Vincent tiba di rumah pukul delapan lewat. Dia kelelahan karena tumpukan pekerjaan hari ini. Rapat divisi pemasaran tadi berlangsung panjang dan alot. Ada beberapa hal yang mengganjal dan membuat Vincent yang biasanya tenang pun, jadi naik darah.
Target penjualan yang sudah disepakati untuk satu semester kemarin, memang tercapai. Bahkan ada peningkatan angka penjualan untuk produk tertentu yang cukup signifikan. Masalahnya, ada beberapa problem di lapangan yang ternyata lebih buruk dibanding perkiraan. Keluhan pelanggan terkait molornya pengiriman barang, meningkat lumayan tinggi selama dua bulan terakhir. Selain itu, strategi promosi yang sudah dirancang pun ternyata tidak dilaksanakan dengan maksimal.
"Salah satu hal paling penting untuk dijaga, adalah imej perusahaan. Itu harga mati yang nggak bisa ditawar-tawar. Sebagus apa pun produk kita, tapi pelayanan jelek hingga konsumen mengajukan banyak komplain, itu sama seperti tanda bahaya. Situasinya makin parah kalau sampai keluhan-keluhan itu tidak ditangani dan malah meningkat. Masalah ini sudah saya ingatkan berkali-kali. Tapi sepertinya tidak ada perbaikan berarti."
Hugo yang menjadi salah satu orang kepercayaan Vincent dalam urusan pekerjaan dan tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan darah di antara mereka, ikut kesal. Dia memberi dukungan pada kakaknya, meminta bagian yang menangani komplain dan pengiriman barang untuk bekerja lebih serius.
"Seperti yang dikatakan Pak Vincent tadi, imej perusahaan itu memang sangat penting. Kalau tidak ada perbaikan serius, tinggal tunggu waktu sebelum kita semua jatuh. Jika itu yang terjadi, sudah tidak ada gunanya melakukan perbaikan. Semua upaya kita akan sia-sia saja. Itulah efeknya jika membuang-buang waktu dan bersikap santai. Jangan pernah menganggap remeh suatu persoalan yang tidak terselesaikan. Jangan terlalu bangga pada nama besar yang sudah kita punya. Kalau kita nggak bekerja keras untuk menjaga kualitas, tinggal tunggu waktu sebelum semuanya berantakan."
Vincent masih menambahkan beberapa kalimat tajam lagi untuk menegaskan maksudnya. Divisi pemasaran akan mengadakan rapat evaluasi dua minggu mendatang. Setelah rapat usai, Vincent didera sakit kepala yang menyiksa.
"Kalau nggak ada perbaikan, kurasa kita harus memecat orang, Go. Atau, minimal ada demosi. Karena yang kita hadapi ini masalah serius. Komplain yang angkanya terus naik, jadi isyarat kalau ada yang nggak beres. Aku nggak paham kenapa orang-orang yang harusnya bertanggung jawab ngurusin semua itu, kayak nggak peduli. Tetap nyantai kayak nggak ada masalah serius." Vincent meremas rambutnya dengan gemas hingga dia meringis karena sakit.
"Menurutku, kalaupun ada perbaikan, tetap perlu pergantian personel, Kak. Irwin dan Sari kinerjanya memang nggak bagus, kok! Setauku, sejak belum pindah ke divisi pemasaran pun, prestasi mereka biasa aja. Herannya, kok bisa dapat promosi," keluh Hugo.
"Mereka sama kayak kita, Go. Nepotisme. Bedanya, kita tetap kerja sungguh-sungguh. Mereka sebaliknya. Mungkin, Irwin dan Sari ngira kalau mereka bisa seenaknya karena kerja di perusahaan keluarga," komentar Vincent.
Ya, Sari dan Irwin memang bergabung dengan PT Sanjaya Indo karena hubungan kekerabatan. Keduanya masih terhitung keponakan Nyonya Julian Ishmael. Vincent makin gemas saat membayangkan semua yang sudah dikorbankannya untuk bisa bekerja di sini. Dia bahkan harus melepaskan mimpi lama sebagai akuntan, demi menuruti keinginan ibunya untuk ikut mengurus perusahaan ini. Dua tahun silam, Vincent sempat terpikir untuk berhenti dan memulai bisnis sendiri seperti Taura. Yang membuat Vincent mundur karena dia belum benar-benar memantapkan hati untuk memilih jenis usaha apa yang akan ditekuni.
Di sisi lain, ada anggota keluarganya yang bekerja dengan seenaknya, tak bisa menunaikan tanggung jawab dengan baik. Bagaimana bisa Vincent tidak menjadi kesal luar biasa?
"Andai memang mereka harus digeser, apa perlu ngomong sama Om Gamal, Kak? Karena beliau yang masukin Irwin dan Sari ke sini." Hugo menyebut sepupu ibu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]
General FictionPertemuan dengan Marsha melalui kejadian yang tidak terduga mengubah hidup Vincent ke arah yang tidak terduga pula. Ketika cinta tumbuh di antara keduanya, Vincent dan Marsha paham bahwa perbedaan usia adalah hal terakhir yang dirisaukan dalam menja...