20. Perjalanan 1

27.7K 4.3K 1K
                                    

Jangan lupa nabung.
Sagala mau naik cetak.
Jangan lupa nabung wkwkkw


Happy reading puan dan tuan.
🌹

***

"Rik? Lu kenapa sih kaya menjauh dari gue?" tanya Sea.

Erik tertawa mendengar pertanyaan dari Sea. Memang, dirinya pun menyadari itu. Terhitung beberapa hari sejak hari ini, Erik memang sengaja menghindari Sea.

"Gausah negatif ah otaknya," kekeh Erik.

"Negatif apaan, nyatanya emang gitu kan? Chatt gak di balas, di tanya kapan bisa pergi bareng Rian gak jawab juga!" ketus Sea.

Erik mengacak rambut Sea. Kepala yang sudah di anggap seperti kepala adiknya sendiri.

"Gue lagi deketin cewek satu fakultas, dia tau gosip kita kaya pacaran gitu, makanya gue agak jaga jarak dulu, ntar kalo udah dapat, baru gue jelasin," kekeh Erik.

Sea mencebikan bibirnya kesal. Selalu aja begini.

"Maaf ya," ujar Erik. Sea mengangguk paham.

"Kenapa jadi kaya pacaran?" ujar Revan membuyarkan kegiatan Erik dan Sea.

"Udah gak usah cemberut, Ya," ujar Erik masih dengan kekehannya.

"Kesel gue Rik," ujar Sea sedih.

"Nanti kita obrolin sama Rian kapan ke Jogja, ya," ujar Erik. Sea menghela napasnya, lalu mengangguk.

"Bentar, Ya," ujar Erik meninggalkan Sea.

"Gantian ya," ujar Erik pada Revan. Revan mengangguk.

Kini mereka bertukar peran, Revan yang membawa motor bersama dengan Galaksi.

Mobil kembali jalan, dan Galaksi berada di belakang.

Sesuai proposal, mereka akan tiba sekitar pukul enam sore di bumi perkemahan.

"Gal? Kalau pegel bilang ya," ujar Revan di belakang. Galaksi mengangguk.

Di dalam mobil, ponsel Erik terus berdering. Namun kantuk menyerang, membuat dirinya malas untuk mengangkat.

"Gue ngantuk banget anjim," maki Erik marah. Sembari mengeluarkan ponsel dari kantongnya, ia memberinya pada Lala.

"Gue matiin aja ya Rik," ujar Lala. Erik mengangguk cepat, lalu kembali tertidur.

Sea menatap jalanan, sejuk dan dingin mulai menyapa tubuhnya. Sea duduk di bangku depan bersama dengan Wisma.

"Tidur aja," ujar Wisma. Sea menoleh lalu tersenyum.

"Masih jauh soalnya," ujar Wisma lagi.

Sea mengangguk, tapi matanya terus menilik motor yang di kendarai oleh Galaksi. Seperti pemandangan di spion mobil ini lebih menarik di banding dengan jalanan.

Wajah serius yang tersembunyi di balik helm fullface milik Galaksi memberi gambaran betapa tajamnya mata pria itu..

Beberapa gerakan masih dapat Sea rasakan, gerakan dimana anak-anak mencari posisi ternyaman untuk tidur di mobil.

"Kak Wisma? Kita mau camp di gunung?" tanya Sea mencari bahan pembicaraan. Sea ngeri jika Wisma mengantuk dalam keadaan membawa banyak nyawa.

Sea menoleh ke belakang, lalu tertawa kecil, wajah-wajah lucu terpatri di wajah kakak tingkatnya.

"Ke pantai, Ya," ujar Wisma. Reflek Sea diam, ia menegang.

Sagala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang