16. JEYUUUN

880 114 9
                                    

.
.
.


.
.
.

🙂👎







"Bukannya kita sepakat jika jadwal pertemuan di luar jam kerja maka itu akan menjadi tanggung jawab Robert sebagai perwakilan?"

Byan menatap Jaehyun tak santai, ia sedang mengganti sepatunya dengan sebuah high heels dengan tinggi sekitar 5 cm, tak begitu masalah dengan itu. Tak seberapa dengan koleksinya yang lain.

Tapi Ares. Kak Aresnya yang mempermasalahkan itu.

Semenjak kejadian dirinya yang pernah terkilir setelah seharian bekerja memakai sepatu ber hak tinggi itu.

Tapi ayolah, bukannya itu sesuatu yang wajar?

Beda penafsiran dengan Ares yang malah mengganti koleksi sepatu seksinya dengan banyak sneakers dengan berbagai macam merek ternama, katanya agar Byan nyaman juga tetap terjaga selama bekerja.

Berlebihan.

Untung ia masih menyimpan hitam seksinya di kantor. Jadi jika ada acara penting seperti ini ia tinggal berganti tanpa takut akan diomeli habis-habisan oleh suaminya sendiri.

"I am the face of the company, Jaehyun Jung. what you gonna do 'bout it?" Nada bicara Byan seperti sedang menyanyikan sebuah part dalam rap.

Dengan gerakan tubuhnya yang berbelok sana-sini di ruangannya mengambil barang-barang yang sekiranya akan di butuhkannya.

"Bossby.." Byan hanya berdeham. Mengepaskan kakinya kembali setelah sekian lama tak memakai sepatu seksinya.

"Aku sudah oke?" Byan bertanya kepada Jaehyun dengan tangannya yang direntangkan. Berputar beberapa kali di hadapan bawahannya itu.

"Bossby, you're not allowed."

"Aku selalu oke." Byan terkekeh ringan, total mengabaikan ucapan Jaehyun. Mengambil kunci mobil kantornya di laci dekat dengan pintu di mana Jaehyun berada.

"I am, menyingkir dari pintu, jeyun."

"Robert akan berangkat." Byan merengut tak suka. Ia melirik ke dalam tas berkasnya.

"Dokumen ada di dalam sini. Tak ada alasan Robert bisa pergi. Aku yang akan pergi dan menemui klien baru itu. Dengar-dengar ini projek besar lagi setelah yang terakhir kalinya di tahun lalu. Waw.." Jaehyun memutar otaknya, masih memandang Byan.

Salahnya memberitahukan akan ada pertemuan dengan pihak yang meminta kerja sama di menit-menit terkahir jam kerja Byan.

"Can you.." tangan Byan terangkat membuat gesture menyingkir untuk Jaehyun.

"Byan, jam kerja yang ditentukan sudah akan habis salam hitungan menit."

"Aku masih punya 25 menit. Dan kalau kau, Jaehyun, berdiri di sana menantang sebuah gravitasi. Itu membuang waktu kerjaku. Sekarang minggir." Jaehyun menggeleng.

Byan berdecak. Ia bisa saja lewat karena badannya yang tak terlalu tinggi itu menyelip di bawah ketiak Jaehyun.

Jaehyun tak akan berani menyentuhnya jika masih ingin hidup tenang di negara sana.

Byan melangkah dengan penuh percaya diri melewati Jaehyun.

Beberapa pegawai yang bekerja di lantainya melihatnya tak percaya. Setelah sekian lama, Byan akhirnya menghadiri acara seperti ini lagi.

"Sekretaris 3, ayo!"

Dengan elegannya bak berjalan di atas catwalk. Suasana hatinya baik.

Jaehyun berlari mengejar Byan sampai akan menyentuh tombol lift lantai itu.

"Bossby, ku hubungi pak Ares kalau bossby tetap memaksa." Byan melotot tak menyangka.

"You can't do that." Byan berbalik kesal.

Smirk Jaehyun terkembang. Ares sedang ada perjalanan keluar kota saat ini. Ia tak akan berada di rumah sampai dua hari kedepan, terhitung dari 3 hari belakangan.

Itu mengapa Byan bisa senekat ini melanggar peraturan kerjanya.

"I'm afraid I can."  Byan menganga tak percaya saat Jaehyun mengangkat ponselnya.

Sekertaris yang tadi di panggil byan menjadi bingung harus apa.

Byan pikir ini hanya gertakan. Jadi saat pintu list terbuka, ia nekat mengangkat kakinya lagi. "Do whatever you want, i don't give a fuck."

Tapi ngungan ponsel terdengar. Byan melotot tak percaya.

Ia berbalik, Berlari secepat yang ia bisa untuk menggapai Jaehyun yang berada lumayan cukup berjarak dari lift.

Byan panik jadi menjatuhkan tas berkasnya.

Momen itu di gunakan  Jaehyun untuk membalikan keadaan.

Byan berdiri panik mencoba mematikan panggilannya dan Jaehyun yang mendapatkan kembali tas berkas yang akan dibawa bawahannya.

Deringan panggilan terdengar masuk ke dalam ponsel Jaehyun dengan nama Ares tertera di sana.

"Nah, I did."


Byan ingin sekali menampar wajah Jaehyun. Tapi ia tahan. mundur perlahan dengan wajah piasnya.

"Jangan dijawab." Byan menyerahkannya seperti memberikan kutukan. Tak ingin lama-lama memegangnya.

"Jangan di jawab."






"Halo."


Byan menangis dan guling-guling ngambek saja lah.

TBC.



Heheheheheheh~

Tes ombak aye aye.

Areen,

With luv.

BYANICE (Season 2)-on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang