III

2.8K 505 109
                                    

"Kau benar-benar belum berubah sayang, memanfaatkan psikologis seseorang untuk kau perbudak. Eh?"

Sakura mendengus, menatap sosok di hadapannya dengan seringai cantik." Cara mainku memang seperti itu kak. Kau tahu sendiri kan.. aku memang cerdik." 

Sasori mengangguk, dia memotong steak di piringnya lalu memakannya dengan khidmat.

Seharusnya tatakrama keluarga mereka tidak di izinkan berbicara saat makan, tapi karena sekarang tidak ada kakeknya. Sasori dan Sakura bebas untuk melakukan apa yang mereka mau. Karena prinsip mereka; aturan ada untuk di langgar, bukan untuk di ikuti.

"Termasuk mengelabui calon tunanganmu sendiri? Kau yakin tidak ingin jujur saja tentang kejadian 6 tahun yang lalu, saat kau..."

"Tidak."

"Sayang.."

"Jika Sasuke tahu, dia akan membenciku." Sela Sakura cepat.

Sasori menghela nafasnya lelah, walau bagaimanapun Sasuke berhak tahu kejahatan apa yang sudah di lakukan adiknya.

"Kau juga membantu keluarga Sasuke dahulu bukan karena rasa berterimakasih mu waktu itu kan? Kau sengaja mengobati ibu kandungnya dan memberikan paman fugaku posisi penting agar suatu saat nanti mereka merasa berhutang budi padamu, licik nya adikku" Kekeh Sasori tidak berdosa.

"Aku tidak licik, aku cerdik."Ucapnya santai sambil menggedikkan bahunya acuh.

"Ya-ya-ya. Adikku ini memang pintar berkelit lidah ..''

"Tidak hanya berkelit lidah, aku juga pintar berkelit di atas ranjang"

Uhuk!

Terkutuklah Sakura dan mulut bar-barnya. Sasori bahkan tidak sengaja menelan potongan steak besar tanpa dikunyah terlebih dahulu. Dia langsung meminum wine di gelasnya sekali teguk.

"Sialan, kalian sudah mantap-mantap??"

Sakura tertawa, menyeka sudut bibirnya dengan serbet di dada."Aku bercanda. Aku masih original tenang saja kak.."

"Shit. Baru saja aku akan mengibiri calon tunanganmu!"

Sakura mendelik tajam "Berani mengebiri, milikmu ku potong habis sampai gundul!"

Sasori meringis di tempatnya,dengan gerakan refleks dia menutup selangkangannya yang masih memakai celana bahan. "Dasar adik durhaka."

"Kau juga kakak durhaka."

"Astagaa.. adik setan!Kapan kau akan menghormati ku sebagai kakak kandungmu?!"Gerutunya kesal memplototi adiknya.

Tapi Sakura tetap Sakura, tidak ada rasa takutnya sama sekali terhadap apapun. Termasuk kemarahan kakak dan kakeknya. Paling.. di beri ciuman di pipi mereka juga meleleh. Dasar para manusia lemah sakura.

"Kapan-kapan."Candanya

Sasori mengumpat dalam hati, tidak mengerti kenapa banyak sekali yang menjadi Bucin adiknya. Terutama Genk iblis adiknya 4E4 dan si bocah ingusan terhormat U..

"Aku ke kamar dulu. Kalau dia menghubungi kakak lagi, bilang saja kalau kakak tidak tahu nomor ponselku yang baru." Sakura bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu lift mansionnya.

"Kau bodoh? dia bukan bocah ingusan Sakura.."Dengus Sasori.

Sakura menghela nafasnya pelan " Sampai kapanpun dia tetap bocah ingusan di mataku. Tidak lebih."










''Bocah yang hampir membuat bocah denganmu. Cih."

Plak! Sakura melempar sendal rumahannya ke arah Sasori dari jauh.

Princess Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang