3/30

3.3K 353 81
                                    

Jimin menatap Hoseok yang selama makan malam hanya duduk melamun. Kakaknya itu bahkan berulang kali salah menyendokkan makanan ke mulutnya sendiri.

"Hyung, sebenarnya ada apa? Semenjak pulang sekolah hyung jadi aneh..."

Hoseok tersadar setelah Jimin mengusap pipinya. "A-aku baik-baik saja, Jiminnie. Tidak usah khawatir..."

Jimin menatap Hoseok sangsi. Tapi akhirnya dia menyerah karena Hoseok tidak ingin mengatakan apapun. "Ya sudah kalau begitu. Segera habiskan makananmu, hyung. Biar nanti aku yang cuci piringnya..."

Hoseok mengangguk seraya memandang Jimin yang sedang mengunyah sebuah apel. Sang adik kini nampak fokus menonton acara komedi yang sedang tayang di TV. Mendadak, wajahnya memerah saat mengingat perlakuan Seokjin di gudang olahraga tadi siang. Pemuda itu tak henti mencium dan memeluknya hingga jam istirahat habis. Hoseok tidak bisa menolak pernyataan Seokjin akibat terlalu takut. Tapi dia tak memungkiri kalau ciuman dari Seokjin berhasil membuatnya kacau. Bibirnya terasa berat. Bekas ciuman Seokjin seolah tidak mau hilang. Dan saking malunya, Hoseok langsung kabur dan pulang lebih dulu meninggalkan Yoongi yang hanya bisa terheran. Padahal biasanya mereka pulang sekolah bersama. Setiap ada yang bertanya tentang Seokjin yang membawanya pergi pun Hoseok tidak menjawab. Tidak mau lebih tepatnya.

"J-Jiminnie..."

Jimin mengalihkan perhatiannya dari layar TV ke arah sang kakak. Ia melihat pipi Hoseok yang merona. "Ada apa, hyung?"

"A-apa...apa kamu pernah...pacaran?"

Mata sipit Jimin melebar. Mulutnya pun ikut menganga mendengar pertanyaan Hoseok. "Hyungie punya pacar?!" tanyanya dengan nada melengking saking terkejutnya. Sekarang Jimin sudah tak peduli dengan acara kesukaannya di TV. Fokusnya sepenuhnya tertuju pada Hoseok.

"Aku juga tidak tahu, Jiminnie..."

Dahi Jimin berkerut. "Maksudnya? Bagaimana bisa hyung tidak tahu?"

Hoseok, meski sempat ragu, akhirnya memutuskan untuk menceritakan tentang dirinya dan Seokjin tadi siang pada Jimin. Dan selesai bercerita, Hoseok langsung menghela nafas lega seolah beban besar baru saja lepas. "Jujur saja aku agak lega setelah cerita padamu, Jiminnie..."

Jimin mengusap pelipis Hoseok yang penuh peluh. "Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dari cerita hyungie barusan, sepertinya si Kim Seokjin itu tipe orang kaya yang selalu mendapatkan apa maunya. Dan kali ini dia menginginkanmu. Entah aku harus merestuinya atau tidak."

"Dia bahkan tak memberiku kesempatan menolak. Karena malu dan takut, pulang sekolah tadi aku bahkan langsung berlari pulang supaya tidak berpapasan dengan Seokjin sunbae. Ada untungnya kelas akselerasi selalu pulang satu jam lebih cepat dari kelas reguler."

Jimin memeluk Hoseok sayang. "Kuharap dia tidak mempermainkanmu, hyung. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu, aku yang akan maju menghajar si Kim Seokjin itu!"

Hoseok balas mendekap Jimin erat. Diusapnya kepala Jimin yang bersandar di bahunya. "Gomawo, Jiminnie..."

.

Hoseok dan Jimin adalah saudara tiri. Mereka bertemu pertama kali saat Hoseok kelas lima SD. Ibu kandung Hoseok sendiri sudah meninggal dari Hoseok TK. Dan karena kasihan melihat ayahnya yang merasa kesepian, Hoseok meminta ayahnya untuk menikah lagi. Hoseok juga ingin punya ibu lagi.

Tak lama setelah Hoseok meminta seperti itu, tuan Jung bertemu dengan ibu Jimin dan akhirnya menikah. Dalam waktu singkat, Hoseok dan Jimin pun menjadi sangat dekat, bahkan mengalahkan saudara kandung. Ayah kandung Jimin sudah tiada saat sebelum Jimin lahir karena sakit, dan selama ini ibunya menjadi single parent untuknya. Dan saat ibunya menikah lagi, Jimin senang bukan main bisa mendapat sosok ayah dan kakak yang amat menyayanginya. Sosok tuan Jung dan Hoseok yang begitu lembut dan penyayang membuat Jimin sangat mencintai mereka. Bahkan saat ibu Jimin juga meninggal akibat sakit, tuan Jung dan Hoseok tak pernah sedikitpun lepas dari sisi Jimin. Mereka menguatkannya, membantunya untuk ikhlas atas kepergian ibunya. Dan hal itu membuat hubungan persaudaraan Jimin dengan Hoseok jadi semakin erat. Sekarang Jimin dan Hoseok hanya tinggal berdua karena ayah Hoseok harus berlayar. Tuan Jung rela bekerja jauh dari dua anaknya agar memiliki gaji yang memadai untuk hidup mereka. Setiap pekan, tuan Jung akan menghubungi Hoseok dan Jimin melalui video call. Beliau bahkan rela merogoh kocek yang lebih dalam demi membelikan ponsel dan laptop yang bagus untuk Jimin dan Hoseok supaya mendukung mereka di jaman serba modern seperti ini. Beliau bahkan tidak membedakan Jimin meskipun dia hanya anak tiri.

[2Seok] ✔️ - The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang