9. Kesedihan Erga

853 88 12
                                    


Selamat membaca 😄

-oOo-

"Argh!"

Di dalam kamar dengan nuansa cat putih abu itu, Ameeza sedang mencoret-coret dinding kamarnya dengan spidol, krayon, pilox dan pensil warna.

Beginilah jadinya jika Ameeza sedang dalam mode marah, kesal, atau sedih. Aktivitas yang sering dilakukannya untuk meluapkan kesal dan emosi. Yah, dengan mencoret-coret tembok. Menuliskan semua kata-kata atau kalimat yang ada di kepalanya.

"Astaghfirullah."

Ameeza masih sibuk mencoret-coret dinding menggunakan krayon. Tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang berbicara.

Angga berjongkok di samping Ameeza yang sedang mencoret-coret tembok. Lalu mengusap kepala adiknya pelan. Kemudian pandangannya beralih pada tulisan yang tertulis di tembok. Satu persatu Angga membacanya. Sampai pada gambar paling ujung, Angga langsung tersentak. Ia menoleh. "Lo mau bunuh orang, My?"

Tangan Ameeza yang semula menari-nari di atas tembok seketika terhenti mendengar pertanyaan konyol yang dilontarkan kakaknya. Tak sampai satu detik setelah Ameeza menoleh ke arah Angga, ia meledakkan tawanya.

Kening Angga mengerut dalam. "Kenapa?"

Ameeza menyusut air mata dari sudut matanya. "Pertanyaan lo konyol abis. Lo kira gue psikopat?" Setelah menjawab pertanyaan Angga, Ameeza kembali meledakkan tawanya.

Napas Ameeza terengah-engah akibat kebanyakan tertawa. Melihat ekspresi Angga yang masih cengo membuat Ameeza kembali bersuara. "Bunuh hewan aja takut, apa lagi bunuh orang. Ngaco lo."

Angga menganggaruk tengkuknya. Merasa malu karena salah menuduh. Kemudian jari telunjuknya mengarah pada gambar orang-orangan dengan kepala besar dan anggota tubuh segaris sebesar lidi diberi nama Erga. Lalu ada tulisan 'mati' di sampingnya diberi tanda panah.

"Gue iseng."

"Tadi Sera katanya nitip sesuatu sama lo."

Pernyataan dari Angga seketika mengubah ekspresi Ameeza menjadi datar. Ia berdiri, lalu mengambil sekantong plastik besar dari dalam tasnya. Bukannya memberikan dengan baik-baik, Ameeza justru melempar kantong plastik itu kasar ke arah Angga.

Beruntung Angga bisa menghindar. Ia  mengambil kantong plastik yang terpental tak jauh darinya. Lalu berdiri dan ikutan duduk di tepi kasur di samping Ameeza.

"Bilang sama si Sara, Siera atau siapa itu jangan seenaknya nyelipin barang di tas orang!"

"Katanya lo selalu buang pemberian dia ke tong sampah," kata Angga.

"Kalau iya kenapa? Gak suka? Makanya urus tuh fans fanatik lo. Jangan sampe karena gue adik lo mereka seenaknya kayak gini!"

"My, lo jangan gitu."

Tanpa menjawab, Ameeza mendorong paksa Angga sampai keluar kamar. Tanpa jeda, Ameeza langsung menutup pintu kasar.

"Amy!"

"Dek!"

Ameeza menghiraukan teriakan Angga. Ia memilih kembali melanjutkan mencoret-coret temboknya dengan kata-kata 'Benci Fans Fanatik! Enyah lo!' dengan tulisan besar-besar menggunakan pilox.

AMEEZA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang