FLASHBACK

897 60 2
                                    


Kujatuhkan diri di depan pusara yang masih merah itu. Tabur bunga mawar, sedap malam, dan melati menutupi keseluruhan gunduk tanahnya hingga tak nampak.

Menebarkan aroma harum penuh kesedihan, pelayat satu persatu meninggalkan lereng landai di atas Memorial Park ternama itu. Menyisakan diriku seorang diri, bersama lima orang polisi yang sudah siap dengan borgol di tangan.

Air mataku jatuh.

Kuusap potret manis Echa di depan palang salib bertulis namanya. Jemariku lembut, menyentuh hanya dengan ujung jari. Seakan-akan wajah lembut dan manis itu tengah ada di hadapanku, tersenyum seperti dulu.

"Maafkan kakak Cha, kakak sudah lalai selama ini, kakak terlalu sibuk dengan dunia sampai lupa bahwa Echa juga butuh bimbingan kakak. Maafkan ... karena kakak mengenalkan kamu dengan iblis keparat itu, ampuni kakak Cha ... ampuni semua kelalaian kakak ...."

Terisak, sungguh ini isakkan yang lebih menyakitkan dari pada dulu saat kehilangan ibu. Kepalaku tersungkur di atas pusara, tidak kuasa menerima semua kenyataan yang harus aku terima.

"Mari mbak, kita harus segera ke kantor polisi." Seorang perempuan dengan seragam polisi ikut berjongkok, aku mengangguk lemah, berdiri di depannya sambil mengasongkan kedua lengan.

Siap ditahan dalam waktu yang lama, mungkin seumur hidup. Menghabisi seorang laki-laki dan dua orang perawat serta seorang dokter kandungan bukan kejahatan yang ringan. Tapi itu sepadan dengan apa yang mereka lakukan kepada adikku.

Saat Echa masuk ke dalam tanah, mereka juga harus merasakan hal serupa.

Aku tidak menyesal, setidaknya ini menjadi cicilan penebusan dosa atas kelalaianku pada Echa. Sisanya biarlah nanti kutebus di penjara dan kelak di alam baka.

[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang