33. Hot rwamen

578 80 37
                                    






Hi 💛
————
sorry for the typos!

Setelah kakak-kakaknya kembali ke tempat mereka masing-masing, Byan didatangi seorang asisten dokter, memeriksa suhu tubuhnya, mengecek perkembangan luka-luka ditubuhnya pasca insiden itu.

Byan merasa baik, tak begitu buruk, lukanya mulai memudar hanya meninggalkan bekas mereka yang hanya terasa gatal sesekali. Suhu tubuhnya tak terlalu panas. Ia hangat.

Dan asisten dokter itu memberinya perintah seperti perbanyak meminum air karena itu dapat mempercepat keluarnya kadar narkotika dalam dirinya.

Oh, Byan lupa jika kemarin ia baru saja terlibat dalam sekumpulan drug dealers.

...

Beberapa hari selanjutnya Byan memfokuskan dirinya untuk mendapatkan konfirmasi mengenai hal yang dikatakan kakak iparnya. Dan ternyata benar. Ares kembali menyelamatkan pantatnya—saving her ass. Ketusnya.

Byan tak tahu penyebab mengapa mobil itu harus diganti, yang pasti sesuatu terjadi begitu buruk hingga harus menggantikan dengan yang baru—sama persis, hanya berbeda dititik tergoresnya.

Tapi Genta ternyata lebih senang mobilnya diganti dengan yang lebih mulus. Jadi ia tak mengungkitnya lagi. Byan mendengus, jika saja pagi itu kak Cessa tak kelepasan, Byan mungkin masih setengah tolol memikirkan perkataan Ares.

Tapi sekarang ada yang harus dipikirkannya lebih dari permasalah tak boleh keluar itu. Sebenarnya tentang itu— ia akan tetap jadi Byan. Ia mengabaikannya, berpikir sebentar lalu kembali menjadi dirinya yang sebelumnya.

Ia terpikir sesuatu, mungkin kak Genta mau membahasnya lagi, ia butuh informasi lebih spesifik mengenai itu, sambil berjalan-jalan mencuri simpanan makanan mereka, begitu 'kan. Kak Genta terkenal akan simpanan produk makanan mau pun minuman instannya.

"Anda tidak diperkenankan keluar, Nona." Byan menahan napasnya, lengan S berada tepat di depan dadanya. Oh tuhan, Byan lupa mereka berjaga di depan kamar tidurnya juga.

Byan menurunkan lengan kokoh itu, menepuk-nepuknya sok akrab. S menatapnya penuh selidik.

"Aku gak ngerasa kayak mau melarikan diri sekarang, I'm hungry. Aku butuh mencari makanan." Byan melangkahkan kakinya santai melenggang meninggalkan S yang masih memproses apa yang terjadi di hadapannya. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki keluar setelah mengeram seharian. Langit mulai berubah menjadi jingga.

S mengikuti gadis itu dengan sabar, Byan berkeliling dapur, membuka kabinet-kabinet yang menggantung—menempel di tembok seperti benar-benar sedang mencari sesuatu.

Byan berdecak, tentu saja, di manapun mereka akan tinggal, kak Ares tak akan mengizinkan satu bungkus mie instanpun untuk menetap. Karena ia mudah tergoda.

"Kapan Kak Ares pulang?" S berdeham melirik jam tangannya.

"Pukul 5 sore nanti, nona." Byan menghentikan kegiatannya, menengok tak percaya.

"Itu terlalu cepat!" S menatap Byan tak mengerti. Ia tak paham apa yang terlalu cepat sedangkan jadwal pulang Tuannya itu biasanya di bawah jam 4 sore karena harus menghadiri kelas online di sore hari.

Byan mendengus. Percuma juga jika meneriaki S. Tapi ia bersyukur sosok Nath yang tak berbeda jauh dari Robert itu sedang tak ada di manapun, ia tak perlu membuang tenaganya untuk memperdebatkan hal yang tak perlu.

Langkah Byan beralih dari dapur, melangkah tergesa mencapai pintu utama, S dengan setia mengikutinya dengan langkah lebar yang terdengar samar-samar mendekat.

BYANICE (Season 2)-on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang