Happy reading!
*****
4 : Ketahuan
Waktu terus berputar layaknya bumi berputar. Dimana hari ini, cowok itu tengah memandang gadisnya sendu. Andai waktu bisa diputar kembali, andai ia menjemput gadisnya untuk berangkat bersekolah. Semuanya hanya kata andai, penyesalan memang datang di akhir.
Tangan nya terulur untuk mengelus gadisnya yang sedang terbaring di kasur rumah sakit. Memang saat cowok itu masuk ke kamarnya, Ara sudah pingsan. Dengan cepat, ia menggendong Ara ala bridal style.
Nabil sangat panik, sama halnya dengan Anna dan Rian. Rian sebagai kepala keluarga merasa bersalah karena tak memperhatikan kegiatan putrinya lewat CCTV di kamar itu.
"Maafin aku, maaf, maaf. Bangun ya.. aku gak mau kamu kenapa-kenapa..." Nabil terus menggumamkan kata maaf, ia menggenggam jari-jemari gadisnya itu seakan memberi kekuatan lewat genggaman itu.
Cowok itu memandang sendu gadisnya yang masih memejamkan matanya. Tangan nya beralih ke pipi chubby gadisnya itu, mengelusnya denga pelan serta . . . Lembut.
Ceklek
Terdengar suara terbukanya pintu ruangan itu, tapi tak membuat cowok itu mengalihkan tatapan nya dari gadisnya itu.
"Lo makan dulu Bil, jangan kek gini." Kata Albara, yang datang dengan membawa makanan untuknya dan Nabil. Anna dan Rian sudah pulang, karena tubuh Anna yang tiba-tiba drop. Mungkin karena telat makan dan terlalu banyak pikiran. Anna terlalu panik.
"Hmz.." sahut cowok di belakang Albara.
Albara hanya memutar bola matanya malas, ia terlalu malas meladeni sahabatnya ini. Albara seperti mempunyai dosa yang sangat banyak karena mempunyai sahabat seperti Dylan.
"Pulang lo! Gue gak nerima gembel." Sentaknya kesal. Cowok yang bernama Dylan itu tertawa kecil, ia tak terlalu peduli apa yang di ucapkan Albara. Dylan tak ambil hati, ia memang anaknya tidak baperan.
"Berisik." Desis Nabil tajam. Albara dan Dylan langsung terdiam, dan berjalan ke arah sofa yang sudah tersedia di ruangan itu.
Entah sejak kapan Nabil menaiki kasur rumah sakit itu, ia sudah berbaring di samping Ara dengan tangan yang memeluk pinggang ramping gadisnya.
Albara melihat dimana Nabil yang tengah mengelus punggung adiknya, serta mengecupi kening adiknya. Setelah itu, Nabil menarik kepala Ara dengan pelan untuk menidurkan di dada bidangnya.
Diam-diam Albara tersenyum tipis, ia sudah tau semua tentang Nabil. Apa pun itu, ia mengetahuinya. Sama halnya dengan Nabil. Ia jadi teringat dimana saat mereka bertemu itu selalu saja berdebat, tetapi Albara kecil lah yang selalu berbicara. Nabil kecil hanya menanggapi dengan deheman.
"Ih kamu itu patung ya? Kok kalo aku ajak ngomong cuma diem doang." Cibir anak itu, yang tak lain adalah Albara.
Anak laki-laki itu hanya diam tak menanggapi cibiran dari Albara. Ia tak terlalu peduli untuk di sebut 'patung' maupun 'es'
Nabil adalah tetangga Albara sejak kecil, namun mereka harus terpaksa pindah ke Ibu Kota. Dan Nabil adalah satu-satunya yang membuat adik Albara menangis karena Nabil.
Saat ini mereka sedang bermain di teras mansion milik Albara, dengan mainan mobil-mobilan nya yang berada di tangan Albara. Nabil hanya melihat saja apa yanh dilakukan Albara.
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE NABIL [ PO 25 JANUARI - 5 FEBRUARI ]
Fiksi Remaja[Segera Terbit & Beberapa part sudah di hapus. ] Arabella Aliza Zavina, gadis yang sangat manja, polos dan lugu. Siapa sangka jika gadis yang kerap di panggil Ara ini sudah memiliki kekasih? Kekasih yang sangat-sangat possessive padanya. Pergeraka...