21/30

1.2K 208 34
                                    

Kalau dulu orang-orang menatap Hoseok dengan pandangan menghina, kini semuanya berbeda. Semua orang menatap Hoseok sebagaimana mereka menatap Seokjin. Segan, takut, hormat, dan sejenisnya. Mereka sudah melihat sendiri bagaimana nasib Hyejeong, Jihoon, dan yang lainnya. Kecuali Chanmi yang memang dibebaskan karena mau jujur. Seokjin memang kejam, tapi dia mau menghargai seseorang yang jujur. Karena bagaimanapun juga Seokjin memang membenci seorang pembohong. Makanya saat ini Chanmi aman dan bisa bersekolah seperti biasa dengan tenang. Walaupun setiap melihat Hoseok atau Seokjin dia akan refleks kabur dan memutar arah.

Hoseok menatap tiga Kim bersaudara dengan tatapan bingung. Dia baru saja masuk sekolah lagi tiga hari setelah insiden di aula. "Apa aku melewatkan sesuatu?"

Semua kompak menggeleng. "Tidak sama sekali." Namjoon yang menjawab. Mereka memang serempak tak ingin memberitahu apa yang terjadi pada kumpulan biang kerok itu. Kalau Hoseok tahu, bisa-bisa dia kembali takut dan segan lagi pada Seokjin. Padahal saat ini dia sudah mulai bisa bersikap biasa pada si sulung Kim.

Hoseok melirik Cheng Xiao yang duduk di samping kirinya. Gadis itu lebih banyak diam dan fokus dengan makanannya. Sadar diperhatikan, Cheng Xiao mendongak dan menatap Hoseok dengan mulut yang masih mengunyah. "Ada apa, sunbaenim?"

Hoseok menggeleng. "Tidak. Hanya senang melihatmu makan lahap. Aku serasa memiliki adik perempuan sekarang..." ujarnya seraya mengusap kepala Cheng Xiao sayang. Semenjak kejadian kemarin, Cheng Xiao memang menjadi dekat dengan Hoseok dan yang lainnya. Semua menganggap gadis itu sebagai sosok adik yang manis. Cheng Xiao tersenyum senang lalu melanjutkan makannya. Sesekali gadis itu saling bertukar lauk dengan Yoongi, Taehyung, dan Namjoon.

Seokjin sendiri hanya menatap Hoseok yang juga makan dengan lahap. Meskipun tak menunjukkan senyumannya, tatapan mata tidak akan bisa berbohong. Orang lain tentu tahu tatapan penuh cinta itu hanya akan tertuju pada Hoseok seorang.

.

"Tunggu di mobil seperti biasa, oke?"

"Iya, hyung."

Seokjin menyerahkan kunci mobilnya pada Hoseok sebelum masuk ke kelasnya. Sebentar lagi jam istirahat makan siang dan seperti biasa kelas akselerasi akan selesai kegiatan belajar satu jam lebih dulu. Dia tadinya masih ingin lebih lama lagi mengobrol dengan Hoseok. Tapi melihat guru yang akan mengajar di kelas akselerasi sudah datang, mau tak Seokjin mengurungkan niat dan membiarkan Hoseok berjalan masuk ke kelasnya.

"Bukan hanya kelas Hoseok-ssi yang akan dimulai, Seokjin-ssi. Kelas kita juga akan dimulai sebentar lagi. Jadi bisakah anda masuk dan duduk dengan tenang?" guru yang akan mengajar di kelas Seokjin datang dan menegur pemuda itu. Semuanya sudah duduk rapi di kelas, tapi Seokjin masih saja berdiri di luar kelas menatap pintu kelas akselerasi yang sudah memulai kegiatan belajar mengajar.

"Baik, ssaem..." Seokjin menurut dan segera duduk di bangkunya. Perilakunya berubah menjadi sedikit lebih baik. Kalau dulu dia tidak akan mengatakan apapun saat ditegur oleh guru, sekarang setidaknya dia mau membalas dengan sopan dan hormat. Walaupun tetap saja kesan dingin dan angkuh di wajahnya tidak bisa hilang.

Semua siswa pun sibuk dengan kegiatan belajar di kelas masing-masing. Tapi nampaknya hal itu tak berlaku pada Taehyung. Dia justru sibuk memikirkan soal kepindahan Jimin. Hari ini pengumuman lolos kelas akselerasi serempak di seluruh sekolah di Seoul sudah keluar dan bisa dilihat saat jam pulang sekolah. Tapi yang Taehyung pikirkan bukanlah hasil tesnya sendiri saja, melainkan hasil tes Jimin di sekolahnya juga. Dia benar-benar ingin bisa sekelas dengan Jimin. Walaupun dia tahu sikap Jimin padanya sama seperti sikap Yoongi pada Namjoon.

'Bicara soal Yoongi hyung, bagaimana reaksinya ya kalau Namjoon hyung lolos tes? Berarti mereka akan sekelas kan?' batinnya sambil sibuk membayangkan ekspresi wajah Yoongi nanti.

[2Seok] ✔️ - The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang