BYANICE (Season 2)-on hold

8. Jealous.

Ini lebih panjang~~

.

.

.

.

.

selamat membaca✨

.

.

.

.

.

"Halo?" Suara Byan menyapa pendengaran Ares, nadanya begitu formal. Sepertinya ia belum menyadari siapa yang memanggilnya di tengah-tengah jam kerja seperti ini.

"Dimana kamu?"

"Byan di... kantor." Sepertinya Byan baru menyadari siapa yang berbicara dengannya diujung telefon.

"Pulang."

"Kakak, aku lagi rapat terbuka.."

Ares mendesah berat. "Pulang."

"Kak.. By masih ada janji pertemuan sama salah satu klien siang ini."

"Pulang, Byan. Bukan alesan."

"Kakak~" Byan memijat keningnya di seberang telefon. Kerjaannya menumpuk ditinggal dua hari, suaminya menuntut untuk pulang sedini mungkin.

"Kakak, Byan bener-bener gak bisa pulang sekarang.. Keprofesionalan Byan bisa dipertanyain." Ares tak menjawab, ia malas menanggapi.

"Kak?" Sambungan itu diputus dari seberang telefon.

...

Ares tau, istrinya tak akan udah mundur dari jabatannya sekalipun sudah ada sumber uang yang mengurus segala keperluannya.

Hei, Ares telah menabung jauh-jauh hari untuk masa depan yang cerah bersama istrinya kelak, hidup berdua dengan Byan dengan gaya hidup yang cukup malahpun ia masih sanggup membiayai dengan seluruh kerja kerasnya.

Tapi masalahnya, Byan lah yang susah melepas apa yang sudah menjadi kedudukannya di masa melajang.

Makannya sekarang ia ingin menghubungi salah satu teman sepekerjaannya untuk meminjam istrinya sebentar.

Dokter Wilson di bagian ortopedi mempunyai istri mantan pekerja kantoran yang cukup berpangkat juga masalahnya, tapi ia bisa lepas tangan dengan pekerjaannya itu setelah menikahi salah satu rekannya.

Ia ingin meminta banyak saran, siapa tau jika sesama wanita, jalan keluarnya tak jauh berbeda.

Ares benar-benar ingin Byan berhenti bekerja.

Jadi ia memanfaatkan jam luangnya untuk bertemu di salah satu kafe di pusat kota untuk membahas masalah ini.

...

"Feith?"

"Kamu Ares?" Ares mengangguk, tak sulit menemukan istri rekannya dengan ciri rambut pirangnya itu.