CHAPTER 12 (Bunga Es yang Berguguran)

321 56 11
                                    

"Bahkan benang yang kuikat belum sepenuhnya bersimpul, sekarang sudah harus putus juga? Ah waktu ... kau benar-benar kejam kepadaku."

***


Andika merasa tubuhnya berubah jadi sedingin es, menyaksikan Via jatuh dari atas gedung ke bawah sana betul-betul membuat napasnya seakan ikut terputus juga.

Seseorang yang selama bertahun-tahun dia cintai harus berakhir tragis hanya karena dendam dan kesalahan di masa lalu?

Byur!!

Mata pria itu membesar, melihat tubuh Via menghantam dinginnya air kolam. Kesadarannya segera timbul.

"Masih ada harapan," bisiknya.

"Masih ada harapan dia selamat!" Andika memekik, bergegas turun dari atap itu. Dia bahkan mengabaikan tubuh Rain yang tergeletak tidak berdaya dengan dua luka tembak di sepasang betisnya. Dapat dipastikan dia tidak akan lagi bisa berjalan.

Laki-laki itu terus turun, lantai demi lantai, beberapa kali jatuh tersandung. Menabrak orang-orang yang hilir mudik. Tidak peduli biar dimaki oleh mereka yang merasa terganggu itu.

"Via, bertahanlah!"

"Aku datang Via, bertahanlah!"

"Tunggu aku Via, jangan pergi dulu!"

"Via!"

"Via!"

Dia berteriak-teriak seperti orang kesetanan. Memburu tepi kolam yang ada di samping bangunan rumahsakit. Pagi mulai menjelang, sinar mataharinya sembunyi-sembunyi mengintip dari celah pepohonan.

Tanpa ragu laki-laki itu melompat ke dalam kolam. "Via? Di mana kamu?" Teriaknya.

Laki-laki itu terus mencari, dia bahkan menyelam, di antara ikan-ikan, mencari tubuh Via yang dia yakini jatuh ke dasar kolam.

Hilang!

Gadis itu tidak ada di manapun.

"Ya Tuhan, Vi?! Kau di mana?!"

Andika berteriak panik, mencari-cari tubuh Via seperti orang gila. Beberapa polisi yang menyusul ikut turun ke dalam kolam. Mencari keberadaan Via namun dia tidak ada di mana-mana.

Suasana rumahsakit kian ramai, insiden yang terjadi di atas gedung menyebar cepat, bukan hanya para pengunjung rumahsakit, media masa saja sudah mulai memadati tempat itu, memburu berita yang mereka yaki akan semakin menggemparkan.

"Di sini!"

Seorang polisi yang mencari ke sekitaran kolam tiba-tiba berteriak. Andika tersentak, spontan berlari ke arah sumber suara.

"Di mana?! Di mana Via? Apa dia baik-baik saja?!" Berondongnya. Mencoba menyibak beberapa polisi. Namun langkahnya terhenti, ditatapnya benda yang ada di tangan polisi itu.

Sebuah tongkat baseball!

"Di ... di mana Via?" Tanya nya dengan suara pelan. Kebingungan.

"Kami tidak menemukan siapapun atau apapun selain tongkat ini." Ucap polisi itu dengan wajah menyesal.

Andika mengambil benda itu dengan tangan bergetar, jatuh terduduk, memeluknya dengan air mata yang tanpa bisa dicegah luruh begitu saja. Tongkat itu adalah hadiah pemberian dirinya 7 tahun silam sebagai hadiah kemenangan, saat Via menonton pertandingan final Baseball di kampus mereka. Andika bersama team-nya menang telak.

Sekali lagi, dia seakan bisa melihat gadis itu bersorak gembira, turun ke lapangan, memeluk dirinya dan mengucapkan selamat.

"Vi ...."

[✔] V : RETALIATION ( Kisah di Balik Penjara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang