Efinna berjalan dengan tidak fokus. Langkahnya sangat lemah. Sesekali ia berhenti, lalu menarik napas dengan panjang. Entah apa yang sedang membebani pikirannya.
Tifanny kebingungan. Pertama kalinya ia melihat Efinna memiliki masalah tanpa ia ketahui terlebih dahulu. Seingat Tifanny, Efinna dalam kondisi baik di sekolah. Meisya sudah beberapa hari ini tidak mengganggu Efinna. Lantas, apa yang sedang membebani Efinna?
Efinna menghentikan langkahnya, sembari menunggu jalan sepi. Ia berdiri sembari menggenggam kedua tali tasnya dengan kuat. Jalan saat ini masih sangat ramai kendaraan, Efinna harus sabar menunggu waktu yang tepat untuk menyeberangi jalan.
Tifanny menghela napas. "Elo kenapa sih?" bingung Tifanny sembari menatap punggung Efinna.
Mata Efinna benar-benar tidak fokus. Ia terus menatap ke bawah. Ia memainkan kedua kakinya pertanda resah.
"Lo mau nyebrang kapan? Kalau lo ngelamun terus di sini!" sindir Tifanny.
"Tuh jalannya udah sepi!" pekik Tifanny sembari menunjuk jalan.
Efinna masih tetap diam, tertunduk. Kali ini ia benar-benar kehilangan kesadaran.
"Fina!"
"Fina....!!!" teriak Tifanny tepat di telinga Efinna.
"Ayo jalan...!" perintah Tifanny sembari menunjuk ke depan.
"Fin...Fina...!!" Tifanny berusaha membangunkan Efinna dari lamunan.
Tak lama kemudian Efinna menegakkan kepalanya, lalu menyadari jalan sudah sepi. Ini adalah saat yang tepat untuk menyeberangi jalan.
Guna memastikan jika jalan sudah aman untuk dilewati, ia menengok ke kanan lalu ke kiri sekali. Setelah memastikan ini aman, Efinna langsung melangkahkan kakinya ke depan. Ia berlari dengan gusar, padahal dirinya sedang tidak memiliki janji apapun untuk tergesa-gesa seperti ini.
"Eh ati-ati nggak usah lari!" peringat Tifanny yang berjalan santai di belakang Efinna. "Entar jatoh!"
Tifanny memperingatkan Efinna layaknya seorang Ibu.
Saat Efinna baru beberapa langkah menyeberang, ia terjatuh. Ternyata ucapan Tifanny benar-benar terjadi. Ia terjatuh ketika kaki kanannya menginjak tali sepatu kirinya.
"Aaaww.." Efinna mengerang kesakitan.
"Fina..!" Tifanny membelalakkan kedua matanya, lalu bergegas menuju posisi Efinna jatuh.
Efinna berusaha bangkit, lalu membersihkan kedua lututnya dengan perlahan. Lutut kanannya mengeluarkan sedikit darah dan kedua telapak tangannya juga ikut terluka, karena sempat menopang tubuhnya secara tiba-tiba tadi.
Ketika Efinna menegakkan punggungnya, ia terkejut karena banyak mobil yang mulai lalu-lalang melintasinya, dari kanan maupun kiri dengan laju.
Efinna panik, arus lalu lintas seketika kacau. Banyak klakson yang meneriakinya. Efinna hanya dapat memejamkan matanya dan menutup kedua telinganya.
Ia bingung harus lanjut melangkah, atau kembali. Tapi, menurut Efinna kedua pilihan tersebut kurang tepat jika dilakukan sekarang. Menurutnya akan lebih aman tetap diam seperti ini sembari menunggu jalan kembali tenang.
"FINA....." Tifanny berusaha menarik tangan Efinna. Ia berniat untuk menarik Efinna pergi dari sini. Namun sayang, dia terus gagal meraih tangan saudarinya.
Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam melaju menuju arah Efinna. Sepertinya mobil satu ini telah kehilangan kendali, dan ia terlihat sudah tidak bisa lagi menghindari Efinna maupun menghentikan laju mobilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tifanny's Missions
FantasyTifanny Selgiani menjadi arwah gentayangan sejak kematiannya genap empat puluh hari. Dia selalu mengikuti kemana kembarannya berada, Efinna Selgiana. Efinna adalah gadis yang pintar, pendiam serta penurut namun selalu menjadi sasaran bully dari tema...