"Aku lebih senang menyebut kau Kucing Nakal dibanding Setan. Sudah lemah, masih pula merepotkan. Keterlaluan!"
***
Bruk!
"Sial, kenapa tubuhku lemas sekali?"
Sekali lagi Via jatuh tersungkur. Dia setengah merangkak bersembunyi di balik sebuah bak sampah. Napasnya begitu berat, dada dan kepalanya terasa sakit sekali.
Hari mulai gelap, suana di dalam gang itu sudah mulai remang. Seandainya ada jam tangan, mungkin sudah menunjukan pukul 10 malam. Kondisi siang yang lebih lama membuat malam di kota Paris lebih lambat dari Indonesia.
Untuk sesaat Via menarik napas lega. Para pengejar itu belum kedengaran mengejarnya lagi. Dia setidaknya bisa sedikit mengambil napas, bersandar pada tembok batu bata merah yang mulai di gerayangi lumut. Udara semakin dingin menusuk, sementara tubuhnya hanya dibalut blouse satin ini.
"Siapa sebetulnya Tuan Muda keparat itu? Kenapa dia membawaku lari dari rumahsakit sampai sejauh ini?" Via mengerutkan dahi. Kembali teringat dinihari kelabu itu. Teringat lagi dengan seringai Rain, teriakan Andika, serta tubuhnya yang melayang jatuh dari atas gedung.
"Sial, sudah berapa lama aku tidak sadar?" Gadis itu kembali memegang kepalanya yang tersa sakit. Pelipisnya lengket oleh noda darah, sepertinya luka yang dia dapat dari kolam itu cukup parah.
"Ah ... Andika, di mana dia sekarang? Aku ... aku harus menghubunginya." Via tersadar, sekalipun dalam kondisi yang sudah sangat lemah, dia tetap berusaha bangkit, bertumpu pada sebatang besi berkarat yang kebetulan ada dalam bak sampah, dia kembali berjalan dengan terpincang-pincang. Dia harus mencari telpon umum, menghubungi Andika dan memintanya untuk gegas menjemput.
"Holla belle fille, où vas-tu cette nuit euh(halo gadis cantik, mau ke mana malam-malam begini)?"
Entah dari mana datangnya, namun tiba-tiba saja beberapa pria dengan tampang berandalan berloncatan dari balik gang. Via mengedarkan pandangan, orang-orang itu tampak mengepung dirinya dari empat penjuru.
"Je prends juste la mauvaise direction, excusez(saya hanya salah mengambil arah, permisi)."
Gadis itu tergesa, bermaksud melewati pria di depannya namun dia malah merentangkan tangan.
"Oy oy oy ... sabar sebentar Nona, kita bahkan belum berkenalan." Laki-laki itu menyeringai, jelas tatapan matanya seperti Rubah licik yang hendak menyantap mangsa. Via mengepalkan lengan dengan kuat. Berusaha tidak terlihat gelisah. Bagaimanapun, saat ini dia sedang terluka dan lelah, tidak akan sanggup menghadapi empat orang pria sendirian.
"Tolong jangan berbuat macam-macam, saya bisa memanggil polisi!" Gadis itu melemparkan ancaman kosong. Membuat para berandalan spontan terbahak.
"Kau ini ada-ada saja nona, orang asing seperti dirimu ... siapa yang akan perduli?" Salah seorang pria berkata dengan nada mengejek. Jelas, begitu melihat tampang Via yang asing seperti itu mereka tahu Via bukan orang Perancis. Dan itu jadi salah satu keuntungan bagi mereka.
"Sudahlah ... tidak perlu basa-basi lagi, ayo anak-anak, tangkap gadis itu!" Pria yang berdiri di hadapannya memberi perintah, membuat yang lain spontan menerjang ke arah Via.
Set!
Bug!
Begitu salah satu dari mereka hendak memeluk pinggangnya, Via spontan berkilah, mengayunkan tongkat besi di tanganya tepat ke arah pinggang orang itu.
"Argh ... sialan, kuhajar kau!" Laki-laki itu mengerang kesakitan.
"Ayolah tuan, biarkan saya pergi." Via berusaha bicara, dia terlalu lelah untuk berkelahi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)
AksiWARNING!!! 18+ Hampir keseluruhan isi cerita mengandung unsur kekerasan fisik, olah racun, serta aksi kejahatan dan pembunuhan. Tidak untuk ditiru apalagi dicoba!! **** V, seorang PRConsultan yang menjadi terdakwa seumur hidup setelah membunuh seo...