23. Saya+kamu = siapa?

30.2K 4.2K 1.9K
                                    


Happy reading.

***

Dengan mata sayup-sayup, mereka di paksa untuk bangun. "Gue kan gak ikut, kenapa pada bangunin juga sih!" ketus Rian.

Erik yang paling semangat menggedor pintu kamar Rian pagi ini.
"Ya udah kalau lu gak ikut, lu beresin tenda!" ketus Erik. Wajahnya masih memar. Pukulan Rian memang tidak main-main.

"Udah damai?" bisik Lala pada Sea.

"Gini kalau laki, La. Kalau bertengkar tuh, besoknya kaya gak terjadi apa-apa. Yang penting udah di keluarin lewat baku hantam," ujar Erik berbangga saat mendengar bisikan Lala.

"Bangga banget punya kepala isi api!" ketus Revan.

"Kaya enggak aja," celetuk Cimi.

"Mik, masih pagi, napas gue masih bau buat berantem!" ketus Revan. Cimi mendengus. Ia pun masih ngantuk.

"Oke gabung semua," interupsi Galaksi. Semua menurut, merapatkan barisan dan mulai kembali diam. Jam masih menunjukkan pukul setengah enam, sesuai info dari apa yang Galaksi dapat, pelepasan penyu akan di mulai di jam enam pagi.

"Untuk menghemat waktu dan uang, kita naik mobil pick up, sisanya naik motor. Total motor ada dua, kalau gak muat juga, bisa tarik tiga. Berlaku untuk pria."

"Lah, jauh emang Kak? Cimi kira jalan kaki."

"Kalau kaki kamu mau bengkak, yaudah jalan aja , ikut di belakang kita," ujar Galaksi menatap arlojinya.

"Hahahaha." Tawa menyeruak, apalagi tawa Revan, ia memang paling senang menatap Cimi tersiksa. Sedangkan Cimi menunduk menggerutu.

"Ayo jalan!" ujar Galaksi. Yang lain mengangguk dan mulai naik ke mobil pick-up. Galaksi sebagai petunjuk jalan mengendarai motor bersama dengan Wisma. Erik bersama Frans memilih untuk tarik tiga bersama dengan Rey.

"Yakin?" tanya Rian pelan.

Sea tersenyum "Liat, gue udah bisa melototin laut, udah ah, sana lu tidur!" ketus Sea menarik tangan Lala naik ke mobil.

"Lu maksa diri ya?"

"Enggak Rian astaga naga! Lu gak lupa kan kalo gue tiap sekali seminggu ke tempat Kak Fara?" tanya Sea. Rian menghela napasnya lalu kembali ke villa.

Konservasi Penyu Pangumbahan memang agak tersembunyi, sekitar empat koma tiga kilometer dari area Pantai Ujung Genteng tetapi tidak akan menyisahkan penyesalan untuk siapa saja yang hendak mengunjungi lokasi itu, walaupun harus berjalan kaki dari gapura dan lumayan lelah.

Sebenarnya, pelepasan tukik atau bayi penyu selalu di lakukan di jam lima sore, tapi entah keberuntungan jenis apa yang BEMFMIPA dapatkan, sehingga jadwal pagi pun di adakan.

Setelah mereka tiba, Aurel bersama Viona membayar segala akomodasi. Beberapa tim komifo mengabadikan apa pun yang mereka lakukan. Lala bergabung bersama Cimi, dua wanita ini cepat sekali klopnya. Lyra dan Clara bergabung bersama beberapa senior lainnya. Sea memotret apa yang ia lihat mengunakan ponselnya.

"Sea?" panggil Galaksi pelan. Pria itu menyusul di sebelahnya. Sea menoleh. "Banyak nyamuk, gak bawa jaket?" tanya Galaksi.

"Sea harum Kak, nyamuk hanya berlaku untuk orang bau," ujar Sea masih sibuk mengarahkan kamera ponselnya.

"Oh gitu," ujar Galaksi.

Plak.

Sea memicingkan matanya bersama keterkejutan yang membuat ponselnya hampir jatuh. Galaksi bertepuk tangan tepat di atas kepalanya. "Kaget tau gak!" ketus Sea.

Sagala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang