Aku sampai pada titik hanya diriku sendiri yang bisa ku percaya
-R.
.Renjun menidurkan kepalanya di paha sang nenek. Sosok yang ia rindukan sejak lama. Ia rela menahan pusing demi meihat wajah itu lebih lama.
"Lepas saja Njun.."
Wanita tua itu melepas pelan kacamata yang bertengger di mata Renjun. Pemuda itu diam saja, tersenyum lalu menutup matanya merasakan lembutnya belaian Sang Nenek.
Mengingat kembali kenangan semasa kecilnya yang sering ditinggal oleh Bundanya.
"Nenek kenal Winwin Hyung? Kenapa selama ini nggak pernah cari Injun? Nenek selalu sehat?"
Sang Nenek tersenyum mendengar cucunya mencecar pertanyaan. Ia mencubit gemas pipi Renjun kemudian memijat pelipisnya.
"Nanti. Sebentar lagi Injun tau semuanya. Yang jelas sekarang , Nenek senang bertemu Renjun lagi."
Renjun mengangguk, yang jelas ia senang sekarang. Ah, Winwin tadi pamit keluar. Tak bilang mau kemana, tapi melihat Sang Nenek diam saja membuat Renjun penasaran ada hubungan apa mereka.
"Njun masih ingat wajah Halmoni?" Suara renta itu bertanya lagi. Renjun mengangguk dalam baringannya.
"Siapa bisa lupa wajah Nenek yang bangunin Injun buat sekolah dulu.. Setelah dibawa Paman, Injun gatau kabar Nenek. Injun mau kirim surat, tapi ke siapa. Injun gatau alamat Nenek."
Ya, katakan saja setelah hampir sepuluh tahun hidup tanpa orang yang mendengarkan keluh kesahnya, Renjun kini berbincang dengan seseorang yang ia rindukan.
Sosok yang terus ia ingat wajahnya dengan harapan suatu saat nanti bertemu.
Dan Tuhan, dengan baik mengabulkan do'anya.
"Ini kenapa?" Wajah Renjun di teliti, lalu tangan dan punggungnya.
Renjun diam, tak menjawab maupun menggeleng. Ia tak mau momen indah ini rusak hanya karena bekas lukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies✨
FanfictionDia diam saja, namun dunia bersikap jahat dan tak adil padanya. Dia selalu duduk di pojok belakang, tersembunyi dari keramaian.Namun dengan ajaib, takdir selalu mempermainkannya. ©Hwang_blue