CHAPTER 1 (Awal Mula)

449 48 2
                                    

"Mereka bilang aku iblis? Psikopat? Kurasa ... itu memang benar."
(Via Nadhira)

***

Sekali lagi, Pengadilan Tinggi Negeri mengadakan sidang putusan. Hari ini ... nasib salah satu anak manusia akan ditentukan, berapa lama dia dihukum, ataukan langsung berakhir di tiang gantung.

Para wartawan media sudah berbaris dengan rapih, bersiap merekam detik demi detik jalannya sidang putusan. Kasus menggemparkan yang terjadi delapan bulan lalu tidak bisa begitu saja di lupakan.

Bagaimana tidak? Hari itu ... minggu ke dua di bulan April, sebuah klinik bersalin elite di kawasan Ibukota geger. Dokter kandungan serta kedua perawatnya tewas mengenaskan di tangan seorang gadis yang hanya bersenjata tongkat baseball!

Bukan cuma mereka, seorang guru matematika juga ikut tewas dalam tragedi berdarah itu.

Hakim ketua bersama empat orang Hakim pendamping serta beberapa jaksa memasuki ruang sidang. Duduk di hadapan seorang gadis berwajah pucat macam mayat hidup.

Detik itu ... persidangan terakhir dimulai.

***

"Dengan menimbang semua bukti dan keterangan saksi, atas pembunuhan saudara Arifin Irham, Dokter Anita, Perawat Maria dan Perawat Susi,  maka dengan ini saudari Via Nadhira dijatuhi hukuman penjara seumur hidup!"

Tok tok tok!

Ruangan sidang itu sempurna pecah oleh teriakan keberatan dan protes. Beberapa aktivis kemanusiaan serta teman dan sahabat yang mendukung terdakwa berseru-seru meminta hakim untuk mengubah keputusan.

"Enggak bisa pak! Via enggak bisa diperlakukan begini!"

"Ini hukum seperti apa pak?!"

Sementara itu, di kursi terdakwa Via hanya diam membeku. Raut wajahnya sama sekali tidak terlihat sedih atau menyesal. Di saat para mendukungnya rusuh ingin membela, dia masih sempat-sempatnya melempar senyum kepada mereka. Menganggukkan kepala seolah bilang; 'tenanglah ... aku baik-baik saja!'

Tidak, tidak ada raut kecewa dari wajahnya. Dia tetap tenang, seolah dari jauh hari 'pun dia sudah tahu pasti apa yang akan menimpa dirinya di hari ini.

Begitu ke luar dari ruang sidang dengan tangan diborgol serta diapit dua orang polisi, jepret kamera dengan rakus menelan tubuhnya. Puluhan wartawan melemparkan pertanyaan secara serempak hingga yang tersisa di telinga hanya berupa dengung lebah saja.

Via meringis kecil, terlebih ketika beberapa anggota keluarga dari korban berteriak marah sewaktu melihat wajahnya. Tak segan melempari kepalanya dengan botol air mineral serta makanan sisa.

"Tolong, beri kami jalan!"

"Biarkan kami lewat!"

"Keamanan! Cepat kendalikan masa!"

Sekali lagi Via melirik orang-orang itu, sama sekali tidak marah dengan itu semua, sebagai keluarga ... mereka berhak marah karena salah satu orang terkasih yang jadi bagian dari hidup mereka berakhir tragis di ujung tongkat baseball miliknya.

Yup ... dialah Via Nadhira, seorang PRConsultant yang nekad menghabisi guru les privat matematika, Dokter Kandungan, Serta dua orang Perawat yang bekerja sama menggugurkan janin dalam rahim adik perempuan Via satu-satunya.

[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang