Tes.. Tes.. Tes...
Air mata itu terus berjatuhan, membasahi kertas yang bertuliskan rumus-rumus rumit. Besok adalah hari dilaksanakannya ujian tengah semester di sekolah. Saat ini jam dinding telah menunjukkan pukul satu pagi. Efinna terus menangis, sembari mempelajari materi untuk besok.
Klek
Efinna dengan cepat menyeka air matanya.
"Mama," seru Efinna dan Tifanny serentak.
"Ma, Fina habis nangis," adu Tifanny sembari menunjuk Efinna.
Tifanny yang semulanya berdiri di samping Efinna kini berjalan mendekati Bu Yeni.
"Mama kira...kamu lupa matiin lampu kamar. Ternyata...kamu masih belum tidur," tutur Bu Yeni.
"Em...Fina masih belum selesai belajarnya," sahut Efinna. "Besok ada ulangan."
"Mama tau besok kamu ujian. Tapi..kesehatan itu juga penting. Lihat! Mata kamu sampai bengkak seperti itu. Sebaiknya Fina tidur sekarang ya!" perintah Bu Yeni dengan lembut.
Efinna menganggukkan kepala.
Tifanny yang sedang berdiri di samping pintu, menggeleng-gelengkan kepala heran.
"Ternyata...Mama nggak seperti Ibu yang lain. Bagaimana mungkin, tebakan Mama bisa salah kaprah?" cibir Tifanny sembari mengembungkan pipinya.
"Seharusnya Mama lebih sering menanyakan kabar Efinna, daripada menanyakan kapan jadwal meeting!" imbuh Tifanny.
Bu Yeni memutar tubuhnya, berniat meninggalkan Efinna.
"Tut--tunggu!" perintah Efinna lirih.
Bu Yeni langsung membalikkan badannya kembali. "Em?"
"E...hari ini...Mama dapat kabar dari Amerika?" tanya Efinna ragu-ragu.
"Amerika lagi? Drama akan segera di mulai," gerutu Tifanny.
Bu Yeni menarik napas panjang, lalu memutar bola matanya. "Oh. Tadi sore Mama dapat email dari Tifanny."
"Serius?" seru Efinna dengan wajah sumringah.
Bu Yeni mengangguk yakin.
"Pembohong," cibir Tifanny sembari melipat tangannya. "Fany ada di sini Ma! Mama kenapa bohong?"
"Tifanny bilang apa?" tanya Efinna penasaran.
Bu Yeni tak langsung menjawab pertanyaan dari Efinna kali ini. Seperti sedang memikirkan sesuatu untuk dikatakan.
"Apa Tifanny bilang...dia mau pulang ke Indonesia?" tebak Efinna, namun seolah-olah itu adalah harapannya.
"Mama kan udah sering bilang, Tifanny akan datang ke Indonesia dua tahun lagi," bohong Bu Yeni.
Tifanny yang mendengarnya mendengus kesal. "Kalau dua tahun lagi nggak akan datang, gimana?" tantang Tifanny.
"Kalau...Fina minta emailnya Fany, boleh?" tanya Efinna terbata-bata.
"Em...bukannya Mama mau ngejauhin kalian, tapi..Mama nggak mau kalau Fany nanti jadi nggak fokus sama pendidikannya, begitu juga dengan kamu," tolak Bu Yeni.
"Fina ngerti kok Ma," sahut Efinna.
Tifanny yang semulanya berdiri di samping pintu, kini ia berpindah posisi menjadi di hadapan Bu Yeni. Jarak mereka sangat dekat. Tifanny bisa melihat jelas wajah Mamanya.
"Mama kenapa nggak jujur, kalau Fany itu udah nggak ada?" protes Tifanny, menatap kecewa wanita di hadapannya saat ini.
"Setiap kali Mama bohong ke Fina, hati Fany terasa sangat sakit Ma," ungkap Tifanny dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Fany sekarang ada di depan Mama! Sekali aja, Fany mohon...lihat Fany Ma!" pinta Tifanny dengan wajah datar.
![](https://img.wattpad.com/cover/232908073-288-k635033.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tifanny's Missions
FantasíaTifanny Selgiani menjadi arwah gentayangan sejak kematiannya genap empat puluh hari. Dia selalu mengikuti kemana kembarannya berada, Efinna Selgiana. Efinna adalah gadis yang pintar, pendiam serta penurut namun selalu menjadi sasaran bully dari tema...