38. Kereta Misteri

24.5K 3.9K 1.4K
                                    

JANGAN DI SKIP!



Absen make umur yok.
Kalian usia berapa tahun nih?

Jangan lupa vote, ya!

***
Terhitung sejak dua hari, Sea sama sekali tidak berniat mengangkat dan membalas pesan Galaksi. Jangankan membalas, membuka saja ia enggan.  Sea juga tidak tau apa yang Ayah dan Mamanya katakan pada Galaksi saat malam mengantarnya pulang. Dengan wajah tidak berdosa karna membuat Ardi mencarinya, Sea langsung naik ke atas kamar dan mengunci dirinya.

Arina pun tidak mengetok atau sekedar bertanya kenapa, mungkin Galaksi sudah menjelaskan secara detail.

Dengan kaos kebesaran yang panjangnya mampu menutupi celana, Sea mengigit sandwich di meja tengah. Jam masih menunjukkan pukul setengah sembilan, rumah sepi karna Ardi dan Arina sedang ke rumah sakit.

"Spadaaaaa," teriak seseorang yang tidak asing bagi telinga Sea. Sea mengernyitkan dahinya, sejak Arina ada di rumah, Ardi mempekerjakan security. Terdengar pula suara deru mobil membuat Sea meletakkan kembali rotinya.

Ceklek

"Ara."

"Kak Sea cantik, main yok, Ara bete huaaaa," ujar Ara heboh. Sea mengaruk kepalanya.

"Tenang aja, gak ada Abang," bisik Ara saat Kanaya menuju ke arah mereka. Yang Sea tangkap, sepertinya Kanaya tidak tau pertikaian mereka.

"Yuk, Ya. Ada Mama kamu gak? Kalau mau ikut sekalian," ujar Kanaya dengan senyumnya.

"Mama sama Ayah lagi ke rumah sakit, Tan, masuk dulu yok."

"Udah jam segini, Ya, ngejar jam. Ikut ya? Biar Ara ada temen buat explore, kalo Om ikut mah Tante bakal jagain Om terus," ujar Kanaya mencebikkan bibirnya. Ara tertawa membuat Sea ikut menyunggingkan senyumnya.

"Sea ganti celana dulu, ya, Tan," ujar Sea yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Kanaya.

"Jangan lupa, sembari hubungi Mama kamu ya, bila perlu Tante yang ngomong."

"Iya Tan. Bentar ya," ujar Sea berlari. Lumayan liburan ke suatu tempat yang bahkan dia tidak tau kemana, yang penting tidak ada pria yang harusnya dia hindari.

****

Setelah mengantri mereka masuk ke dalam Dufan. Tangan Kanaya yang tidak lepas dari genggaman tangan Orion dan Ara yang tidak lepas dari Sea.

Sea dengan celana high waist jeans di padu dengan kaos putih polos kebesaran yang ia masukan ke dalam celana membuat kesan lucu di matanya sendiri.

"Kora-kora langsung yok Kak," ujar Ara semangat.

"Boleh tapi jangan di ujung ya, Ra, bagian depan aja."

"Hahahah Kakak takut?" tanya Ara.

"Sekarang enggak, nanti gak tau."

"Mas, ikut naik kora-kora ya," bujuk Kanaya. Mereka berjalan seiringan.

"Kamu bawa headset?" tanya Orion. Kanaya dan Ara reflek tertawa, mereka paham apa yang sedang Orion pikirkan, suara teriakan yang sangat ia benci.

"Ara bawa kok. Gak usah banyak alasan lagi ya," ancam Ara. Orion mengangguk.

Ara di tengah bersama dengan Kanaya, satu kursi mereka duduki berempat dengan posisi di depan perahu, tak lama pengaman di turunkan, Sea yang sudah siap dengan pegangannya, Orion yang diam dengan wajah datarnya, Kanaya dan Ara dengan muka cerianya.

Sagala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang