8/30

2.3K 294 39
                                    

Seokjin pulang pukul sebelas malam dan mendapati semua anggota keluarganya masih berkumpul di ruang tengah dan sedang menonton film. Sudah menjadi kegiatan rutin setiap akhir pekan untuk mereka sekeluarga menonton film bersama sampai tengah malam.

"Sudah pulang, Seokjin? Sini gabung..." sang ibu berdiri menyambut Seokjin yang sedang melepas blazer seragamnya. Wanita itu menyodorkan segelas jus jeruk dingin pada si sulung.

"Aku akan langsung ke kamar saja, eomma."

Seokjin menerima gelas jusnya setelah itu langsung menuju kamarnya. Tapi langkahnya terhenti saat sang ibu kembali bersuara.

"Kapan kamu akan membawa kekasihmu lagi ke sini, nak? Eomma belum sempat melihatnya kemarin..."

Seokjin terdiam sejenak memperhatikan undakan tangga di hadapannya. Seketika perkataan tuan Jung kembali melintas di pikirannya.

"Dia sedang sibuk untuk persiapan festival."

"Tolong tanyakan kapan dia punya waktu luang, Seokjin..."

"Untuk apa?"

"Eomma ingin mengajaknya makan malam bersama keluarga kita."

Seokjin berbalik menatap ibunya yang sedang tersenyum ke arahnya. Entah kenapa Seokjin masih tidak ingin orang tuanya bertemu dengan Hoseok. Saat ini ayah dan ibunya memang nampak baik-baik saja. Tapi dia tidak tahu bagaimana reaksi mereka kalau tahu Hoseok bukan dari kalangan mereka. Ucapan ayah Hoseok semakin terngiang di otaknya.

"Aku takut Hoseok mendapat perlakuan tak menyenangkan dari orang lain yang tak menyukai hubungan kalian."

Seokjin menghela nafas. "Nanti akan kutanyakan."

"Siapa nama lengkap kekasihmu, Seokjin?"

Kenapa? Eomma ingin menyelidikinya?"

Senyum ibu Seokjin memudar. Raut wajahnya kini terlihat sendu. "Kenapa kamu bertanya seperti itu?"

Seokjin mengedikkan bahu. "Entah. Mungkin saja eomma memang berniat mencari tahu tentang kekasihku. Bukan hal sulit untuk seorang staf kepresidenan senior seperti eomma untuk mendapatkan berbagai macam informasi bukan? Aku tidak ingin ada yang mengusik kekasihku."

Nyonya Kim menggeleng. "Eomma tidak ada niat untuk melakukan itu, Seokjin. Eomma tidak ingin hal bodoh itu terulang padamu dan adik-adikmu..."

Seokjin mengerutkan dahi. "Hal bodoh apa maksud eomma?"

Nyonya Kim menghembuskan nafas berat. Terlihat kalau wanita itu tak berniat menjawab pertanyaan Seokjin. "Istirahatlah, Seokjin. Eomma akan kembali ke ruang tengah..."

Seokjin menatap nyonya Kim yang sudah berbalik dan menuju ruang tengah. Seokjin tidak mengerti apa maksud ucapan ibunya itu. Namun satu hal, ia merasa kata-kata sang ibu seperti terhubung dengan ucapan tuan Jung.

Seokjin kembali menaiki tangga menuju kamarnya dengan pikiran tak tenang. Dia yang biasanya tak pernah peduli dengan hal apapun kini merasakan khawatir, terlebih tentang Hoseok.

.

.

.

.

.

Baru kali ini Seokjin merasa tidak tenang saar tidur. Dia berulang kali terbangun saat dini hari. Saat ini pun baru pukul enam pagi. Padahal saat libur biasanya Seokjin baru akan bangun pukul delapan lewat. Tapi karena sekarang dia sudah tak bisa tidur lagi, Seokjin memutuskan untuk turun ke dapur dan mengambil segelas air.

"Tumben sudah bangun, Seokjin?"

Seokjin menatap tuan Kim yang sedang memakai sepatu larinya. Ayahnya itu memang rutin lari pagi tiap hari minggu. Tidak seperti tiga anak lelakinya yang lebih suka bangun siang saat libur.

[2Seok] ✔️ - The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang