IX

1.8K 365 33
                                    

Hari ke lima, cukup untuk Sakura agar menata dirinya untuk bertemu dengan Sasuke. Sakura bukan tipikal orang yang akan menangis hebat karena telah menembak Sasuke. Dia mungkin merasa bersalah, tapi dia tidak menyesal... Itu memang bayaran yang setimpal menantang sosok seperti dirinya yang lain. Sakura tetap akan menjadi Sakura Elizabeth Haruno; seorang wanita yang angkuh, berkuasa, serta di segani semua orang. Sakura tidak akan membuat perasannya melemahkan dirinya untuk berubah menjadi gadis lemah dan baik hati.

Di belakangnya sudah ada utakata; mantan tunangannya sekaligus teman kecil yang selalu setia berada di sampingnya saat kepribadiannya yang lain menguasai tubuhnya beberapa hari ini. Sakura juga sudah tahu apa yang dilakukan kepribadian-kepribadiannya yang lain selama dia tidak sadar. Alasan kenapa Sakura tidak pernah di biarkan berkeliaran sendiri adalah karena ini, dia butuh orang lain untuk menceritakan kejadian yang telah di lakukan kepribadian-kepribadiannya yang lain selama dia tidak sadar.

Selama ini, semua orang terdekatnya sudah tahu dengan penyakit mental yang Sakura derita---kecuali Sasuke. Niatnya dia ingin menjelaskan secara perlahan-lahan agar Sasuke bisa menerimanya, tapi sayangnya gara-gara hinata...rencananya gagal. Sakura ingin membunuh gadis itu saja rasanya karena membuat Sasuke berbalik membencinya seperti sekarang ini.

"Kau ingin ku temani masuk kedalam?" Utakata berujar lembut.

Sakura berhenti tepat di depan pintu ruangan rawat inap Sasuke, dia menggeleng. Menatap daun pintu itu dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Tidak usah, aku bisa sendiri.."

Utakata memeluk lembut Sakura di belakang. Kepalanya dia senderkan di bahu kecil gadis yang menjadi cinta pertamanya itu. "Kau tahu? Kau gadis terhebat yang pernah ku miliki. Kau kuat tanpa harus bergantung pada oranglain, kau mengagumkan dengan sisi kepribadianmu yang lain. Dan kau itu... Sempurna Sakura. Terlepas semua orang menyebutmu gila, faktanya; dimataku... kau itu gadis paling mempesona. Paham? Jadi... Jangan biarkan orang lain membuatmu membenci dirimu yang lain. Kau itu istimewa.."

Sakura tersenyum, Utakata memang paling bisa membuat perasaan nya sedikit membaik. Dia melepaskan pelukan utakata dan berbalik, memberi satu ciuman di pipi utakata. "Terimakasih..."

Utakata tersenyum lembut, membenarkan helaian poni milik Sakura. "Nah, sekarang masuklah..kau sudah terlihat cantik. Buat dia bertekuk lutut dengan sifat dominanmu." Canda utakata.

Sebenarnya Utakatalah yang membujuk Sakura agar bertemu dengan Sasuke hari ini, dia fikir... mereka harus meluruskan masalah yang sempat terjadi diantara keduanya. Sakura tidak bisa terus-menerus menghindar karena rasa bersalahnya melukai Sasuke. Setidaknya, Sakura harus meluruskan kejadian yang terjadi malam itu pada Sasuke agar dia tidak salah paham. Suka tidak suka---terima atau tidak terima, inilah Sakura yang sesungguhnya. Dan Sasuke harus bisa menerima sisi terburuk Sakura jika dia bersamanya.

Yah... Sekalipun Sasuke tidak bisa menerima---Sakura tetap tidak akan perduli. Dia itu egois, jika Sasuke tidak bisa dia miliki.. maka orang lainpun tidak boleh. Sakura bukan orang dermawan dan baik hati omong-omong... dia sosok antagonis disini.

"Iya. Kau tunggu saja aku diluar, aku janji tidak akan lama.."

Utakata mengangguk, dan duduk di kursi yang ada di depan rawat inap VVIP milik Sasuke dengan manis. Menunggu teman kecilnya itu agar menyelesaikan masalah dengan tunangannya. Bohong jika utakata tidak merasa cemburu, jika bukan karena dia tahu Sakura melakukan semua ini untuknya---Utakata pasti sedari dulu sudah melarang Sakura bertunangan dengan laki-laki lain.

Sakura dengan mantap membuka pintu itu pelan, saat pertama kali masuk---matanya langsung menangkap sosok tampan yang sedang serius memainkan games di kedua tangannya.

















Princess Antagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang