Kelas || 02

698 72 10
                                    

^_^

_________________
Bismillah...

HAPPY
READING 📖

******

*3 hari berlalu...

Setelah berakhirnya MOS (masa orientasi siswa) selama tiga hari, kini saatnya mereka memulai pembelajaran dikelas yang baru, dengan teman yang baru, suasana baru, dan pastinya guru baru.

Saat ini Dhena menyusuri koridor sekolah yang sudah ramai berlalu lalang siswa, ia menuju mading yang ramai diserbu para murid baru untuk mencari dimana letak kelas mereka, dan mereka mendapatkan kelas apa. Semua murid saling mendorong, hingga ada beberapa yang tanpa sengaja terjatuh. Berhubung Dhena takut untuk ikut menyerbu karena yang menyerbu bukan hanya perempuan tapi juga lelaki yang saling berdesak-desakan. Membuatnya takut untuk ikut menyerbu karena akan tersenggol ataupun tersentuh dengan yang bukan mahram meskipun tanpa sengaja. Ia duduk diteras untuk menunggu mading sepi kembali.

Beberapa menit kemudian Dhena menunggu, murid demi murid pergi, akhirnya mading itu lega kembali. Dhena menuju mading dan melihatnya dengan teliti, dan yap namanya terdapat dikelas MIPA-1. Ia menghembuskan nafas Cukup lega ketika ia tahu ternyata ia sekelas dengan teman barunya dan sahabat lamanya, karena tanpa sengaja nama Fena tertera tepat dibawah namanya, dan nama Keyna yang tertera ditengah-tengah membuat dirinya tanpa sengaja melihatnya.

Ia membalikkan badan, dan berjalan menyusuri koridor menuju kelas barunya. Dan pastinya ia berjalan dengan menundukkan pandangan, membuat semua orang yang berlalu lalang dikoridor menatapnya heran. Dhena yang ditatap seperti itu pun, membuat perasaan Dhena sedikit tidak nyaman.

Sesampainya Dhena didepan kelas, ia menatap nanar kearah kelas tersebut. Ketika ia menatap kearah ke kelas yang baru, disekolah yang baru, meskipun baru tapi setiap melihatnya, kenangan masa lalu berputar kembali bagaikan kaset rusak yang terus berputar tanpa henti, dimana waktu pertama kali ia mendaftar SMP, dimana semua orang bergandengan tangan dengan ibu/ayahnya, ia menatap kearah pergelangan tangannya yang digenggam oleh sang kakek. Dhena termenung, dia sadar, yang dulu ada panggilan kakak, ayah, ibu yang masih menggema disetiap sudut rumah, kini rumahnya hanya ada keheningan tanpa canda tawa, dan tanpa kebisingan.

"DOR!!."

Suara teriakan itu membuat lamunan Dhena ambyar, ia terlonjak kaget dengan hadirnya dua manusia yang sekarang cengar-cengir dihadapannya tanpa dosa.

"Loh, kalian udah saling kenal?." Tanya Dhena ketika ia melihat Fena dan Keyna bersama, mereka lah yang mengagetinya tadi secara bersamaan.  Fena dan Keyna tersenyum puas bagaikan orang yang memenangkan give away berhadiah uang tujuh turunan tidak akan habis, tanpa potongan pajak.

"Dia temen lama gue waktu SD, yang ngeselinnya sampai sekarang masih utuh." Ujar Keyna, membuat Fena berhenti tersenyum dan menatapnya heran.

"Elo kali yang ngeselin!." Ujar Fena tak mau kalah.

"Elo!."

"Elo duluan!."

"Elo ya pokoknya elo!."

"Elo!."

"Elo!."

Perdebatan mereka masih berlanjut,  membuat Dhena yang berdiri hanya bisa diam dan menggeleng-gelengkan kepala.

Tiba - tiba seorang lelaki keluar dari kelas barunya,
"Kenapa manggil-manggil?," tanyanya membuat Dhena semakin bingung, siapa cowok ini?, kenal saja tidak. Pikir Dhena. Sementara Fena dan Keyna perdebatannya berhenti secara memendadak, dan menatap heran kearah lelaki tadi.

"Pd banget lu tong!, HAHAHA" Ujar Fena lalu tertawa garing, karena semuanya hanya diam dia sendiri yang tertawa yang entah dimana letak lucunya. Kecuali Keyna yang masih stay memasang ekspresi heran kepada cowok itu.

"Lo yang namanya Tanelo agustin frajir, itukan?. Tapi yang biasanya dipanggilnya ELO atau bisa juga dipanggil TELO??" Tanya Keyna mencoba mengingat ingat. Sementara Dhena hanyalah menyimak karena ia tak tau apa-apa. Kenapa semua orang disini rata-rata sudah saling kenal?, itulah yang dipikirkan Dhena.

"Nama gue dipanggilnya fraji panggilan telo tuh cuma nama samaran doang." Katanya dengan menyibak rambut kebelakang, dengan menampilkan tampang yang sok ganteng membuat Fena dan Keyna seolah memutahkan sesuatu karena jijik. 'Ganteng sih kagak, merusak pemandangan iya!." Rutuk Fena dan Keyna dalam hati.

Sementara Dhena yang tak paham pun hanya diam dan tersenyum kikuk.

"Halah!, sok ngartis lo. Pake nama samaran segala, mau nama lo tersebar ke seluruh republik ini juga gaakan ada yang tertarik sama lo!." Ledek Fena.

"Ada kok yang suka sama gue, yaitu jodoh gue kelak." Balas Fraji.

"Iya deh iya, jodoh lo kelak yang sekarang masih burem." Ujar Keyna, lalu menarik pergelangan tangan Dhena dan Fena. "Yuk masuk." Lanjutnya dengan menarik keduanya masuk kedalam kelas.

Sesampainya mereka didalam kelas, mereka munuju ke bangku paling pojok dibarisan nomor tiga.

"Nah sekarang, lo mau duduk sama siapa?, gue?, Atau Fena?." Tanya Keyna.

"Kalo aku duduk sama Kamu, Fena sama siapa?, terus kalo aku duduk sama Fena kamu duduk sama siapa dong?." Tanya Dhena bingung.

"Oh iya gue lupa." Kata Keyna dengan menepuk keningnya pelan.
"NAURA!!!, SINI DONG." Lanjut Keyna dengan berteriak memanggil temannya yang sedang sibuk dibangku sebelah.

"Ya?." Tanya Naura sesampainya dihadapan mereka.

"Nah, kenalin ini temen gue yang gue temuin di depan gerbang sekolah ini pada saat MOS." Kata Keyna memperkenalkannya kepada Dhena.

Dhena tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk mengajaknya berjabat tangan. "Aku Dhena, salam kenal."

"Naura, salam kenal juga." Balas Naura dengan ramah.

"Nah, sekarang lo mau duduk sama gue atau Keyna?, kalo lo mau duduk sama Keyna gue duduk bareng Naura. Begitupun sebaliknya." Tanya Fena.

"Hehe sama Fena aja deh, gapapa kan key?, soalnya kita udah pernah duduk bareng kan waktu SMP." jawab Dhena.

"Sans aja kali Dhe, ok deh. Berarti Naura duduk bareng gue." Kata Keyna lalu memeluk Naura dengan begitu erat. Lalu menyeretnya ke bangku tepat dibelakang bangku yang ditempati Dhena dan Fena.

Brak...
Suara pintu dibuka dengan begitu keras membuat seisi kelas perhatiannya teralihkan kearah pintu, begitupun dengan Fena, Naura, Dhena dan Keyna mereka terkejut dan ikut memeperhatikan kearah pintu yang terlihat cowok berdiri disana dengan cengiran tanpa rasa bersalah.

"Hehe, sorry ya. Kekencengan tadi buka pintunya." Kata cowok itu dengan cengirannya,

Tbc 📖

. Kalo suka, boleh dong pencet tombol bintang di pojok kiri bawah ^_^.
Kalo ada saran/kritik/typo, silahkan beri tau lewat kolom komentar ^_.

See you next chapter ❣

DHENA'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang