"Hanya lima menit, dan itu mengubah semuanya. Semakin sulit, semakin pelik."
***
"Berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk sampai di Paris kalau tidak transit?"
Reano yang baru saja masuk ke dalam pesawat menatap Pilot pribadinya dengan gusar. Pilot itu mengerjap beberapa kali, "tidak transit? Maksud Tuan Muda kami harus langsung ke Paris dengan perjalanan non stop?"
"Apa? Apakah itu mustahil?" Reano balas bertanya, mengangkat alisnya dengan sorot mata mengintimidasi. Pilot itu menelan ludah, jelas dia gentar dengan cara pria itu menatapnya. Bukan pertanda baik.
"Tidak mustahil Tuan, hanya saja ... itu artinya kita harus menambah bahan bakar dan mengurangi muatan. Ini jelas bukan long-ranger-jet yang akan-"
"Baiklah, lakukan apa saja, kalau perlu turunkan semua pengawalku yang lain. Biarkan mereka naik pesawat komersil. Aku harus tiba di Paris secepat mungkin bagaimanapun caranya." Tukas Reano dengan sikap acuh. Seolah memangkas waktu perjalanan Indonesia-Paris itu hal yang mudah dilakukan.
Co-Pilot yang duduk di sebelah Pilotnya bermaksud protes namun sang Pilot mencegah, "tidak perlu, tidak ada gunanya. Kita hanya akan dapat masalah jika tidak menurut." Ucap Pilot itu dengan wajah pasrah. Kembali menghubungi salah satu awak kabin, mengurangi kru, mengisi tambahan bahan bakar, kemudian bersiap takeoff.
"Kondisi Nona Muda pasti masih sangat lemah. Kenapa kita harus terburu-buru seperti ini?" Adisa menatap Tuan Muda-nya yang sudah duduk manis dengan seatbelt terpasang. Walau terlihat tenang, jelas sekali jari-jarinya mengetuk lengan kursi dengan tidak sabar.
Reano menarik segaris senyum, menatap jendela oval di sebelahnya dengan pandangan menerawang. Seolah bisa melihat pantulan wajah gadis pucat itu di bingkai jendela.
"Kalau saja Nona Muda-mu itu bukan Nadhira, maka aku akan percaya itu. Sayangnya dia adalah Nadhira, dan selain dirinya sendiri, tidak ada yang bisa menebak apa yang akan terjadi." Jawab Reano, antara miris sekaligus kagum.
Di seberangnya Adisa hanya meringis. Selama berbulan-bulan diperintahkan boss nya mengawasi Via, dia jelas tahu banyak soal gadis itu. "Perempuan Tidak Waras" begitu julukan yang dia sematkan pada gadis pembuat masalah itu.
"Saya jadi teringat malam saat Tuan Muda tiba di Ibukota sebulan lalu itu." Tukasnya, kembali teringat malam di mana Via diserang oleh orang yang tidak dikenal. Begitu kabarnya dia kirim kepada sang boss, esoknya entah dengan cara apa Reano berhasil tiba di Indonesia tepat waktu.
"Ah ya, aku ingat betul kau mengumpat dan bilang aku ini tidak waras karena mengejar seorang Narapidana yang bahkan tidak dikenal dan dianggap berbahaya kan?" Reano mengenang. Terkekeh sendiri mengingat kejadian itu.
Di seberangnya Adisa mengalihkan pandangan seraya mengulum senyum.
"Bahkan sampai saat ini saya masih heran kenapa Tuan Muda mati-matian melindungi gadis itu. Pertama melihatnya saja saya sudah yakin dia hanya akan menjadi masalah." Akunya, berterus terang.
"Dia gadis yang tangguh bukan?" Reano menaikan alis dengan wajah bangga sekaligus kagum.
"Gadis yang menyeramkan lebih tepatnya. Anda tentu belum pernah melihat dia menghabisi tahanan lain hanya dengan jepit rambut bukan? Sewaktu saya menyelinap di kali pertama Via masuk ke dalam tahanan umum itu saya benar-benar dibuat ngeri." Jelas Adisa, bergidik sendiri dengan perkataannya.
Reano tertawa lebar, seakan terhibur dengan penuturan tangan kanannya itu.
"Itu sebabnya aku menyukai dia, pemberontak, tangguh, dan jelas sulit ditaklukan."Akunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)
AcciónWARNING!!! 18+ Hampir keseluruhan isi cerita mengandung unsur kekerasan fisik, olah racun, serta aksi kejahatan dan pembunuhan. Tidak untuk ditiru apalagi dicoba!! **** V, seorang PRConsultan yang menjadi terdakwa seumur hidup setelah membunuh seo...