25. Papah berbohong

915 111 52
                                    




Ayo dong spam komen wkwkw, komen apa kek. Areen kesepian, apdet sepi :(

onlen begini sepi banget, fagh. Tugas doang numpuk gak kira-kira🙂 Areen suka baca komenan klean. hehe.

have a nice DAAaayyYY..


.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


yey, happy reading!


.

.

.

.

.

.

.

.

.






"PAPAAAAAHH.." Kejar-kejaran itu masih berlangsung. Byan berlari dan menjerit seakan ia lupa satu gedung ini berada di bawah kuasanya.

Banyak karyawan yang ditemuinya sepanjang lorong di mana ruangannya berada menyingkir, bahkan menepi sampai menempeli tembok kantor yang dingin agar tak mengganggu proses pelarian diri Byan.

Dua kali sudah mereka melihat Byan yang keluar dari karakter penuh kharisma miliknya. Ares mengejar main-main di belakangnya. mereka percaya suami bu bos itu bisa berlari lebih cepat dari itu. Tapi ia memilih membiarkan Byan berlari ketakutan dengan tenaga sisanya.

Mana mertuanya dibawa-bawa..

Anw, Namanya juga Byan, jika sedang diserang Ares begini ia akan mencari perlindungan papahnya. Dan jika keadaan berbalik, Byan akan bersembunyi dibalik punggungnya. Plin-plan, manipulatif.






Byan menggulung tubuhnya kecil-kecil, ia sempat menahan napasnya saat langkah kaki ares mendekat ke arah meja yang dijadikannya tempat berlindung. beruntung Ares tak begitu hafal gedung perusahaannya, ia jadi bisa berkelit dengan mencari jalan pintas dan berakhir di tempat penyimpanan barang yang sudah tak terpakai.

Saat langkah kaki berbalut pantofel kokoh itu sudah tak terdengar Byan merogoh saku jasnya, mencari ponselnya untuk menghubungi papahnya yang jauh di sana untuk membantunya.

"Ish, ayo dong dijawab.." Panggilan itu sama sekali tak memba wakan hasil. Hingga Byan tersadar dan memukul kepalanya yang mendadak bodoh di bawah sini.

Tentu saja papahnya tak akan menjawab. Sudah mulai sore di sini, dan tentu saja langit subuh masih menyelimuti negara asalnya.

"Aish.." Byan mengumpat dalam hati. Bagaimana Byan akan menghadapi kak Ares yang sedang marah begitu. Mana tadi siang ia membuatnya geram karena mengatakan secara tidak langsung Ares tak perlu mengurusinya seperti itu.

Byan merutuki ke bodohannya, ia tahu ia sembrono. Tapi ya Tuhan, kenapa Tuhan tak pernah mau berpihak padanya. Ia juga punya hak untuk menang!

Karena merasa sudah cukup aman Byan memutuskan untuk keluar dari sana. Dan ia terperanjat saat berbalik mendapati Ares yang bersandar pada pintu dengan tangan yang bersedekap. "Udah ngadunya? Ayo, pulang!"

BYANICE (Season 2)-on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang