20. kakak, Byan..

970 110 14
                                    

.

.

.

.

.

.

.

selamat membaca

.

.

.

.

.

.

.

Byan selesai dengan belanjaannya. Perasaannya campur aduk, moodnya buruk sekali hari ini.

Ditambah kak Ares yang tak pulang semalam karena menggantikan jam kerja salah satu rekan kerjanya demi mendapatkan libur lebih banyak weekend nanti. Byan masih kurang setuju dengan ide itu.

Jadi Ares pergi bekerja dengan Byan yang enggan berbicara kepadanya. Meskipun baju kerjanya masih ia repot-repot siapkan pagi hari kemarin. oh, dan Byan juga menyiapkan sebuah roti lapis yang ditaruhnya di sebuah kotak makan transparan karena Ares berangkat terlalu pagi.

Byan menutup bagasi mobilnya sedikit terlalu keras, ia sampai terkejut sendiri karena melayangkan tangannya terlalu bersemangat, atau emosi.

perasaannya tak enak.

...

Dan semua itu tak mungkin tak beralasan.

Byan menelungkupkan kepalanya di atas setir mobilnya, suara decitan ban yang beradu dengan aspal membangkitkan seluruh atensinya dadanya bergemuruh. Ia baru saja menabrak pengguna kendaraan beroda empat di hadapannya. Suara ringseknya begitu ketara.

Semuanya berlalu begitu saja, Byan bahkan tak sempat berkedip. Ia melamun, dan itu tentu salah. Iya yang salah. Meskipun ia menabrak karena pengemudi di depannya berhenti terlalu mendadak. Ia tetap salah.

Seorang lelaki paruh baya keluar dari mobil di hadapannya, Byan tak tahu harus berbuat apa. Tangannya bergetar "Dammit." umpatnya lancar.

Pria itu mengetuk kaca mobilnya, meskipun takut Byan tetap keluar dengan perasaan ingin matinya. Pria paruh baya dengan pakaian musim gugur dan garis rahang yang kokoh, Byan percaya bahwa pria di hadapannya tak memiliki kesabaran yang banyak.

"I'm sorry.. sir.." Dan hanya itu yang bisa Byan katakan saat menatap wajah lelaki paruh baya di hadapannya yang penuh dengan amarah.

"Kau buta?!" Byan berjengit kaget, ia belum terbiasa lagi dengan sapaan bernada tinggi. Udara dingin musim gugur mulai terasa menusuk tulangnya, Byan merinding di tengah kecemasan.

Byan bahkan tak memakai mantelnya. "Aku minta maaf sir.. Aku akan.."

"Seharusnya kau perhatikan jalan! mobilku lecet dan butuh perbaikan!" Sekarang Byan jadi teringat indonesia karena tempramen buruk beberapa rakyatnya.

Byan melirik bagian belakang mobil pria itu, Dan ya, lecet karena bertenggor dengan kepala mobilnya yang.. cukup hancur. Byan panik.

"Aku ingin ganti rugi!" Hanya itu yang dapat Byan artikan dari perkataan pria paruh baya di hadapannya. Ia banyak mengatakan bahasa yang tak dimengertinya sambil menggerutu.

Byan jelas ketakutan karena postur tubuhnya yang bisa di bandingkan dua kali lipat dari tubuhnya.

"Sir.. aku tak bawa uang lebih, boleh aku minta nomor rekeningmu?" Pria itu tampak tak setuju dengan saran Byan.

BYANICE (Season 2)-on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang