X

2.3K 371 38
                                    

Sakura menatap sosok yang terbaring lemah di ranjang rumah sakitnya dengan tatapan datar. Tidak ada rasa belas kasihan sedikitpun pada gadis yang kulitnya sudah tertutup kain kassa karena ulahnya.

"Buat kakinya lumpuh dengan obat buatanmu."

Gaara membelalak tak percaya, Sakura serius ingin melakukan ini pada hinata?

"Kau serius? Tidak jadi membunuhnya?" Ucap Gaara heran. Biasanya Sakura akan membunuh hama yang sudah bermain-main dengannya. Tapi kenapa Sakura mendadak menjadi dermawan?

Gaara bukan tipe orang yang akan peduli pada orang lain sekalipun melihat Hinata hampir sekarat seperti saat ini. Baginya ; Sakura yang utama. Apapun yang Sakura perintahkan adalah hal mutlak yang wajib Gaara lakukan. Termasuk jika harus bunuh diri di hadapannya---Gaara akan dengan senang hati melakukannya. Dia sebucin itu.

"Ti-dak. Sepertinya membuatnya menderita karena cacat akan lebih menyenangkan ketimbang melihatnya mati mudah seperti kakaknya" Sakura tersenyum miring.

Gaara hanya mengangguk, membawa satu tangan Sakura lembut lalu menciumnya " Apapun yang kau inginkan---akan aku lakukan princess..." Ucap Gaara dengan tatapan teduh. Gaara sangat menggilai gadis ini. Semenjak dia menyelamatkannya beberapa tahun lalu, Gaara sudah menetapkan hatinya untuk menyerahkan hidupnya pada gadis ini. Termasuk Menma dan Kiba, kedua sahabat sekaligus tangan kanan Sakura itu sama gilanya dengan Gaara.

Bahkan.. sepertinya mungkin suatu saat Sasuke akan seperti mereka.

"Terimakasih. Kau memang bisa kuandalkan Gaara....aku bangga bisa menerima dirimu dalam hidupku. Kau tangan kanan andalanku" Sakura mengelus lembut pipi Gaara dan tersenyum lembut. Senyuman yang bisa membuat siapapun luluh lantak, termasuk Gaara. Pesona Sakura Elizabeth Haruno memang mengerikan.



° ° °


Satu Minggu kemudian Sasuke sudah berada di mansion Sakura dan lukanyapun sudah mengering, semuanya terlihat seperti sedia kala. Namun jika di telisik lebih jauh---hubungannya dengan sakura sedikit merenggang, dan akhir-akhir ini Sakura lebih banyak menghabiskan waktu dengan Utakata. Entah apa maksudnya. Apa Sakura sengaja membuatnya cemburu?

"Sasuke, mulai besok kau sudah bisa mengambil alih jabatan manajer di perusahaan Haruno inti. Aku sudah menyiapkan segalanya untuk rapat penyambutanmu besok. Jadi, persiapkan dirimu dengan baik..."

Sasuke hanya mengangguk, memakan makanan di mejanya dengan khidmat. Mencoba untuk tidak mempermasalahkan utakata yang sedari tadi menyuapi Sakura di sampingnya dengan senyuman manis.

Disini, Sasuke merasa sesuatu yang aneh. Sakura bilang dia hanya menganggap utakata adiknya, lalu--kenapa beberapa hari yang lalu saat Sasuke mau mengambil beberapa file untuk dia pelajari di kamar Sakura, dia menemukan utakata keluar dari di kamar tunangannya. Itu sudah cukup menjelaskan bahwa mereka tidur bersama.

Hubungan kakak adik macam apa yang tidur satu ranjang? Bahkan Sakura dan utakata bukan saudara kandung. Siapa sebenarnya utakata?

"Dan untuk persiapan pernikahan kita--"

"Uhuk!" Sasuke tersedak udang saat sedang nikmat mengunyahnya. Ucapan sakura benar-benar membuatnya nyaris jantungan.

Menikah? Kenapa harus secepat ini??

"Minumlah Sasuke..."Kiba di samping Sasuke memberikan satu gelas air putih ke arahnya. Posisinya Kiba dan Gaara mengapit Sasuke di meja makan, sedangkan Sakura di hadapannya duduk di samping utakata yang sedari tadi tersenyum manis memanjakan sakura.

"Kenapa, kau keberatan?"

Sasuke menggeleng panik, "Tidak. Tapi.. apa ini tidak terlalu cepat? Maksudku, kita tidak perlu buru-buru untuk menikah dalam waktu dekat ini.."

Princess Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang