pesantren Kilat (2) || 14

224 34 22
                                    

📌Kita selamanya hanya bisa berencana, tanpa bisa menentukan.
Berencana hanya dari mulut manusia dan fikiran manusia, tapi tetap saja yang menentukan hanyalah ditangan Allah. 🍂

_Qts,Dhesur_Wp_

Follow ; @citanurinna_WP
Untuk info lebih lanjut tentang cerita ini. Tapi sekarang lagi jarang ngepost sih, aku lagi males soalnya😂.

________________________

H. A. P. Y

R. E.a. d.i. N. G 👓

****
Di malam hari yang sunyi tepat tengah malam, tiba - tiba saja Dhena mendengar isakan tangis dari arah luar kelas. Ia terbangun dari tidurnya karena merasa terusik, ia mengernyit bingung karena mendengar suara tangisan seorang gadis.
Dengan hati - hati Dhena bangun dari tidurnya agar yang lain tidak ikut terbangun. Ia berjalan sehati - hati mungkin. Sampainya ia dihadapan pintu kelas, ia membuka pintu secara perlahan dan beranjak keluar dari kelas.

Ia menengok ke kanan tidak ada apa - apa, lalu menengok ke kiri membuatnya bernapas lega karena yang menangis diteras kelasnya adalah Vera. Iya Vera.

Ia menghampiri Vera lalu duduk disebelahnya mengelus lembut punggung Vera yang bergetar hebat karena isakannya.

"Kakak kenapa?." Tanya Dhena, dan hanya dibalas gelengan oleh Vera.

Dhena diam tak melanjutkan ucapan bertanyanya karena ia tau mungkin Vera butuh sedikit ruang untuk diam terlebih dahulu.

"Gue manusia jahat." Guman Vera yang masih dapat didengar baik oleh Dhena.

Dhena menggeleng cepat, "Nggak kok, kakak nggak jahat." Ucap Dhena meyakinkan.

"Buktinya, gue nggak punya teman." Ucap Vera dengan pandangan kosong lurus kedepan.

"Lah?, itu waktu kakak masuk ke kelasku, kan ada dua orang teman yang mengikuti kakak."  Jelas Dhena.

"Bukan, semua teman yang gue miliki cuma mau dapet tenar." Ucap Vera, tanpa disadari cairan bening keluar dari matanya. Dhena langsung mengusapnya dan tersenyum.

"Aku bisa jadi teman kakak." Sarannya.

"Gue jahat sama lo. Karena lo ngambil Surya dari gue, gue dulu sama dia dan satu orang lagi sahabat dekat tapi mungkin karena rasa terobsesi yang berlebihan pada diri gue, membuat gue secara blak - blakan menyatakan rasa padanya. Tapi tak ada satupun yang diterima, justru dengan pernyataan itu membuat hubungan persahabatan gue, Surya dan satu orang lagi merenggang. Hingga kehadiran lo justru membuat keadaan semakin memburuk." Jelas Vera dengan pandangan nanar menatap keheningan dan kegelapan lorong tepat didepannya, seakan - akan hidupnya saat ini seperti lorong itu. Sepi dan gelap.

Dhena sekarang merasa benar - benar menjadi seperti tokoh antagonis dalam sebuah film. Ia merasa bersalah. Dengan pandangan menunduk ia berkata, "Maaf kak, aku nggak tau kalo kakak dan Surya ada hubungan khusus dimasa lampau."

"Gapapa, gue jahat dan gue pantes dapatkan ini semua. Makasih juga udah nemenin gue disini. Satu lagi, makasih atas penawaran lo jadi temen gue tapi gue nggak mau. Gue duluan." Ucap Vera, ia pun beranjak dari teras, dengan sengaja Vera melewati lorong yang gelap.

********

"SUBUH WOY!!!!." Toa Reno menggelegar keseluruh sudut ruangan kelas membuat semua penghuni terbangun, namun masih ada juga beberapa yang terbangun matanya masih terpejam lalu pindah tempat dan tidur lagi. Ada juga yang sengaja tidak membuka mata pura - pura tertidur.

Reno yang geram pun, langsung beraksi. Dengan membawa sarungnya yang dikibas - kibaskan secara kasar dari orang ke orang ia sambar menggunakan sarungnya. Saat ditempat Zeyan terbaring, ia sengaja lebih keras menyambar Zeyan. Namun si empu tak berkutik membuatnya geram lagi. Akhirnya ia mengeluarkan suara emasnya bak titisan toa masjid.
"WOY S---------"

Pluk....

Zeyan melempar pecinya tepat mendarat mulus diwajah Reno. Membuat sang empu tidak jadi berbicara.

"Heh!, zeyano anaknya bapak SUPARDI. Peci bau dihidangkan, udah nggak dicuci berapa abad?." Sentak Reno, dan diperjelas dikata (supardi). Zeyan yang sebenarnya sudah bangun tapi ia memejamkan mata pun langsung membuka matanya dan berprotes,
"Gak usah diperjelas, beg*." Ucap Zeyan lalu merebut pecinya kembali dari tangan Reno. Lalu merebahkan dirinya kembali dengan tenang.

"Ada apa sih?." Tanya Surya yang baru saja datang berdiri diambang pintu. Surya pun melangkah mendekat kearah Reno.

Sebenarnya tadi Reno dan Surya sudah lebih dulu bangun dari jam 02.30 karena mereka bertahajjud, dilanjut membaca Alquran dan selepas adzan subuh mereka langsung sholat subuh. Dan pada saat ini mereka disuruh untuk membangunkan anak - anak lain diruangan mereka.

"ENAKNYA SIRAM AIR BIASA, APA SIRAM AIR GOT NIH?." Tanya Reno sengaja diperjelas agar mereka semua bangun.
Semuanya langsung bangun dari tidur mereka, dengan cepat semuanya menyambar peci dan sarungnya masing - masing lalu berjalan bersama menuju mushola untuk sholat. Tapi tidak dengan Zeyan, Dhimas dan Fraji.

Reno pun akhirnya tertantang untuk menyiram mereka, asik juga subuh - subuh sudah menyiram tanaman berbentuk manusia. Pikir Reno.

Dengan cepat Reno ke kamar mandi terdekat dari kelas yang dihuninya, ia mengambil gayung tak lupa dengan air didalamnya.

Reno berjalan santai, saat sampai dikelas dan bersiap menyiram mereka, dimulai dari Dhimas.
Tiba - tiba saja tangan Dhimas mencegahnya.
"Enak aja lo!, gue gak mau dimandiin sama lo. Najis." Cegah Dhimas, ia pun bangun dan bersiap - siap untuk ke mushola.

Kini Reno berganti pada Fraji dan Zeyan. Tapi dengan kompak, entah janjian atau bagaimana.
"Apa lo!." Ujar mereka berdua, kompak terbangun, lalu menyambar sarung dan peci masing - masing.

Tugas Reno dan Surya pun selesai.

***

Saat Dhena duduk diteras kelas sambil menikmati udara segar dipagi hari dengan diam memikirikan perkataan Vera tadi malam.  Tiba - tiba Sebuah tangan menepuk pundaknya, membuatnya menoleh kebelakang.

"Kenapa?." Tanya Reno, merasa ada yang aneh dari gelagat adiknya. Yap orang itu adalah Reno. Lalu Ia duduk disebelah Dhena.

Dhena menggeleng pelan.

"Kalo ada masalah cerita aja, gue kakak lo bukan musuh lo." Canda Reno, dan dibalas cubitan kecil di lengannya dari Dhena.

"Nggak papa." Ucap Dhena mencoba untuk baik - baik saja.

T.b.c.

See you next part :) ❤

DHENA'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang