22/30

1.1K 180 12
                                    

"Perkenalkan nama saya Park Jimin. Saya pindahan dari Param High School. Mohon bantuannya..."

Taehyung tersenyum lebar dari mejanya saat melihat Jimin sedang memperkenalkan diri di depan kelas. Hari ini murid yang lolos tes resmi masuk ke kelas akselerasi dan menjadi murid kelas dua. Jimin yang juga lolos tes di sekolahnya langsung diurus kepindahannya oleh kakek Kim. Semuanya bahkan sudah disiapkan. Seragam, buku pelajaran, bahkan hingga hal-hal kecil lainnya seperti alat tulis, tas, sepatu, dan lain-lain.

Hoseok sendiri juga dihadiahkan tas baru oleh kakek Kim setelah Seokjin mengadu padanya soal tas lama Hoseok yang tidak ingin diganti. Jadi tanpa mengatakan apapun, kakek Kim langsung memberikan tas barunya pada Hoseok agar calon cucu menantunya itu tidak bisa menolak.

"Baiklah, Park Jimin-ssi. Sekarang kamu bisa duduk di bangku kosong di sebelah Kim Taehyung."

Senyum Jimin sedikit luntur saat mendengar nama Taehyung. Terlebih saat si pemilik nama terlihat melambaikan tangan dengan penuh semangat. Tapi dia tetap mengangguk patuh. "Baik, saaem. Terima kasih banyak."

Jimin melangkah menuju bangkunya dengan sedikit rasa tidak rela. Di kelas itu terdapat empat bangku kosong, dan wali kelas mereka justru menunjuk bangku kosong di samping Taehyung. Jimin jelas saja kesal.

Yang Jimin tidak ketahui, dari sebelum kelas dimulai, Taehyung yang duduk di samping jendela memang sudah meminta agar bangku sebelahnya dikosongkan. Takut pada Taehyung, anak-anak sekelasnya pun langsung menurut. Taehyung juga sudah lebih dulu melobi wali kelasnya dengan meminta agar si anak baru dapat duduk di sebelahnya. Wali kelasnya pun tidak keberatan akan hal itu.

"Hai, Jimin! Sekarang kita jadi satu sekolah, ya?" sikap dingin Taehyung gara-gara kejadian loker Hoseok itu entah bagaimana langsung luntur. Sifat dan senyum jenakanya kembali muncul dan membuat auranya menjadi lebih hangat dan bersahabat. Dan itu semua karena Jimin.

Semua orang di kelas akselerasi kini pun paham kenapa Taehyung ingin bangku sampingnya dikosongkan. Itu karena Taehyung sudah lebih dulu tahu siapa anak barunya. Dan sisa tiga bangku kosongnya akan terisi besok setelah pihak sekolah menilai ulang jajaran peserta tes akselerasi kelas satu yang kemarin belum lolos. Satu kelas akselerasi memang dibuat untuk dua puluh empat murid saja. Jadi sebisa mungkin semua bangkunya terisi.

"Baik, anak-anak. Ssaem akan memulai jam pertama dengan perkenalan singkat saja, ya? Di kelas akselerasi, semua materi dan pembahasan dilakukan lebih cepat dibandingkan kelas reguler. Jam selesai kelas pun satu jam lebih cepat dari kelas lain. Jadi ssaem harap kalian bisa semakin serius dengan pembelajaran di kelas ini karena pressure yang didapat juga tinggi. Mengerti?"

"Mengerti, saaem!"

"Oke, ssaem akan absen nama lengkap kalian satu-persatu, setelah itu perkenalkan diri masing-masing, oke?"

.

.

.

.

.

Namjoon menjadi satu dari tiga murid kelas dua yang berhasil masuk ke kelas tiga akselerasi. Kini dirinya menjadi satu angkatan lagi dengan Hoseok, Yoongi, dan tentu saja Seokjin sang kakak. Saat diminta oleh wali kelasnya untuk memilih bangku kosong yang tersedia, Namjoon cepat-cepat mengambil bangku yang paling dekat dengan sang pujaan hati. Bedanya, dia tak bisa mengajak Yoongi mengobrol seperti Taehyung di awal tadi. Selain karena Yoongi yang sudah jelas tidak akan menggubrisnya, wali kelas mereka pun langsung memulai pelajaran seperti biasa.

Barulah saat jam istirahat pertama Namjoon bisa mendekati Yoongi tanpa peduli dengan 'cakaran' dari si manis galaknya itu.

"Nanti aku pinjam catatan materi pelajaranmu dari awal, ya?"

"Tidak."

Namjoon cemberut. "Ketus sekali. Padahal sekarang kita sudah satu kelas seperti dulu, Yoongi-ya."

Yoongi hanya melirik Namjoon sekilas. Dia tidak peduli dengan sikap manja yang Namjoon tunjukkan padanya.

"Kau ikut tes masuk ke kelas akselerasi hanya karena aku? Kuakui kau memang jenius, tapi motivasimu benar-benar payah."

Namjoon langsung merasa tertohok. Teman-teman sekelas mereka yang mendengarnya pun ikut terdiam. Termasuk Hoseok.

Yoongi berdiri setelah mengambil dompetnya dari dalam tas. "Ayo, Hoseok-ah. Kita jemput Jimin ke kelasnya."

"Aku tidak diajak?" Namjoon kembali bersuara. Seketus dan sekejam apapun Yoongi, dia tidak akan pernah menyerah akan perasaannya. Bagi Namjoon di hatinya hanya ada Yoongi, dan hanya untuk Yoongi seorang. Meskipun akan memakan waktu bertahun-tahun sekalipun, Namjoon akan terus mengejar Yoongi.

"Tidak sudi."

"Tapi Taehyung kan juga sekelas dengan Jimin..."

"Masa bodoh."

"Iish..."

.

.

.

Seokjin menyusul ke kantin belakangan karena dia harus ke toilet dulu. Saat tiba di kantin, ia melihat dua adiknya yang sedang bersusah payah menarik perhatian pujaan hati masing-masing. Yang sayangnya Yoongi serta Jimin kompak mengacuhkam anak tengah dan bungsu Kim itu. Hoseok sendiri terlihat memakan bekalnya dengan santai sambil sesekali menahan tawa melihat wajah nelangsa Namjoon dan Taehyung.

"Bawa apa?" Seokjin menghampiri Hoseok dan mencium kening kekasihnya itu tanpa peduli pandangan murid lain yang tertuju ke arahnya.

"Appa membuatkan telur gulung, ayam goreng bumbu, dan mandu isi kimchi. Hyung mau?"

Seokjin mengangguk kecil. "Mau. Tapi aku pesan makanan dulu di counter. Sudah bawa minum?"

Hoseok menggelengkan kepala sambil mengunyah. Seokjin tersenyum melihat pipi Hoseok yang menggembung lucu. "Kubelikan susu cokelat, ya?"

"Iya. Terima kasih, hyung..."

Namjoon dan Taehyung hanya bisa menatap kakak mereka penuh dengan rasa iri. Hoseok sudah sepenuhnya menerima Seokjin. Hubungan mereka pun makin lama makin mesra meskipun hanya melalui perbuatan kecil dan manis yang tidak berlebihan.

"Jimin, kubelikan minum, ya? Bagaimana kalau jus mangga?" Taehyung meniru perbuatan Seokjin. Berharap Jimin akan meresponnya secara manis seperti Hoseok.

Sayangnya, bukannya Jimin yang menjawab tawaran Taehyung justru Yoongi yang mewakilinya. "Jimin tidak suka mangga. Dan aku sudah memesankan milkshake untuknya, Taehyung..."

"Kalau begitu biar aku yang——"

"Dan aku sendiri sudah memesan es kopi." Yoongi tak membiarkan Namjoon menyelesaikan kata-katanya karena dia tahu Namjoon juga akan basa-basi ingin membelikan minuman. Tak lama, salah satu ahjumma penjual di kantin memanggil nama Yoongi. "Yoongi-ya, pesanan es kopi dan milkshake cokelatnya sudah jadi!"

"Iya, ahjumma!" Yoongi berdiri untuk mengambil pesanan minumannya berbarengan dengan Seokjin yang sudah mendapatkan pesanan makanannya dan kembali duduk di samping Hoseok.

Namjoon dan Taehyung saling berpandangan dengan wajah kecut lalu serempak menengok ke arah Hoseok dan Seokjin yang sedang makan dengan tenang. Raut wajah mereka seolah mengajukan pertanyaan mereka harus melakukan apa soal Yoongi dan Jimin.

Tak punya jawaban yang bisa memuaskan, Hoseok hanya mengangkat satu kepalan tangannya sejajar dengan wajahnya lalu mengatakan "Hwaiting!" tanpa suara.

Sebenarnya Hoseok kasihan dengan Namjoon dan Taehyung. Tapi dia sendiri tidak punya cara untuk membuat sahabat dan adiknya mau menerima dua Kim bersaudara itu. Jadi Hoseok hanya bisa menyemangati mereka saja dalam hati.

'Mungkin kalian harus ekstra bersabar lebih lama lagi, Namjoon-ah, Taehyung-ah...'

.

TBC

😎

[2Seok] ✔️ - The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang