14. Sepenggal masa lalu

28.8K 3.9K 753
                                    


Happy reading


***

"Hatcim."

Sea menekan hidungnya dengan tisu. Entah sudah berapa kali dirinya bersin.

"Kamu gak enak badan?" tanya Wisma.

"Enggak Kak, cuma hatcim-"

"Hidung Sea gatal," ujar Sea.

Sea sudah mulai kembali menata barang-barang di meja stand. Sedangkan beberapa anak sudah mulai berkerubung, membolak-balik buku bekas yang hendak di beli.

"Ya, tolongin goodie bag," ujar Bagas.

Sea mengangguk. Ia agak sedikit berjongkok dan mengambil di dalam kardus yang sudah di sediakan.

"Kalau bazzar gini emang anak BEMF sedikit?" tanya Sea pada Deno.

"Ya enggak Ya, ini paling yang lain masih ada kelas atau praktikum. Ntar agak sorean rame kok."

"Hatcim."

Slurpppp

"Lu kenapa sih?" ujar Bagas ngegas.

"Gue beliin teh hangat mau?" ujar Wisma.

"Gak per-hatcim."

"Ya ampun, hidung Sea gatal banget," ujar Sea greget.

"Jangan di tekan," ujar Galaksi tiba-tiba.

Sea menoleh.

"Hatcim."

Galaksi menatap risih Sea.

"Nanti iritasi," ujar Galaksi santai dengan menatap cover buku-buku bekas di depannya.

Sea memilih untuk diam. Ia berkomat kamit agar tidak mengeluarkan suara bersin.

"Udah tau gak enak badan kenapa gak make masker? Kamu bisa jadi penyebab orang-orang terkena flu nantinya," ujar Galaksi sinis.

"Iya maaf Kak, lupa."

Entah mengapa rasa kagum Sea terhadap Galaksi mulai menurun. Pria ini galak. Tidak jelas.

Kini di mata Sea, Galaksi adalah pria angot-angotan.

"Kepala kalau gak gabung sama badan mungkin kamu bisa lupa juga naruhnya di mana," sindir Galaksi.

"Mending Kakak yang menjauh dari pada ngomel-ngomel gak jelas!" ketus Sea kesal.

Galaksi ini aneh. Sudah tahu Sea bersin, bukannya menjauh malah mendekat.

"Kasihan ntar kena virus," sindir Sea.

"Sabar Ya. Biasa, kebanyakan main panas ini si Galak," celetuk Revan santai.

"Mending kamu ke sekre, dari pada pingsan di sini!" tegas Galaksi.

"Cuma bersin doang Kak, enggak lagi demam," ujar Sea jengah.

Sea memilih untuk berjalan ke meja sebelah, tempat berbagi baju bekas di susun.

"Keras kepala!" ketus Galaksi.

"Perhatian amat bapaknya," ledek Wisma. Ia tahu, ada yang tidak beres dengan bentuk perhatian sahabatnya ini.

Galaksi berdecih, ia mengambil posisi duduk.

Sea mencebikkan bibirnya malas.

"Bentuk perhatian itu Ya, gak usah di pikirin," ujar Bagas hendak menepuk pundak Sea.

Sagala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang