26/30

1.3K 183 45
                                    

Haaaiii~~~
Sape nih yang dari kemaren neror Panda buat cepetan up book ini?
Ini udah up lho ya~ awas kalo sepi. Panda cubit onlen kalian semua 😁

Chapter ini juga sengaja Panda bikin yang panjang supaya pada puas bacanya ye~
Betewe, Book ini juga ga lama lagi tamat lho ya. Maybe 2 ato 3 chapter lagi? 🤔
Entahlah, masih belom ketauan. Kali aje Panda pengen manjangin dan nambah"in chapter kan? Hehehe~
Kali aja lho yaaa 😝

Ude lah, Panda gamao banyak cicicuit
Selamat membaca yeorobun~💜💜💜

.

.

.

Tuan Choi turun dari mobilnya dan memperhatikan suasana perusahaan yang area parkirnya sangat ramai dengan mobil milik stasiun TV dan juga media cetak besar di Korea. Dahinya berkerut. "Ada apa ini? Kenapa banyak mobil wartawan?"

"Saya juga kurang tahu, tuan besar..." sopir pribadi keluarga Choi menjawab dengan raut wajah yang sama-sama bingung. Nyonya Choi menyusul keluar dan ikut menatap ke sekitar parkiran mobil. Pasangan tua itu lalu melihat ke arah pintu masuk kantor dimana sekretaris mereka berdiri menunggu. "Hayoung. Ada apa ini? Kenapa banyak mobil wartawan?"

"Bukan tuan atau nyonya yang memanggil para wartawan itu?"

"Bukan. Lagipula untuk apa kami memanggil wartawan?" nyonya Choi masih terus kebingungan. Tuan Choi melepas kacamata yang dipakainya. "Dimana semua wartawan itu?"

"Semuanya ada di aula utama lantai lima, tuan besar."

Tanpa berbicara apapun lagi, pasangan Choi langsung menuju lift untuk naik ke lantai lima. Mereka tak menyadari Hayoung yang tersenyum di belakang mereka. Dalam hati dia sudah tak sabar melihat kehancuran pasangan tua tak tahu diri itu.

.

.

.

Saat tuan dan nyonya Choi memasuki aula, semua kamera yang ada di ruangan itu langsung terarah pada mereka berdua. Ada yang merekam, ada juga yang memotret. Flash kamera terus berkedip terang. Di meja panjang yang ada di atas panggung aula, sosok tuan Kim berdiri dengan senyum lebar. "Oh, sudah datang ya, ayah dan ibu mertua?"

Tuan Choi menatap ke panggung aula dengan tatapan bingung bercampur syok. "Joonyoung?"

"Ayo duduk dulu yang tenang, sebentar lagi acaranya akan dimulai, abeonim."

"Apa-apaan ini? Kau yang mengundang semua wartawan ini?!"

Tuan Kim menjentikkan jari seraya memberikan mertuanya sebuah wink. "Tepat sekali, abeonim~"

"Kau gila?!" suara tuan Choi semakin meninggi. Dia bahkan lupa untuk menjaga image di depan kumpulan wartawan itu karena tersulut emosinya sendiri. Tuan Kim menggoyangkan jari telunjuknya sambil berdecak. "Kalaupun aku gila, tentu aku tidak akan bisa menyamai kegilaanmu, mertuaku sayang~"

Mendadak empat orang berpakaian serba hitam menghampiri tuan dan nyonya Choi dan menarik mereka ke arah kursi yang terletak di paling depan. Dua kursi kosong yang memang sengaja disiapkan khusus oleh tuan Kim agar mertuanya itu bisa melihat dengan jelas apa yang akan terjadi, sekaligus agar mereka bisa menjadi pusat perhatian. Tuan Kim lalu memberikan tanda dengan jentikan jari dan Hayoung pun naik ke atas panggung untuk menyerahkan setumpuk berkas padanya. Tuan Choi dan istrinya menatap tak percaya. "Hayoung! Apa maksudnya semua ini?!"

Hayoung hanya diam dan tersenyum tenang. Dia sama sekali tak berminat untuk menjawab apapun pertanyaan dari lelaki tua yang sebentar lagi akan menjadi mantan bosnya itu. "Suruh orang itu masuk sekarang, Hayoung."

[2Seok] ✔️ - The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang