Empat Belas

97 20 3
                                        

Tifanny menyengir, lalu berdecak kesal. Kemudian ia kembali menyengir. Perasaan ini benar-benar mengesalkan bagi Tifanny.

Tifanny sontak terkejut ketika bahunya ditepuk dari belakang. Ia langsung menoleh ke belakang. Mencari tahu mengenai si pelaku.

Ternyata Bu Anita, orang yang telah menepuk bahu Tifanny dari belakang tadi.

"Kaget ya?" tanya Bu Anita.

Tifanny tersenyum sekejap. "Hampir. Hampir aja saya kaget Bu," sahut Tifanny.

Bu Anita berjalan maju mendekati Tifanny, lalu menduduki kursi yang ada di samping Tifanny.

Bu Anita menepuk bahu Tifanny. "Ada masalah?" selidik Bu Anita.

Tifanny langsung menggelengkan kepalanya, menyangkal pertanyaan dari Bu Anita.

"Eng-gak," saat ini Tifanny memberikan jawaban, tak hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seperti tadi.

"Nggak perlu malu! Jujur aja Fany!" desak Bu Anita dengan halus.

Bu Anita tahu betul, bahwa Tifanny saat ini sedang memikirkan sesuatu.

Tifanny langsung diam tak berkutik setelah mendengar Bu Anita tadi. Dia tidak bisa melanjutkan untuk berpura-pura jika dirinya sedang baik-baik saja.

Tifanny menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dalam-dalam.

"Bu Anita tau, apa yang paling aneh di dunia ini?" tanya Tifanny dengan tatapan kosong.

Bu Anita berpikir sebelum menjawab pertanyaan itu.

"Em....mungkin...yang paling aneh di dunia ini adalah...memaafkan orang.. yang telah membuat kita terlibat dalam banyak masalah. Bener atau salah jawabannya?"

Tifanny menoleh ke arah Bu Anita. "Bisa jadi."

"Bisa jadi? Berarti...bukan itu jawabannya?" bingung Bu Anita.

Tifanny meluruskan pandangannya ke depan. Ia memejamkan mata, lalu membukanya kembali. Tifanny menghela napas sebelum berkata.

"Bagi Fany...hal yang paling aneh di dunia itu...."

"KITA," sambung Tifanny sembari menoleh ke Bu Anita.

"Kita?" bingung Bu Anita.

Tifanny mengangguk cepat, menandakan iya.

"Arwah. Arwah adalah hal yang paling aneh di dunia. Saya sempet bingung, kalau arwah itu juga seperti manusia," cerita Tifanny.

Tifanny menjadi teringat kembali, disaat dia pertama kali menjadi arwah. Sangat lucu baginya, ketika itu dia merasa bingung kenapa semua orang mengabaikannya? Ternyata hidupnya telah berakhir di dunia.

Dunia terlalu kejam pada Tifanny. Dunia tidak mengizinkan Tifanny untuk mengingat hal-hal yang telah terjadi dalam kehidupannya. Bahkan lebih kejamnya lagi, Tifanny dituntut untuk menjalankan misi seperti arwah yang lain. Misi yang mewajibkan para arwah, untuk membalaskan dendam pada orang yang telah menyebabkan kematian mereka. Bukankah ini sangat sulit bagi Tifanny?

"Waktu saya jadi arwah pertama kali, disaat itu....saya nggak ngerti, kalau ternyata saya bukan manusia," gumam Tifanny sembari menitikkan air mata.

Bu Anita mengelus lembut punggung Tifanny, memberikan simpati terhadapnya. Bu Anita tahu, ini hal yang sangat berat. Apalagi saat itu, usia Tifanny masih lima belas tahun. Dan dimana keadaan Tifanny yang masih belum siap untuk menerima kenyataan semua ini.

"Jantung saya berdetak, saya juga bernafas, saya bisa merasakan denyut nadi saya. Saya bisa berjalan, berlari. Saya bisa melihat, mendengar, mencium. Panca indera saya masih berfungsi dengan baik. Saya juga bisa merasakan ketakutan, marah, sedih, senang, lelah. Apa adil bagi kita? Kita merasakan semua itu. Seperti diberikan harapan kembali, namun tidak pernah terwujud," ungkap Tifanny dengan tersedu-sedu.

Tifanny's MissionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang