Kepada Via Nadhira, satu-satunya perempuan paling tangguh dalam kehidupanku.
Ingin kuceritakan sebuah kisah panjang, di mana kehidupan berjalan dengan amat sulit, penuh onak juga duri.
Dan kau ada di sana, menjalani kehidupan rapuh dan getas seorang diri.
Berkali jatuh, berkali terluka, berkali ditinggalkan.
Dan kau masih berdiri dengan kokoh, bagai batu besar. Begitu mengagumkan namun sulit diraih.
Aku selalu bermimpi, bisa berdiri di sebelahmu, menjadi perisai yang selalu ada untuk melindungimu.
Tapi aku tahu, dalam hal sederhana seperti itu pun aku tidak mampu.
Sekeras apapun aku berusaha, bagimu aku tetap sama.
Bagai batu besar, dalam hal rasa pun kau tidak pernah berubah arah. Selalu kokoh dengan pilihan yang telah kau buat.
Dan jika ...
Pada akhirnya semua ini sampai ditanganmu, itu artinya aku sudah tidak lagi ada bersamamu.
Mungkin aku masih hidup, mungkin pula sudah mati.
Tanpa dirimu ... tidak ada alasan lagi untuk melanjutkan hidup.
Aku hanya berharap bisa dilahirkan kembali, agar bisa menemui dirimu ... melihatmu bahagia dengan kehidupan baru.
Tidak masalah aku terlahir sebagai hembus angin di musim semi.
Ataupun selembar daun mapel yang terbang rendah di musim gugur.
Asal bisa melihat senyummu lagi, maka itu sudah cukup bagiku.
Dari seseorang yang mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu.
-Andika Hardian-
***
"Bunda!"
Seorang bocah kecil dengan rambut legam berlari-lari kecil di antara deret batu Nisan. Sesekali tersandung dengan kakinya sendiri.
"Hati-hati jalannya! Kalau jatuh gimana?!"
Reano bersusah payah menjaga bocah itu agar tidak terjatuh. Saking kesalnya dia memutuskan untuk menaruh bocah itu di atas bahunya. Bejalan ke arah sang istri dengan wajah ditekuk.
"Aih ... wajahmu itu, kalau terus ditekuk gantengnya bisa hilang."
Via tersenyum kecil, menaburkan kelopak magnolia ungu ke depan nisan-nisan yang berjejer itu.
Ada Nama Echa, namanya, serta nama pria itu; Andika Hardian.
"Padahal sudah meninggal, tapi tetap saja dia berusaha merebut kamu dariku Na," Reano ikut menaburkan kelopak bunga.
"Kau cemburu kepada orang yang sudah mati?"
"Iya ... aku cemburu, bukan hanya pada orang mati, tapi pada segala sesuatu yang dekat dengan hatimu."
Via terkekeh kecil, meraih buah hatinya yang sejak tadi tidak mau diam, memaksa ingin digendong sehingga ayahnya hilang keseimbangan.
"Lihat, setan kecil ini juga salah satunya!" Reano menatap putranya dengan sebal. Sejak lahir ... bocah itu selalu saja jadi pengganggu. Menempel tak mau lepas dari pelukan sang ibu, dia harus berkucing-kucingan hanya untuk menghabiskan malam dengan istrinya sendiri. Menyebalkan!
"Hei! Tega sekali kamu mengatai anak sendiri Setan Kecil!" Via mencubit pinggangnya gemas.
"Itu memang benar, dia ini Setan Kecil yang culas dan menyebalkan! Kau tahu sudah berapa kali aku dihukum tidak boleh tidur dikamarmu hanya karena ulahnya?!" Reano menarik kuping anaknya dengan gemas.
Dan bocah itu sepertinya sudah sangat mengerti, begitu disentuh dia langsung menendang perut sang ayah dengan sepatu bot kecilnya. Membuat Reano mau tidak mau meringis kesakitan.
"Sudah-sudah ... ayo pulang, ayah pasti sudah menunggu untuk makan siang." Via memisahkan ayah dan anak itu dengan berbalik, mulai berjalan meninggalkan pekuburan.
Ini adalah tahun ke enam sejak Echa meninggal, tahun ke tiga sejak dia hidup sebagai Nadhira Daniswara. Serta tahun ketiga sejak Andika meninggal karena bunuh diri di dalam penjara.
Kehidupannya berangsur-angsur baik sejak hari itu. Menikah, melahirkan putra pertamanya, dan menjalani hidup dengan normal bersama keluarga kecilnya.
Hubungan dengan sang ayah juga semakin baik. Sejak memiliki cucu, pria tua itu tidak lagi berjudi apalagi minum-minuman. Dia ikut kemanapun Via dan keluarga kecilnya pergi, menikmati hari tua bersama cucu satu-satunya yang amat dia sayangi.
Sekali lagi, Via menolehkan kepala. Menatap nisan bertulis namanya dengan senyum tipis.
Nama itu ... nama yang menyimpan sejuta cerita, dari kehidupannya yang berat dan penuh perjuangan, dari balik penjara yang memberikan sejuta pengalaman berharga, serta dari kisah-kisah indah yang dilewatinya bersama orang tercinta.
"Aku melupakan sesuatu hari ini," Reano tiba-tiba memeluknya dari belakang, menempelkan dagu di atas bahunya.
"Apa itu?"
"Aku Mencintaimu." Tukasnya.
Via tersenyum, "aku juga."
Bekasi, 1 Oktober 2020
-EM G-
[Thank God, akhirnya selesai juga!!😂😁 bener-bener lega luar biasa. Terimakasih untuk readers semua yang sudah setia mengikuti cerita Via sejak di grup cerbung FB sampai ke sini💓💓💓 kusus di akhir Chapter ini, jangan lupa tinggalin pesan buat author dan Via bersama tokoh2 utama dalam cerita yaaa ... sampai jumpa di cerita yang lainnya, Saranghaeyo👋👋💓💓💓👋👋👋]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)
AksiWARNING!!! 18+ Hampir keseluruhan isi cerita mengandung unsur kekerasan fisik, olah racun, serta aksi kejahatan dan pembunuhan. Tidak untuk ditiru apalagi dicoba!! **** V, seorang PRConsultan yang menjadi terdakwa seumur hidup setelah membunuh seo...