Luka || 21

216 29 4
                                    

.

Bismillah..

🕌HAPPY

READING🌬

_________


Dhena bengong, melamun. Surya menatap heran kearah Vera yang masih saja sok - sok'an pingsan padahal sudah tertangkap faktanya. Sementara Reno, ia sedang ber-chatting dengan Fraji untuk mengkabarkan, bahwa rencananya tidak jadi.

Mereka sibuk dengan aktivitas masing -  masing hingga akhirnya,

Surya menghadap ke sebelah kanan lalu Surya kembali menghadap kedepan matanya terbelalak melihat tangan Vera sudah membawa pedang yang akan ditujukan pada Dhena, sekaligus Vera membawa anak panah ditangan kirinya, entah untuk apa. Vera menyingrai licik, saat pedang itu hampir saja mengenai kepala Dhena.
"DHENA!" Pekik Surya tiba - tiba membuat Dhena berjengit kaget, belum seratus persen peka akan keadaan, dengan gesit Surya menarik pundak Dhena untuk menghindari Vera yang sudah siap menusuk. Tapi malah yang terjadi secara refleks Dhena jatuh pada dekapan Surya.

Deg.
Mata Surya tanpa sengaja bertubrukan dengan mata Dhena yang sedang ditutupi oleh kedua telapak tangan Dhena rapat, karena terkejut.

Jantung Surya berkerja dua kali lebih cepat, sekaligus menanggung rasa terkejut yang belum menghilang.

Dengan sigap, Surya mendorong tubuh Dhena sedikit kasar, hingga tubuh Dhena terhuyung ke belakang hingga kepala Dhena bertemu dengan lantai lusuh.

Mata Vera membulat, masih tak menyangka pemandangan Surya mendekap Dhena, anak panahnya yang berada ditangan kiri terjatuh begitu saja tanpa melihat dibawahnya ada Dhena yang terbujur dilantai, baru saja Dhena mengusap kepalanya dengan tangan kanan karena pusing. Tiba - tiba sebuah anak panah meluncur hingga menancap dipunggung tangannya. Punggung tangan Dhena mengeluarkan darah segar, perih, Dhena hanya bengong, kesadarannya belum terkumpul seratus persen.

***
Setelah kejadian itu, Dhena tak tersadarkan diri, saat itu juga Reno gelisah, ia menggendong Dhena sementara Surya mengekor dibelakang. Mereka berdua menghiraukan pertanyaan teman - temannya yang berada didepan pintu masuk. Langsung saja teman - temannya mengikuti Reno dan Surya masuk kedalam mobil tanpa bertanya, karena mereka tau, ini bukanlah keadaan yang tepat untuk bertanya - tanya.
Kata dokter, Dhena hanya terkena mag mungkin karena Dhena tak makan sedari pagi.

🕌🎬

"Makan!" Suruh Reno, menyodorkan sepiring nasi dengan lauk pauk diatasnya.

Dhena tertunduk duduk dibibir kasur tanpa bersuara.

Reno yang sudah lelah berdiri dihadapan adiknya, ia ikut mendudukan diri dibibir kasur, tepat disebelah Dhena.

Mata Reno mengikuti arah pandang mata Dhena. Dan itu ke arah, tangan kanan Dhena yang terbalut perban.

"Yaudah, nih." ujar Reno dengan tangan yang bergerak siap untuk menyuapi Dhena. "Se-suap aja!" Bujuk Reno tapi tetap dihiraukan oleh Dhena.

Reno yang merasa sudah pegal akan tangannya, ia meletakan nasi tadi dinakas. Kemudian ia kembali duduk disebelah Dhena.
"Lo kenapa?" Tanya Reno lembut.

"Dosa gak, kak? Kalau kita tanpa sengaja bersentuhan dengan yang bukan mahram?" Tanya Dhena tertunduk, dipikirannya masih saja terdapat bayangan - bayangan Surya, meskipun dirinya tadi menutup mata.

"Enggak." Jawab Reno seadanya.

"Kok bisa?" Tanya Dhena, kali ini ia menatap sang kakak.

"Ya karena sesuatu jika dilakukan tanpa sengaja, gapapa. Kecuali kalau kenyataannya itu sengaja terus diberi label 'tanpa sengaja' hanya untuk alasan," jelas Reno.

DHENA'S STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang