang!

Ameeza semakin emosi. Tapi, ia masih berusaha menahan diri. Entah kenapa hari ini kakak keduanya sangat emosional dari biasanya.

"Lo coret-coret dinding kamar gue? Gak lo bersihin lagi?!" bentak Izzi.

Angga yang baru saja turun dari tangga buru-buru berlari mendekat ke ruang makan. Angga menarik tangan Izzi untuk menjauh. Namun, perempuan itu lebih dulu menepis tangan Angga. "Lepasin!"

"Lo kenapa, sih? Ada masalah apa? Kan bisa dibicarain baik-baik." Angga berusaha menyeret Izzi menjauh. Namun, Izzi juga berusaha melepaskan cengkraman Angga.

"Denger, yah! Gue gak mau tahu, lo harus bersihin sekarang juga sebelum berangkat sekolah! Kalau gak gue bakalan benci banget sama lo!" ancam Izzi seraya menunjuk-nunjuk Ameeza dengan jarinya.

"IZZI MITHALIA!" bentak Angga tak dapat membendung lagi kemarahannya. Laki-laki itu melempar tasnya asal. Menatap Izzi tajam seolah memperingati. "LO UDAH KETERLALUAN!"

"Bela aja terus! Bahkan lo gak pernah peduli sampai segininya ke gue. Lo cuma peduli dan perhatiin Ameeza!" balas Izzi sengit.

Angga menunduk. Mengembuskan napasnya prustasi. "Zi, lo kenapa? Kalau ada masalah lo bisa cerita. Lo gak bisa lampiasin kemarahan lo ke Amy."

Izzi berdecih. "Masalahnya itu ada di Ameeza!" Izzi meninggikan suaranya tak lupa menunjuk Ameeza yang masih diam menikmati sarapannya. Yah, tadi Ameeza sempat mengambil piring baru lagi dan mengisinya dengan nasi goreng.

Ameeza meneguk air putihnya tenang. Tak peduli saat ini suasana ruang makan sedang tegang. "Kak Angga sama Kak Izzi berangkat duluan aja," tutur Ameeza tanpa beban. Ekspresi wajahnya teramat datar.

"Tapi ...."

Ameeza menyela Angga yang tampaknya hendak menyanggah. "Gue udah izin gak sekolah."

"AMEEZA!" peringat Angga. "Lo gak harus lakuin itu."

Ameeza berdiri dari duduknya. Ia mengambil tas Angga yang tergeletak di dekat tangga. Ameeza memberikannya pada Angga, laki-laki itu menerimanya.

Ameeza menampilkan wajah datar. "Cepet pergi, Kak. Keburu telat," suruh Ameeza seraya menunjuk pintu utama.

Angga masih belum terima keputusan Ameeza. Namun, ekspresi datar dan ucapan Ameeza rasanya tidak bisa dibantah.

Angga menghela napas panjang. Ia mengangguk menuruti kemauan adiknya. Sepertinya lebih baik begini, walaupun Ameeza terpaksa harus izin gara-gara masalah ini.

AMEEZA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang