Ketika sosok itu mulai hilang, maka saat itu kamu akan menyadari betapa berharganya dia meskipun ia hanya singgah untuk sekedar mengucapkan selamat pagi.
-AnonymPintu itu diketuk pelan, membuat sosok yang sedang fokus didepan meja belajar teralihkan.
Jaemin berdiri, membukakan pintu. Nampak Taeyong yang datang sambil membawa gitar.
Ia tak tau maksudnya apa, yang jelas minggu depn ia sudah ulangan untuk kenaikan kelas.
"Abang nggak dimarahin Bunda malah ngajak Nana main?" Tanya Jaemin pelan, ia pasalnya sudah berjanji akan naik peringkat semester ini.
Taeyong menggeleng pelan. Ia sudah memutuskan untuk menggeledah kamar Jaemin dan mencari sebab apa pemuda itu murung seminggu belakangan.
"Nggak capek apa belajar terus, biasanya juga main bareng Jeno."
Kata Taeyong lalu melemparkan bokongnya di ranjang empuk milik Jaemin Pemuda kelinci itu menghela napas, ia padahal sudah sandiwara sejauh ini.
"Jeno juga lagi sibuk Bang, mau kenaikan kelas." Jawab Jaemin lalu bersiap lagi ke meja belajar, berkutat dengan soal.
Tangan Taeyong menariknya, lalu mendudukkan Jaemin disamapingnya.
"Kamu beda Na, akhir-akhir ini. Abang nggak tau kamu ada masalah apa. Yang jelas, nggak bisa kamu gini terus."
Jaemin tertawa hambar. "Nana baik-baik aja kok."
"Nah nah. Kamu beda setelah demam. Apa nyawamu kurang kumpul, atau masih ada yang ketinggalan?"
Jaemin hanya tersenyum, lalu menarik gitar yang ada di pelukan Taeyong. Memetik satu dua senar secara acak.
"Kamu nggak lagi berantem sama Jeno kan?"
Jaemin tersenyum kecut, selalu saja tebakan kakaknya benar. Entah ia yang tak terlalu pandai menyembunyikan sesuatu atau Taeyong yang terlalu peka terhadap keadaan.
"Nggak usah bohong. Abang tau kamu sering ngejauh dari Jeno. Bahkan Haechan bilang kalian kayak orang yang nggak saling kenal."
Shit!
KAMU SEDANG MEMBACA
Fireflies✨
Fiksi PenggemarDia diam saja, namun dunia bersikap jahat dan tak adil padanya. Dia selalu duduk di pojok belakang, tersembunyi dari keramaian.Namun dengan ajaib, takdir selalu mempermainkannya. ©Hwang_blue