😈 06 : Rasa Penasaran Sang Pangeran Iblis 😈

745 108 11
                                    

Dia datang terlambat, di hari penting putra kesayangan si raja iblis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia datang terlambat, di hari penting putra kesayangan si raja iblis.

Tapi Damon tak menegurnya. Mungkin itu karena keberadaannya tak dianggap oleh raja iblis itu.

Namun bukan berarti disini ia tak diperhitungkan. Ada yang selalu menyambutnya dengan riang, selain istrinya tentunya.

"Kakak Putih datanggg!" Teriak Drigo sembari menghambur dalam pelukannya.

Seperti biasanya, bocah itu mengharap digendong olehnya.

Valen tersenyum welas asih kala melakukannya. Senyum ini yang berusaha ditiru oleh Drigo dengan susah payah.

"Kak Putih kenapa gak datang saat Dligo ultah kemarin?" Tanya Drigo dengan bibir mencebik.

"Apa Kak Rere tak memberitahu mengapa Kakak tak bisa hadir?" Valen balas bertanya dengan kening berkerut halus.

Wajah yang masih nampak imut dan unyu itu sungguh mempesona Drigo, padahal biasanya iblis kecil itu hanya mengagumi benda jelek.

"Kak Lele suka pikun!" Cemooh Drigo.

Bukan pikun, masalahnya Renata terlalu sibuk mengurusi tetek bengek persiapan ultah Drigo.

Sekarang, wanita iblis setengah malaikat itu tepar kecapekan.

"Maaf, Drigo. Kakak ada urusan dengan Yang Diatas."  Jari telunjuk Valen menunjuk keatas.

Drigo bukan tak mengerti maksud kakak ipar malaikatnya. Tapi seperti anak kecil lainnya, dia suka merengek.

"Apa yang diatas lebih penting dari Dligo? Cih, siapa dia?!"

Valen menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Mau menjawab jujur, bahwa Yang Diatas itu adalah segalanya, kepentinganNya melebihi kepentingan makhluk lain, khawatir membuat bocah iblis ini ngambek trus mewek. Lagipula, tak mudah menjelaskan masalah Ketuhanan pada bocah iblis yang selalu diisolasi keluarganya ini.

Valen hanya bisa meminta maaf dan mengalihkan perhatian bocah itu.

"Maaf, Drigo. Apa yang bisa kubantu untuk menebusnya?"

Mata Drigo berkilat licik mendengar penawaran itu. Dia mengajak kakak iparnya ke ruang bermainnya yang luas dan megah.

"Kak Putih, temani Dligo bermain. Apapun yang Dligo minta tak boleh menolak ya!" Tuntut si kecil.

Valen tersenyum, "Asal tak menyalahi moral saya."

"Tentu tidak," senyum Drigo sepolos mungkin.

Mereka bermain banyak hal, sebelum Drigo menyodorkan benda yang disembunyikannya secara diam-diam.

"Mereka bilang ini penggaruk pantat. Bagaimana cara memakainya?"

Valen terdiam. 

Jelas dia tahu benda apa yang disodorkan padanya. Jadi, mertua iblisnya telah menyesatkan pikiran anak bungsunya dengan menyebut pedang mainan sebagai penggaruk pantat!

33. The Devilano'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang